Sukses

Perang Konsol Dimulai, Sega vs Super Nintendo Jadi Partai Pembuka

NES begitu berjaya di periode '80an. Tapi kemunculan konsol Sega Mega Drive/Genesis mulai mengubah peta. Perang konsol pun dimulai.

Nintendo memang menjadi penguasa pasar konsol game di periode '80an. Nintendo Entertainment System begitu dominan dan menjadi konsol yang begitu diidamkan untuk dimiliki tiap anak. 'Pesaing' Nintendo saat itu hanyalah perusahaan yang membuat kloningan konsol NES dan memainkan game dengan cartridge yang didesain untuk NES.

Kehadirannya beragam di tiap negara. Situs Wikipedia mencatat, di Kolombia misalnya ada konsol populer bernama "Nichi Man" yang dibuat oleh Micro Genius. Sedangkan di Rusia dan kawasan Eropa Timur, kloning yang populer bernama Dendy yang dirilis Steepler. Di Indonesia hal yang sama juga terjadi, mungkin para gamer masih ada yang ingat dengan konsol game bernama Spica.

Sega Mencuri Panggung

Kesuksesan Nintendo berlangsung hingga awal '90an. Tapi kemudian muncul konsol game generasi terbaru yang diperkenalkan oleh perusahaan game yang juga berasal Jepang, Sega. Sebenarnya Sega sudah merilis konsol generasi ketiga yang bernama Sega Master System. Tapi konsol ini kalah bersaing dari NES, meskipun UK Resistence menyebut Master System lumayan sukses di Eropa.

Konsol yang menjadi penanda kebangkitan Sega dan hadirnya generasi keempat video game itu merupakan Sega Mega Drive, yang dirilis pertama kali pada 29 Oktober 1988 di Jepang. Sega menghadirkan tren baru video game dengan grafis 16 bit, yang dua kali lebih baik dari grafis 8 bit pada NES.

Menurut Christopher Bolitz di artikel "Sega Mega Drive Information" yang dipublikasi Skill Reactor, nama Mega Drive diambil untuk memperlihatkan keunggulan kecepatan proses konsol. Saat itu konsol berwarna hitam ini memang dibenamkan prosesor Motorola 68000 yang menjadi otak proses kerja konsol.



Popularitas konsol Sega terangkat saat mulai dipasarkan di AS pada 1989, dan di Eropa pada 1990. Tapi konsol Mega Drive itu muncul dengan nama Genesis untuk kawasan AS dan Eropa. Sejumlah game yang sudah populer di arcade dimunculkan, antara lain Altered Beast, Golden Axe, dan Ghouls 'n Ghosts. Hingga kemudian pada 1991 karakter landak bernama Sonic muncul sebagai ikon, yang pertama kali tampil di game Sonic the Hedgehog.

Seperti Mario, dengan cepat Sonic menjadi karakter yang disukai. Mungkin ini disebabkan juga citra Sonic yang dinamis dan mampu bergerak cepat, cukup mewakili apa yang dilakukan Sega. Tak heran jika Sonic the Hedgehog dipilih sebagai game bundling untuk penjualan Sega Genesis.

Super NES Muncul

Saat popularitas konsol NES mulai pudar, Nintendo pun mulai mencari cara untuk bangkit. Akhirnya muncul konsol Super NES yang hadir dengan grafis 16 bit dan siap bersaing dengan Sega Genesis. Super NES muncul pertama kali di Jepang pada 1990, tapi bernama "Super Famicom".

Sega memang butuh beberapa tahun untuk menuai sukses dengan konsol 16 bit. Tapi menurut Steven Kent dalam buku The Ultimate History of Video Games: The Story Behind the Craze that Touched our Lives and Changed the World, pengembangan konsol 16 but juga sudah dilakukan Nintendo. Hanya saja Nintendo tak mau terburu-buru meskipun sadar kalau pangsa pasarnya mulai menurun.





Desain Super Famicom dibuat oleh orang yang sama dengan yang mendesain Famicom versi awal, yaitu Masayuki Uemura. Baru pada 23 Agustus 1991 Nintendo merilis SNES di Amerika Serikat dan tahun berikutnya di Eropa. Langkah ini memang terbilang kalah cepat ketimbang Sega.

Tak seperti Sega, Nintendo mengandalkan spesifikasi besutan sendiri. Untuk menghasilkan grafis bertenaga dipilih prosesor 5A22 berbasis core 65c816 16 bit. Controller juga lebih kaya dengan tombol arah, empat tombol fitur, serta tombol 'bahu' di kiri dan kanan.

Berbagai game yang hadir menjadi pesona tersendiri. Sebagian game yang sukses tetap menghadirkan karakter khas yang sudah sukses di NES, antara lain Super Mario World, Donkey Kong Country, juga The Legend of Zelda: A Link to the Past. Sisanya merupakan game buatan pengembang pihak ketiga.

Perang Konsol

Peristiwa menarik dari kehadiran konsol generasi keempat adalah persaingan Sega melawan Nintendo, yang dikenal dengan sebutan "Perang Konsol". Masih dalam buku yang ditulis Steven Kent, pemicunya adalah CEO Sega of America Michael Katz yang langsung melakukan pemasaran dengan 'menghajar' Nintendo. Ini terlihat dari iklan televisi yang mengusung tagline: "Genesis does what Nintendon't". Tagline ini merujuk pada keunggulan Genesis yang tak ada di konsol NES.

Sega memang sempat mengalami kesulitan untuk mengembangkan game. Sebab banyak game populer di arcade sudah diklaim lisensinya oleh Nintendo. Sega pun mengembangkan game sendiri. Tentu saja game yang dibuat menyasar pasar AS, seperti Pat Riley Basketball, Arnold Palmer Tournament Golf, dan Michael Jackson's Moonwalker.






Setelah itu, pada pertengahan '90an Sega of America menunjuk Tom Kalinske sebagai CEO untuk menggantikan Michael Katz. Kalinske pun bergerak cepat dengan strategi baru, antara lain memangkas harga konsol, pengembangan games berbasis di AS untuk lebih memahami pasar AS, kampanye pemasaran yang masif, serta menjadikan Sonic the Hedgehog sebagai game utama dan jadi bundling konsol.

Strategi yang dilakukan Kalinski menuai sukses. Ini tentu saja disebabkan start yang lebih dulu, perpustakaan game yang lebih banyak, serta harga yang lebih murah. Genesis pun menguasai 60 persen pangsa pasar di AS pada 1992. Genesis juga dianggap lebih keren ketimbang SNES. Steven Kent menulis, dalam sebuah riset yang dilakukan Sony, banyak remaja belasan tahun yang bangga mengaku punya Genesis. Sedangkan pemilik SNES lebih malu-malu dalam mengakui punya konsol itu.

Ini pun terlihat ketika Nintendo mengakui menurunnya pangsa pasar mereka di konsol game. Seperti yang ditulis Business Week kala itu, Nintendo yang menguasai 60 persen pangsa pasar konsol game di akhir 1992 harus turun menjadi 37 persen di akhir 1993. Sedangkan menurut majalah Video Business, Sega menguasai 55 persen dari pangsa pasar konsol 16 bit pada 1994.

Sebenarnya konsol generasi keempat juga diramaikan oleh konsol Neo Geo yang dirilis pada 1990. Apalagi Neo Geo juga hadir dengan game eksklusif seperti Fatal Fury, The King of Fighters, Metal Slug, dan Samurai Showdown. Sayangnya peredaran Neo Geo lebih sempit ketimbang Genesis atau SNES. Neo Geo bahkan sulit ditemukan di Indonesia.

Di Indonesia, konsol Sega dan SNES juga memiliki fanboy masing-masing. Sebab ketika itu ada tradisi untuk tukar-pinjam game cartridge. Nah, ini juga yang menjadikan ada dua kubu gamer di masa itu: 'anak Sega' dan `anak SNES'.   

Sayang sekali Sega tak bisa mempertahankan pencapaiannya di tahun-tahun berikutnya. Sebab Sega gagal mempertahankan dominasinya di konsol generasi kelima, yang tak lagi menggunakan cartridge dan beralih ke CD.

Konsol generasi kelima menorehkan kemunculan Sony PlayStation yang akan menjadi penguasa konsol berikutnya. Ikuti terus episode selanjutnya. (gal)

Baca juga:

Bagian I: Perintis Konsol Game Generasi Awal, dari Odyssey Hingga Atari

Bagian II: Konsol NES Milik Nintendo Jadi `Penyelamat` Industri Game

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini