Sukses

Riset: Aturan Ketat Tiongkok Bikin Kecanduan Game pada Anak Berkurang

Riset Tiongkok menyebut aturan ketat di negara itu berhasil menyelesaikan sebagian besar masalah kecanduan game anak di bawah umur.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah riset di Tiongkok mengklaim aturan ketat di sektor game di negara itu, sukses memangkas masalah kecanduan game online.

Laporan ini dirilis oleh The China Game Industry Research Institute bersama sejumlah departemen lain dalam "2022 China Game Industry Progress Report on Protection of Minors."

Meski begitu, dicatat adanya kekhawatiran lain bahwa sebagian besar waktu yang awalnya dihabiskan untuk bermain game, sekarang digantikan oleh melihat video pendek.

Mengutip media Tiongkok, Global Times, Rabu (7/12/2022), laporan ini mengklaim masalah kecanduan game di Tiongkok pada dasarnya telah diselesaikan.

Proporsi anak di bawah umur yang menghabiskan kurang dari tiga jam sepekan atau tidak sama sekali untuk game online, meningkat jadi lebih dari 75 persen.

Hal ini disebut karena dampak aturan anti-kecanduan game online yang baru diterapkan Tiongkok, serta makin banyak anak di bawah umur yang termasuk dalam pengawasan sistem anti-kecanduan.

National Press and Publication Administration Tiongkok sebelumnya melakukan upaya untuk mencegah kecanduan game online di kalangan anak di bawah umur.

National Press and Publication Administration Tiongkok sendiri merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas lisensi video game di Tiongkok.

Pada 2021, mereka mewajibkan penyedia game online untuk menggelar layanan satu jam saja untuk anak di bawah umur dari jam 8 sampai 9 malam pada Jumat, Sabtu dan Minggu, dan hari libur resmi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bergeser ke Aktivitas Lain

Cyberspace Administration of China juga merilis draf pada Maret, yang meminta perusahaan game online di Tiongkok untuk menetapkan dan meningkatkan aturan game.

Hal ini demi mencegah anak di bawah umur kecanduan, serta memastikan mereka tidak terpapar konten atau fungsi game yang akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.

Selain itu, aturan baru juga membuat game untuk anak di bawah umur berkurang.

Laporan menyebutkan, perilaku hiburan anak di bawah umur telah bergeser dari game ke aktivitas lain, setelah penerapan aturan anti-kecanduan game di negara itu.

Namun, muncul kekhawatiran bahwa anak di bawah umur akan mengganti aktivitas mereka untuk aktivitas lain yang dinilai berpotensi menyebabkan kecanduan.

3 dari 4 halaman

Banyak yang Menonton Video

Dalam laporan tersebut, ditemukan bahwa 65,54 persen anak di bawah umur sekarang menghabiskan waktu, yang awalnya mereka habiskan untuk game, untuk aplikasi video pendek, naik 7,81 persen dari tahun ke tahun.

48,02 persen menghabiskan waktu untuk video online, naik 6,06 persen dari tahun ke tahun, dan 9,04 persen menghabiskan waktu untuk live streaming atau naik 6,06 persen dari tahun ke tahun.

Laporan juga menunjukkan masih ada sebagian anak di bawah umur masih menghabiskan banyak waktu untuk game online. Ini berarti, masih ada cara untuk melewati pengawasan anti-kecanduan pemerintah.

Selain itu, sistem pengenalan wajah untuk game sulit dipopulerkan. Terdapat juga asimetri informasi antara orangtua dan anak.

4 dari 4 halaman

World of Warcraft Cabut dari Tiongkok Januari 2023

Sebelumnya, beberapa gim seperti World of Warcraft dan Overwatch, akan menghentikan layanannya dari Tiongkok pada pertengahan Januari tahun depan.

Hal ini setelah Blizzard yang tidak memperbarui perjanjian lisensi untuk pasar Tiongkok, yang sudah berlangsung selama 14 tahun dengan NetEase.

Dengan ini, gim seperti World of Warcraft, Hearthstone, Warcraft III: Reforged, Overwatch, seri Starcraft, Diablo III, dan Heroes of the Storm, tidak akan bisa dimainkan mulai 23 Januari 2023.

Perusahaan mengatakan, "kedua pihak belum mencapai kesepakatan untuk memperbarui perjanjian yang konsisten dengan prinsip operasi dan komitmen Blizzard kepada pemain dan karyawan."

CEO NetEase William Ding, mengutip GSM Arena, Sabtu (19/11/2022) mengatakan, mereka sudah berusaha untuk bernegosiasi dengan Blizzard untuk dapat melanjutkan kolaborasinya dan melayani para gamer di negara itu.

"Namun, ada perbedaan material pada persyaratan utama, dan kami tidak dapat mencapai kesepakatan. Kami menjunjung tinggi standar produk dan operasional kami dan mematuhi komitmen kami kepada pemain Tiongkok," kata Ding.

Sementara itu, pengembangan dan perilisan Diablo Immortal yang ada di perjanjian terpisah antara Blizzard dan NetEase, tidak akan teprengaruh.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.