Sukses

Sosok Minggu Ini: Penggerak Komunitas Ketimbang Ngemis

Tersentuh oleh perjuangan para lansia, pemuda di Yogyakarta membuat gerakan Komunitas Ketimbang Ngemis.

Liputan6.com, Jakarta - Mengemis adalah jalan keluar paling instan bagi mereka yang mudah menyerah. Hanya dengan mengadahkan tangan, Rupiah demi Rupiah terkumpul tanpa kerja keras yang nyata.

Tak jarang mereka yang tertangkap razia pengemis justru berusia muda dan berbadan sehat. Rasa malas membuat mereka terbuai, padahal masih banyak hal yang bisa dilakukan.

Ironisnya, ternyata banyak orang lanjut usia (lansia) di Indonesia yang justru penuh semangat mengerjakan apa saja yang bisa mereka lakukan untuk menyambung hidup hari demi hari.

Tersentuh oleh perjuangan para lansia yang giat bekerja, Rizky seorang pria asal Yogyakarta membuat akun sosial media yang menyarankan masyarakat untuk membeli barang yang dijajakan mereka.

Salah satu foto pedagang pertama kali ditampilkan pada akun yang diberi nama Ketimbang Ngemis pada Juni 2015. Kini, akun serupa berkembang hingga 44 kota di antaranya Jakarta, Palembang, dan Semarang.

Bukan hanya di dunia maya, akun sederhana Ketimbang Ngemis kemudian berubah menjadi sebuah komunitas dimana para relawannya aktif mencari sosok-sosok renta yang perjuangan hidupnya dianggap menginspirasi dan layak diapresiasi.

"Ada yang memiliki simpati tapi belum punya empati. Jadi kita cuma bilang ih kasihan ya, tapi belum ada tindakan nyata. Jadi dari situ aku wujudin tindakan nyata dari rasa peduli kita jadi suatu yang riil," kata Founder Ketimbang Ngemis Jakarta Yona Luverina.

Kumpul di Taman

Para relawan Ketimbang Ngemis Jakarta yang kini berjumlah 66 orang memanfaatkan taman sebagai sarana berkumpul dan merencanakan kegiatan.

Tiap bulannya, 10 sosok terpilih diberikan donasi berupa uang tunai dan barang barang kebutuhan seperti sembako dan baju layak pakai. Salah satu yang sudah menerimanya adalah Nenek Atjah. Nenek Atjah ialah penjual lontong berusia 85 tahun yang harus berjuang menghidupi anak cucunya.

"Kalau enggak jualan 2 atau 3 hari ya enggak punya duit, ga punya uang kalau ga dagang. Alhamdulillah ini saya dikasih (uang), dibantu. Dibantu duit, dibantu makanan, itu juga saya sudah Alhamdulillah," ucap Nenek Atjah.

Untuk menggalang dana, Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta juga menjual baju dan sepatu sumbangan para donatur juga relawan. Agar lebih efektif, kegiatan rutin ini diadakan saat Car Free Day yang diikuti banyak warga Jakarta.

"Untuk gerakan ini positiflah, kita butuh rekan-rekan anak-anak muda, relawan-relawan yang betul-betul mau peduli. Mau peduli terhadap lingkungannya, sosialnya, dan macam-macam. Kan selama ini anak-anak muda ini kurang peduli terhadap lingkunga, segala macam. Nah itu menurut saya ini gerakan yang bagus dan kita harus kasih support, kasih dukungan," ungkap salah seorang donatur Theopilus.

Komitmen para relawan menjadi faktor penting kesinambungan gerakan ini. Sayangnya terkadang hal ini justru menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

"Jadi banyak yang sekedar gabung terus setelah itu, setelah tahu kegiatannya non profit langsung udah selesai, keluar, banyak yang kaya gitu. Tapi itu ga menyurutkan niat kita sih, masih banyak orang-orang yang mau gabung sama kita, yang benar-benar niat," sambung Yona.

Kedepannya, Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta berencana membuat program jangka panjang berupa pemberian modal usaha bagi para lansia tangguh pejuang-pejuang kehidupan ini.

Saksikan bagaimana kegiatan Gerakan Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta dalam Sosok Minggu Ini yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (13/12/2015), di bawah ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.