Sukses

Kominfo Blokir Steam, Apa Dampaknya pada Developer Lokal?

Pengamat industri game Yabes Elia mengungkapkan dampak pemblokiran Steam oleh Kominfo bagi developer lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) kini tengah memblokir sejumlah platform penyedia game, seperti Steam dan Epic Games. Pemblokiran ini dilakukan karena platform tersebut belum terdaftar sebagai PSE di Indonesia.

Keputusan ini mendapat banyak kritik, mengingat banyak developer lokal yang memanfaatkan platform tersebut untuk memasarkan game besutannya. Lantas, seperti apa sebenarnya dampak dari pemblokiran terhadap Steam dkk bagi developer lokal?

Menjawab pertanyaan tersebut, pengamat industri game Yabes Elia menuturkan, bagi developer lokal, pemblokiran ini akan membuat mereka lebih sulit untuk berjualan. Sebab, mereka harus memasang VPN di PC masing-masing.

"Ini menjadi ongkos lagi buat si developer, sama kayaknya penggunanya. Dengan diblokir, terus jadi tidak jualan di Steam kan?" tuturnya ketika dihubungi Tekno Liputan6.com, Minggu (31/7/2022).

Terlebih, menurut Yabes, Steam merupakan platform game yang memiliki banyak pengguna. Ia mengibaratkan penjualan game ini tidak ubahnya seseorang yang berjualan produk jadi, seperti meja.

"Ibarat saya di kota kecil, tapi jualan meja. Saya tetap akan jualan di marketplace (Tokped/Shopee), karena pembeli kebanyakan di sana. Meski Pemda bikin toko online baru, saya tetap akan jualan di toko yang paling rame-lah," tuturnya menjalankan.

Untuk itu, ketika terjadi pemblokiran, developer harus putar otak agar bisa menghindari hal tersebut. Namun ketika developer lokal tidak bisa menemukan cara untuk berjualan di Steam, mereka otomatis kalah atau tidak bisa berjualan.

Kris Antoni, CEO dan founder Toge Production juga mengatakan, developer lokal menjadi semakin sulit untuk menggunakan tools atau menerbitkan game mereka di platform, seperti Steam, Epic Games Store, hingga Origin.

"Developer jadi tidak dapat menggunakan Unreal Engine karena harus login menggunakan akun Epic Games. Ada banyak gamedev indonesia yang menggunakan Unreal Engine, contohnya DreadOut dan Parakacuk (Troublemaker)," ucap Kris.

Selain itu, developer yang mengandalkan tools dari Steam, seperti GameMaker, RMXP, dan lainnya jadi tidak bisa mengakses atau men-downloadnya. "Developer semakin sulit untuk melakukan maintenance pada game-game yang sudah rilis di Steam," ujarnya.

Kris menjelaskan, saat ini Unity, game engine lain yang populer digunakan, juga belum terdaftar di PSE Kominfo. "Saat ini belum diblokir tapi ada kemungkinan akan diblokir. Apabila terjadi, ini bisa sangat merugikan atau bahkan mematikan gamedev Indonesia."

"Tentu gamedev Indonesia jadi kehilangan tempat untuk menjual karya orisinal mereka dan meng-export game-game ke luar negeri karena Steam diblokir. Steam adalah marketplace PC game terbesar di dunia," ujar Kris.

Tak hanya berdampak ke developer lokat, gamer Indonesia yang mau mendukung game developer dengan cara membeli game orisinal di Steam jadi terhalang.

"Banyak gamer yang kembali memilih download bajakan karena tidak dapat membeli game ori. Akhirnya kampanye dan usaha yang selama ini dilakukan untuk membeli game/software resmi ori jadi tercoreng," kata Kris.

Sementara itu, Dewan Kehormatan IESPA Eddy Lim menuturkan, dampak pemblokiran ini sebenarnya akan terasa dari sisi pembeli.

Kendati demikian, pengaruhnya memang hanya terjadi untuk pembeli di Indonesia, sedangkan pembeli dari luar negeri tetap bisa akses. Adapun terkait developer, ia menyebut mereka seharusnya sudah memiliki cara untuk mengakses Steam dan mengunggah game besutannya.

"Developer seharusnya punya cara untuk tetap akses Steam, dan upload gamesnya," ucap Eddy melalui pesan singkat. Sementara dari Kominfo sendiri, pihaknya mengungkap telah berhasil melakukan korespondensi dengan Valve sebagai pemilik platform Steam.

"Kita sudah berkomunikasi intens dengan pihak Valve terkait Kominfo blokir Steam, Dota 2, dan CS:GO. Saat ini mereka sedang dalam proses menyiapkan dokumentasi," ujar Direktur Jenderal Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan.

Dia mengatakan, saat ini tim dari Valve sedang menyiapkan dokumentasi untuk melengkapi proses pendaftaran PSE asing Kominfo.

"Karena hal tersebut, kami berharap gamer di Indonesia dapat bersabar hingga akses Steam kembali dibuka," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Asosiasi Game Indonesia soal Pemblokiran Steam

Di sisi lain, Asosiasi Game Indonesia (AGI) mengimbau para pelaku industri game swasta di Indonesia sebagai PSE Lingkup Privat untuk segera mendaftarkan diri.

"Kami mengimbau mereka untuk mendaftar melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Berbasis Risiko/Online Single Submission Risk-Based Approach (OSS RBA) pada laman oss.go.id," tulis AGI dalam situs web resminya, dikutip Sabtu (30/7/2022). 

AGI menambahkan pemutusan akses tidak bersifat permanen, dan akan dapat digunakan kembali oleh masyarakat Indonesia seperti sedia kala setelah para PSE yang terpengaruh telah terdaftar.

"Saat ini Kominfo aktif berkomunikasi dengan para PSE yang terpengaruh dan akan ditindaklanjuti setelah PSE melakukan pendaftaran," AGI menuturkan.

Meskipun sanksi saat ini baru dikenakan bagi sejumlah PSE terpopuler, kewajiban pendaftaran berlaku bagi semua PSE yang akan beroperasi di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Steam Kena Blokir, Pemerintah Siapkan Alternatif Dorong Developer Game Lokal

Di sisi lain, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan, Kominfo telah melakukan korespondensi dengan Steam dan berharap mereka bisa segera melengkapi persyaratan untuk melakukan pendaftaran.

"Sekali lagi, kami mohon maaf, karena aturan ya tetap aturan. Kalau aturan tidak ditegakkan, negara bisa dikatakan tidak tegas, plin plan. Jadi, kami masih berharap sudah terjadi korespondensi dengan Steam, Dota2, dan CS:GO. Mudah-mudahan dalam waktu dekat mereka melengkapi persyaratan pendaftarannya," tuturnya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Minggu (31/7/2022).

Namun di sisi lain, Semuel juga menuturkan, Kominfo telah memiliki alternatif sekaligus berkomunikasi dengan para developer game terkait hal ini. Menurutnya, ada banyak program di Kominfo dan Kementerian lain, seperti Kemenparekraf yang mendorong tumbuhnya game-game Indonesia.

"Kami mempunyai program khusus dengan game developer, kerja sama dengan AGI. Itu justru kami lagi mendorong. ini kan dampak sementara ya, tapi kalau kita sudah punya alternatifnya, kita akan membangun industri game kita juga. Kalau mereka tidak mau menjadi bagian dari ekosistem kita, ya tidak apa-apa," tuturnya.

Menurut pria yang akrab dipanggil Semmy, hal ini bisa menjadi peluang bagi pebisnis yang ingin menjadi game aggregator atau game publisher yang bisa mengakomodasi game-game Indonesia, supaya mereka bisa mendapatkan peluang yang sama.

4 dari 4 halaman

Epic Games dan Origin

Pemblokiran Steam dan Epic Games di media sosial Twitter pun menuai berbagai reaksi dari para pelaku industri gaming di Indonesia.

Salah satunya adalah CEO dan Founder Toge Prodution, Kris Antoni. Saat dihubungi tim Tekno Lipuan6.com, dirinya mengaku saat ini sedang membantu Kominfo dan Valve bertemu.

"Saya cuma bisa bilang saat ini Toge Productions telah melakukan mediasi dan mempertemukan Valve dan Kominfo lewat email," kata Kris.

Sayangnya, Kris tidak mengungkap lebih lanjut tentang bagaimana perkembangan dari pertemuan kedua pihak tersebut.

"Proses selanjutnya ditunggu saja, semoga dalam waktu dekat bisa menemukan titik terang," ucap Kris.

Diketahui, pemblokiran ini memang bersifat sementara, hingga para platform digital tersebut melakukan pendaftaran. Karenanya, jika penyedia platform sudah mengajukan dan melakukan pendaftaran, Kemkominfo akan melakukan normalisasi dan bisa digunakan kembali di Indonesia.

Sementara terkait dua platform lain, seperti Origin (EA) dan Epic Games, Semuel menyatakan, hingga sekarang pihaknya masih belum mendapatkan balasan korespondensi.

"Kami belum mendapatkan balasan korespondensi dari Origin dan Epic Games hingga kini, dan masih membuka peluang agar mereka dapat mendaftarkan PSE asing dan menjadi bagian dari ekosistem digital di Tanah Air," tuturnya. 

(Dam/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.