Sukses

Meta Digugat karena Memanen Data Keuangan dari Situs Pajak

Sekelompok penggugat anonim yang mengajukan pajak mereka secara online pada 2020 menggunakan H&R Block dilaporkan telah menggugat Meta.

Liputan6.com, Jakarta Sekelompok penggugat anonim yang mengajukan pajak mereka secara online pada 2020 menggunakan H&R Block dilaporkan telah menggugat Meta. Mereka menuduh perusahaan melanggar kepercayaan dan privasi pengguna.

Sebagai informasi, H&R Block adalah perusahaan persiapan pajak Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di Kanada, AS, dan Australia.

Investigasi organisasi nirlaba The Markup baru-baru ini mengungkapkan bahwa H&R Block, bersama dengan situs web pengarsipan pajak populer lainnya seperti TaxAct dan TaxSlayer, telah mengirimkan informasi keuangan sensitif pengguna ke Meta melalui alat pelacakan Pixel-nya.

Mengutip Engadget, Minggu (4/12/2022), Pixel adalah bagian dari kode yang dapat disematkan perusahaan di situs web mereka untuk melacak aktivitas pengunjung dan mengidentifikasi pengguna Facebook dan Instagram untuk ditargetkan dengan iklan.

Rupanya, situs web persiapan pajak itu telah mengirimkan informasi pribadi, seperti data pendapatan, status pengarsipan, jumlah pengembalian dana, dan hibah uang sekolah tanggungan, ke Meta melalui kode tersebut.

Layanan pengarsipan pajak telah mengubah pengaturan Pixel mereka untuk berhenti mengirimkan informasi atau telah mengevaluasi kembali cara mereka menggunakan Pixel pada saat laporan The Markup keluar.

Dalam pernyataan yang dikirim ke Engadget, Meta mengatakan bahwa pengiklan dilarang membagikan informasi pribadi dan menggunakan sistem otomatis yang dapat memfilter konten sensitif yang dikirim melalui Pixel.

Penggugat mengakui dalam keluhan mereka (PDF, milik The Markup) bahwa Meta memang mewajibkan bisnis yang menggunakan Pixel untuk "memiliki hak yang sah untuk mengumpulkan, menggunakan, dan membagikan" data pengguna sebelum memberikan informasi apa pun kepada perusahaan.

Namun, penggugat berpendapat bahwa Meta tidak berusaha untuk menegakkan aturan itu dan malah mengandalkan "sistem kehormatan yang rusak" sehingga mengakibatkan "pelanggaran berulang dan terdokumentasi".

Menurut The Markup, gugatan tersebut menargetkan status class action untuk orang-orang yang menggunakan layanan persiapan pajak yang disebutkan dalam laporan publikasi tersebut. Layanan itu sendiri, bagaimanapun, tidak disebutkan sebagai terdakwa dalam kasus ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Meta Cegah Komentar Negatif Selama Piala Dunia 2022

Di sisi lain, Meta mengungkapkan sejumlah upaya dalam rangka mencegah perilaku tidak terpuji dan komentar negatif, seperti bullying hingga ujaran kebencian, yang mungkin muncul terkait dengan Piala Dunia 2022 Qatar.

"Kami punya aturan yang jelas terhadap intimidasi, ancaman kekerasan, dan ujaran kebencian - dan kami tidak menginginkannya di aplikasi kami," tulis Meta dalam blog resminya, dikutip Jumat (25/11/2022).

Selain menanggapi laporan dari komunitas, di luar pesan pribadi, Meta juga menggunakan teknologi untuk secara proaktif mencari konten yang mungkin melanggar aturan tersebut.

"Saat teknologi kami menganggap suatu konten mungkin melanggar, ia akan mengambil tindakan, baik mengirimkannya ke tim kami untuk ditinjau atau--jika benar-benar yakin--menghapusnya secara otomatis," kata perusahaan.

Meta juga melaporkan antara April dan Juni 2022, sudah ada lebih dari 17 juta ujaran kebencian di Facebook dan Instagram yang ditindak, dan lebih dari 90 persen ditemukan sebelum ada yang melaporkan.

Induk Facebook dan Instagram itu juga mengungkapkan beberapa fitur yang dapat digunakan untuk membantu menjaga keamanan pesepakbola maupun fans di media sosial.

Pertama adalah menonaktifkan permintaan pesan langsung (Direct Message/DM) sepenuhnya di Instagram, sehingga mereka tidak akan bisa menerima pesan dari siapa pun yang tidak mereka ikuti.

Selain itu, para pengguna media sosial Meta, juga dapat memilih siapa yang bisa mengomentari unggahannya, atau mematikan komentar sama sekali.

3 dari 5 halaman

Sembunyikan Kata-Kata Tertentu

Sementara bagi mereka yang tidak ingin mematikan permintaan DM, Meta juga mengembangkan Hidden Words.

Saat diaktifkan, fitur Hidden Words secara otomatis mengirimkan permintaan DM — termasuk balasan Story — berisi kata, frasa, dan emoji yang menyinggung ke folder tersembunyi sehingga tidak perlu dilihat.

Menurut Meta, sejak fitur itu dirilis tahun lalu, lebih dari satu dari lima orang dengan lebih dari 10 ribu pengikut, telah mengaktifkannya.

"Kami juga menguji pengaktifannya secara default untuk orang-orang dengan akun kreator, termasuk banyak pemain sepak bola yang bermain di Piala Dunia," tulis Meta.

Meta juga memiliki fitur Limits yang dirilis tahun lalu. Apabila aktif, fitur ini menyembunyikan komentar dan permintaan DM dari orang yang tidak mengikuti pengguna, atau baru saja mengikutinya.

4 dari 5 halaman

Mencegah Lonjakan Komentar Negatif

Menurut perusahaan, pembatasan sangat berguna bagi figur publik yang tiba-tiba mengalami lonjakan komentar atau DM, setelah pertandingan misalnya, yang biasanya berisi komentar-komentar negatif.

"Saat kami mendeteksi bahwa seseorang mungkin mengalami serbuan komentar atau permintaan DM, kami akan meminta mereka untuk mengaktifkan Limits," kata Meta.

Fitur pemblokiran di Instagram juga saat ini memungkinkan pengguna untuk memblokir akun lain yang mungkin sudah mereka miliki, atau mungkin mereka buat di masa yang akan datang.

Meta juga menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi saat seseorang mencoba mengunggah komentar yang mungkin menyinggung, dan memperingatkan mereka bahwa itu mungkin akan melanggar aturan.

Perusahaan juga beberapa waktu lalu memperkenalkan dorongan yang mengajak seseorang untuk berhenti sejenak atau memikirkan kembali, sebelum menulis reply dengan isi yang berpotensi menyinggung.

Meta juga menyebut sudah berbicara dengan pemain, tim, dan asosiasi sepak bola termasuk FIFA, untuk edukasi soal keselamatan di media sosial. Perusahaan juga mendengarkan respon dari pihak-pihak tersebut.

"Kami secara rutin berbicara dengan pemain, tim, dan asosiasi sepak bola di seluruh dunia, termasuk FIFA, untuk memastikan mereka mengetahui tentang kebijakan dan fitur keselamatan terbaru kami," kata Meta.

Selain itu, mereka juga menggandeng tim yang berkompetisi di Piala Dunia, untuk membantu pemain mengaktifkan alat-alat keselamatan, serta memeriksa para pemain dengan fitur yang disediakan.

5 dari 5 halaman

Infografis Piala Dunia 2022 Qatar Babak 16 Besar

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.