Sukses

HP Bakal PHK 6 Ribu Karyawan hingga 3 Tahun ke Depan

HP menjadi perusahaan teknologi terbaru yang kabarnya akan melakukan PHK terhadap karyawannya

Liputan6.com, Jakarta - Produsen perangkat PC HP dikabarkan bakal menyusul beberapa perusahaan teknologi yang akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dilansir Engadget, dikutip Jumat (25/11/2022), HP dilaporkan akan melakukan pemangkasan terhadap enam ribu pekerja selama tiga tahun ke depan.

Pemangkasan ini merupakan bagian dari restrukturisasi HP lebih luas, diumumkan dalam earning call kuartal empat (Q4) pada hari Selasa pekan ini.

Perusahaan memperkirakan, "Future Ready Transformation plan" akan menghemat hingga USD 1,4 miliar di akhir tahun fiskal 2025, sebagian dengan mengurangi jumlah karyawan setidaknya empat ribu pekerja.

"Perusahaan mengharapkan untuk mengurangi jumlah karyawan global sekitar empat ribu sampai enam ribu karyawan," kata HP. "Langkah ini diharapkan akan selesai pada akhir tahun fiskal 2025."

HP dilaporkan mempekerjakan sekitar 51 ribu karyawan di seluruh dunia. Kuartal fiskal terbaru perusahaan mencatatkan pendapatan turun lebih dari 11 persen year-on-year menjadi USD 14,8 miliar.

CEO Enrique Lores, menyalahkan kinerja yang buruk pada kondisi ekonomi makro dan "permintaan yang melemah" untuk PC dan printer produksi perusahaan.

Lores dalam pengumumannya pun mengatakan, rencana restrukturisasi akan memungkinkan perusahaan untuk melayani pelanggan dengan lebih baik, dan mendorong penciptaan nilai jangka panjang dengan mengurangi biaya.

Selain itu, ini juga memungkinkan perusahaan menginvestasikan kembali inisiatif pertumbuhan utama untuk memposisikan bisnis di masa depan.

HP bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang kabarnya akan melakukan PHK karyawan pada pekan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Google Bakal Pangkas Jumlah Karyawan

Induk raksasa teknologi Google, Alphabet, juga dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke 10 ribu karyawan mereka secara bertahap, menurut beberapa pemberitaan media.

Langkah ini kabarnya sebagai respon atas tekanan dari dana lindung nilai aktivis, keadaan pasar yang tidak menguntungkan, dan kebutuhan untuk memangkas biaya.

Dikutip dari Livemint, Kamis (24/11/2022), karyawan yang akan dipecat adalah mereka yang memiliki peringkat kinerja rendah.

Selain itu, peringkat juga dapat digunakan oleh sistem kinerja baru, untuk mencegah pemberian insentif dan penghargaan saham.

Dilaporkan, berbeda dengan biasanya yang cuma 2 persen, manajer Google telah diinstruksikan untuk mengidenfikasi 6 persen staf, atau 10 ribu orang, yang memiliki kinerja buruk.

Jika ini terjadi, maka Alphabet dan Google bergabung dengan sederet perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat lain, yang telah melakukan pemangkasan jumlah karyawan.

3 dari 4 halaman

Susul Twitter PHK Karyawan

Twitter, di bawah kepemimimpinan Elon Musk, telah kehilangan lebih dari sepertiga personel mereka.

Perusahaan diketahui telah melakukan PHK massal terhadap para karyawannya beberapa waktu lalu. Ketika itu, ada sekitar 3.700 hingga 3.800 yang dipangkas atau sekitar setengah dari keseluruhan karyawan Twitter.

Terbaru, Twitter memecat 4.400 karyawan kontrak. Ditambah lagi, ratusan pekerja dikabarkan mundur setelah Elon Musk mengeluarkan opsi untuk "bekerja sangat keras" atau cabut dengan pesangon.

Amazon juga disebut-sebut akan melakukan PHK besar-besaran hingga sekitar 10 ribu karyawan. Laporan terbaru juga menyebut pemotongan jumlah bekerja bakal berlangsung sampai tahun 2023.

4 dari 4 halaman

Meta Juga PHK Pekerja

Sementara Meta baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), terhadap 13 persen karyawan mereka, atau sekitar 11 ribu orang.

Meta ingin perusahaan lebih ramping dan efisien dengan memotong pengeluaran diskresioner dan memperpanjang pembekuan perekrutan hingga Q1 2023.

PHK terpaksa dilakukan karena perusahaan terus menghadapi berbagai tantangan terhadap bisnis intinya, dan membuat taruhan tidak pasti dan mahal untuk beralih ke metaverse.

Hal ini juga terjadi di tengah serentetan PHK di perusahaan teknologi lain dalam beberapa bulan terakhir karena reaksi sektor berkembang pesat terhadap inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, dan kekhawatiran akan resesi membayangi.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.