Sukses

Jaringan Seluler dan Internet di Eropa Terancam Putus Gara-Gara Krisis Energi?

Krisis energi di Eropa akibat perang antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan disebut-sebut berpotensi membuat putusnya jaringan seluler dan internet di negara-negara Eropa. Mungkinkah?

Liputan6.com, Jakarta - Bisakah kamu menggunakan smartphone selama berhari-hari tanpa koneksi internet? Nah, kondisi ini mungkin saja terjadi di Eropa gara-gara krisis energi.

Krisis energi di Eropa tidak bisa dilepaskan dari kondisi perang Rusia dan Ukraina. Perang ini pun berdampak ke seluruh dunia, mengingat berbagai negara memberi sanksi pada Rusia.

Mengutip Gizchina, Senin (3/10/2022), dunia mungkin mengalami krisis, terutama krisis di Rusia yang membuat negara-negara Eropa makin menderita.

Hal ini karena Rusia sebenarnya merupakan penghasil berbagai sumber daya yang sangat berguna bagi negara-negara di Eropa. Menurut laporan baru, smartphone di Eropa bisa kehilangan akses internet melalui jaringan seluler karena krisis energi.

Karena krisis energi di Eropa, ada banyak negara yang mengadopsi upaya penghematan energi di Eropa. Empat eksekutif jaringan mengatakan, mereka takut akan musim dingin yang dalam hal ini bakal menguji keandalan jaringan di Eropa.

Hal tersebut akan memaksa perusahaan dan pemerintahan untuk mencari cara mengurangi dampak tersebut. Namun, banyak negara Eropa tidak memiliki sistem cadangan energi yang cukup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Smartphone Sulit Dapat Sinyal

Dengan begitu, mereka tidak bisa menangani pemadaman listrik besar-besaran. Pada gilirannya, kondisi tersebut dapat berdampak pada smartphone yang kesulitan mendapatkan sinyal seluler.

Sekadar informasi, di Eropa ada sebanyak 500.000 BTS untuk mendukung seluler di Eropa. BTS ini kebanyakan memiliki cadangan baterai hanya untuk 30 menit setelah listrik padam. Setelah energi tersebut hilang, pengguna akan menghadapi pemadaman sinyal.

Jaringan seluler tak dianggap sebagai layanan vital

Negara-negara di Uni Eropa, termasuk Prancis, Swedia, hingga Jerman bekerja keras memastikan bahwa layanan komunikasi akan terus beroperasi. Distributor kelistrikan Prancis berencana untuk merotasi pemadaman listrik di berbagai wilayah.

Tujuannya untuk memastikan layanan di rumah sakit, kepolisian, dan pemerintah berjalan dengan lancar. Namun, layanan seluler bukan termasuk layanan yang mendapatkan jaminan dukungan energi listrik.

3 dari 3 halaman

Operator Eropa Diminta Rombak Teknologi Jaringan

Regulator Swedia mengatakan, pihaknya membeli BTS dan generator portabel. Negara ini ingin tetap siap atas semua hal yang terjadi dalam beberapa minggu mendatang.

Keempat eksekutif menyatakan, operator-operator di Eropa harus merombak jaringan mereka. Tujuannya adalah mengurangi konsumsi energi dan menggunakan sistem yang lebih hemat energi.

Untuk menghemat energi, operator akan menggunakan software guna mengoptimalkan lalu lintas. Selain itu, mereka akan menempatkan BTS ke "mode tidur" dan mematikan pita frekuensi yang tidak dipakai. Tentunya hal ini akan cukup mempengaruhi jaringan seluler.

Situasi ini bisa membuat beberapa pengguna di sejumlah negara tidak bisa mengakses layanan seluler. Dengan begitu, sistem darurat SOS Apple bisa sangat berguna, namun fitur ini pun belum tersedia mengingat gelombang pertama fitur ini hanya digulirkan di AS dan Kanada.

(Tin/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.