Sukses

Program Pemberdayaan Perempuan Sisternet Bawa Bos XL Axiata Terlibat ke Forum W20

Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata bercerita tentang awal keterlibatannya menjadi Co-Chair W20 Indonesia bermula dari ketertarikannya terhadap pemberdayaan perempuan.

Liputan6.com, Simalungun - Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata, Dian Siswarini menjadi Co-Chair W20 Indonesia dalam rangkaian gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Dian pun bercerita tentang awal keterlibatannya menjadi Co-chair dalam ajang tersebut yang bermula dari ketertarikannya terhadap pemberdayaan perempuan.

Sekadar informasi, W20 merupakan engagement group G20 yang membentuk jaringan pemberdayaan perempuan untuk mendorong adopsi komitmen G20 dalam isu perempuan. W20 bertujuan untuk mempromosikan pemberdayaan perempuan.

Kepada wartawan di Pembukaan W20 Indonesia Summit, Dian bercerita, pada 1 April 2015 saat dirinya menjadi CEO XL Axiata, dirinya meluncurkan gerakan Sisternet sebagai upaya perusahaan mendukung pemberdayaan perempuan Indonesia di bidang literasi internet.

"Awal jadi CEO, saya meluncurkan gerakan Sisternet karena melihat di Indonesia ada kesenjangan literasi digital antara perempuan dan laki-laki. Kebetulan karena XL Axiata adalah perusahaan teknologi komunikasi dan digital, menurut saya kedua hal itu bisa dikawinkan untuk menjembatani gap literasi digital tersebut," kata Dian, ditemui di Hotel Niagara, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa (19/7/2022).

Dengan Sisternet, kata Dian, perusahaan bisa mengadakan kegiatan agar kesenjangan literasi antara perempuan dan laki-laki bisa berkurang.

Menurut perempuan berkaca mata ini, berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain, XL Axiata berusaha melakukan pemberdayaan perempuan melalui Sisternet secara berkesinambugan.

Dian melanjutkan, pada 2017, Sisternet berkembang dari sekadar aplikasi untuk membantu menjembatani kesenjangan literasi digital perempuan menjadi sebuah program inkubasi untuk mendukung perempuan yang ingin membuka usaha UMKM dan mengembangkan bisnisnya. Program tersebut dikenal sebagai Sispreneur.

"Jadi, kami buat Sispreneur sebagai program inkubasi untuk perempuan yang ingin membuka usaha UMKM. Tiap tahun kami terus menjalankan program tersebut, mungkin (konsistensi) itulah yang dilihat oleh pemerintah G20, bahwa Sispreneur dan Sisternet adalah upaya yang memberdayakan perempuan," ujar Dian, menceritakan.

Menurut Dian, melalui program Sispreneur, XL Axiata bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak (Kemeneg PPPA) dan pada akhirnya terlibat menjadi Co-chair W20 Indonesia.

Begitu diajak untuk ikut terlibat menjadi Co-chair dalam W20 Dian yang sibuk dengan perannya sebagai pemimpin salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia pun langsung bersemangat. Menurutnya, sibuk dan lelahnya berpartisipasi di W20 terbayarkan jika bisa menjangkau dan memberdayakan perempuan Indonesia.

"Karena satu, menjadi presidensi G20 itu sekali dalam 20 tahun, jadi ini kesempatan yang langka. Tahun berapa lagi Indonesia menjadi presidensi G20 lagi? Ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk menunjukkan kepada dunia, sejauh mana kemajuan Indonesia di bidang pemberdayaan perempuan," katanya, memberikan penjelasan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

XL Axiata Dukung Pendaftaran PSE

CEO XL Axiata sekaligus Co-Chair W20 Indonesi Dian Siswarini berfoto di lokasi Konferensi Tingkat Tinggi W20 di Parapat, Simalungun, Sumut. (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani)

Lebih lanjut, XL Axiata mendukung pendaftaran operasional Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) ke Kemkominfo.

Dian mengatakan, XL Axiata sebagai pelaku lokal sudah mematuhi aturan pendaftaran PSE ke Kemkominfo, dengan mendaftarkan berbagai layanan digitalnya, mulai dari website hingga aplikasi MyXL.

"Kami jelas (sudah mendaftarkan), kalau kami kan pelaku lokal. Sebagai pelaku lokal, kami siap 100 persen comply," kata Dian, ditemui di sela acara KTT W20 di kawasan Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara.

Dian menambahkan, bagi pemain lokal, peraturan untuk pendaftaran PSE ke Kemkominfo akan memberikan keuntungan pada penyedia layanan online lokal karena tercipta kesetaraan.

"Kalau buat kami itu bagus, karena tujuan sebenarnya layanan over the top (OTT) yang dari luar itu harus mau ikut aturan main di sini," katanya.

Dian mengatakan, dengan adanya pendaftaran PSE, terutama PSE asing ke Kemkominfo, pemerintah bisa mengecek pajak dan kualitas layanan dari PSE tersebut.

"Untuk PSE dari luar, kalau mereka tidak terdaftar, bagaimana kita mau cek pajaknya, bagaimana mau cek kualitasnya. Kalau tidak mendaftarkan, mereka dapat renenue tetapi tidak mau membayar kewajibannya," katanya.

3 dari 3 halaman

Bos XL Axiata Bicara Pentingnya Literasi Digital

<p>Chair W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi (kiri) dan Co-Chair W20 Indonesia Dian Siswarini usai konferensi pers pembukaan KTT W20 di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/7/2020). (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)</p>

Mengenai ketakutan masyarakat tentang privasi di ranah online yang mungkin bisa dilanggar pemerintah, Dian mengatakan, pemilik platform wajib menjaga privasi data penggunanya.

"Sebenarnya begini, privasi data tetap harus dijaga, dan yang diawasi pemerintah bukan isi kontennya, yang diawasi adalah apakah kita (pemilik platform) mengirim data ke luar negeri atau tidak. Privasi orang tetap terjaga," ujar Dian.

Sekadar informasi, saat ini XL Axiata telah mendaftarkan berbagai layanan dan platform digital yang dimiliki ke Kemkominfo, baik itu website atau aplikasi MyXL yang mendukung layanan pelanggan bertransaksi.

Dia berkata, kecakapan digital memang sangat diperlukan dalam dunia yang tidak bisa lepas dari internet.

Dian menyebut, digital menjadi menjadi salah satu pilar dari Women20 atau W20 dan G20. Bahkan, salah satu topik yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) W20 adalah bahasan tentang digital termasuk literasi di dalamnya.

"Literasi digital penting dikemukakan, karena kenyataannya masih terdapat kesenjangan literasi digital di kalangan perempuan dan laki-laki. Gap-nya antara 20-25 persen (perempuan lebih rendah dalam mendapat paparan digital)," kata Dian dalam konferensi pers mengenai KTT W20 di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/7/2022).

Dian menyebut, literasi digital menjadi salah satu rekomendasi (komunike) dari delegasi W20 kepada presidensi G20 yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Digital, masuk bersama dengan 24 poin rekomendasi lainnya, dalam mengatasi permasalahan-permasalahan perempuan di negara-negara anggota G20.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.