Sukses

Perusahaan Induk Google Bakal PHK 10.000 Karyawan Mulai Tahun 2023

Manager di Google sudah diminta menganalisis dan memberi peringkat karyawan dengan kinerja buruk.

Liputan6.com, Jakarta - Alphabet, perusahaan induk Google disebutkan bakal PHK sekitar 10.000 karyawan yang berperforma buruk.

Mengutip The Independent, Kamis (24/11/2022), manager di Google sudah diminta menganalisis dan memberi peringkat karyawan dengan kinerja buruk.

Google akan menggunakan sistem ranking, dan karyawan dengan peringkat terendah akan dipecat dari perusahaan. Informasi, saat ini Alphabet memiliki total karyawan sekitar 187 ribuan.

Sebelumnya, Google telah mengumumkan untuk menghentikan proses perekrutan karyawan baru pada kuartal keempat tahun ini.

Selain Google, perusahaan teknologi besar lainnya, seperti Twitter, Meta, Amazon, dkk, telah merumahkan karyawan mereka beberapa minggu belakangan ini.

Rencana karyawan Google di PHK ini mencuat setelah Christopher Hohn, pemegang saham Alphabet senilai USD 6 miliar, menulis surat ke perusahaan akhir pekan lalu.

Dalam surat tersebut, dia menyatakan, "Kami menulis untuk mengungkap pandangan kami biaya operasional Alphabet terlalu tinggi dan manajemen perlu mengambil tindakan agresif."

Selain itu, perusahaan juga di bawah tekanan karena merekrut karyawan dalam jumlah yang berlebihan selama beberapa tahun terakhir ini.

Sejak 2017, perusahaan telah melipatgandakan jumlah karyawan mereka dengan peningkatan sebesar 15 persen pada tahun 2020 saja.

Kondisi di dalam Google pun semakin panas pada bulan Agustus, dimana Sundar Pichai melakukan pertemuan bersama semua pihak. Kala itu, Sundar meminta karyawan untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Sundar Pichai berkomentar, "Ada kekhawatiran produktivitas kita secara keseluruhan tidak sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah kepala yang kita miliki."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Google Maps Kini Bisa Tampilkan Lokasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik

Ilustrasi Google Maps. Kredit: Deepanker Verma from Pixabay

Di sisi lain, Google Maps mengumumkan telah memperluas cakupan informasi mengenai stasiun pengisian kendaraan listrik. Sebelumnya, fitur ini dikembangkan di Amerika Serikat dan Britania Raya selama tiga tahun terakhir.

Kini, seperti dikutip dari GSM Arena, Minggu (20/11/2022), fitur tersebut telah diperluas kehadirannya di lebih banyak negara yang memiliki stasiun pengisian kendaraan listrik.

Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, fitur ini juga sudah tersedia di Indonesia. Untuk melakukan pencarian, pengguna tinggal melakukan penelusuran dengan kata kunci EV charging stations.

Nantinya, Google Maps akan menampilkan daftar stasiun pengisian kendaraan listrik yang berada di sekitar lokasi pengguna. Fitur ini turut dibekali dengan filter yang memudahkan pencarian sesuai dengan preferensi pengguna.

Dengan filter tersebut, pengguna dapat menyortir stasiun pengisian kendaraan listrik berdasarkan kecepatan pengisian dayanya dan tipe pengisian. Informasi tersebut juga akan ditampilkan dalam hasil pencarian.

3 dari 4 halaman

Tersedia di Negara Lain

<p>Google Maps. Dok: Google </p>

Pada beberapa negara, fitur ini juga akan menampilkan informasi apakah stasiun pengisian kendaraan listrik tersebut gratis. Fitur ini sekarang sudah tersedia untuk Google Maps di Android dan iOS.

Sebagai informasi, fitur ini merupakan salah satu pembaruan yang dihadirkan Google menjelang masa libur di akhir tahun. Fitur lain yang juga dirilis adalah informasi mengenai tempat-tempat yang memiliki akses kursi roda atau tanpa tangga.

Selain itu, Google Maps juga menghadirkan dukungan pencarian berbasis Live View. Namun untuk sekarang, fitur ini baru tersedia di London, Los Angeles, New York, Paris, San Francisco and Tokyo, serta bisa diakses melalui Android and iOS.

4 dari 4 halaman

Google Maps Hapus Layer Informasi Kasus Covid-19 di Aplikasi

Ilustrasi Google Maps Credit: pexels.com/Dany

Lebih lanjut, dengan situasi pandemi Covid-19 yang dinilai sudah lebih baik, Google Maps rupanya telah menghapus layer dari aplikasinya, yang menunjukkan hotspot atau "titik panas" dari penyebaran Covid-19.

Layer atau lapisan Covid-19 sendiri sebelumnya dihadirkan Google di Maps pada tahun 2020 untuk aplikasi seluler dan web, yang menunjukkan tren Covid-19 di suatu daerah.

Mengutip 9to5Google, Kamis (27/10/2022), lapisan ini menarik rata-rata tujuh hari kasus Covid-19 di area tertentu, untuk menunjukkan di mana virus tersebut menyebar lebih cepat.

Fitur ini dengan cepat dirilis secara global di semua negara yang bisa mengakses Google Maps, begitu pula dengan di tempat yang datanya rendah apabila tersedia.

Dengan lapisan ini, area peta akan diberi kode warna berdasarkan rasio kasus dan label yang memperlihatkan apakah kasus naik atau turun.

"Lapisan COVID ini dirancang untuk menginformasikan kepada pengguna yang ingin bepergian ke suatu tempat, sehingga mereka bisa mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan," kata Project Manager Google Maps Sujoy Banerjee saat itu.

(Ysl/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.