Sukses

4G Masih Jadi Andalan untuk Tingkatkan Jangkauan Internet Seluler di Indonesia

Operator seluler di Indonesia meningkatkan infrastruktur untuk memperluas jangkauan internet melalui 4G dan

Liputan6.com, Jakarta - Langganan telekomunikasi seluler Indonesia meningkat 5 persen secara tahunan (Year over Year, YoY) pada Q1 2022. Angkanya mencapai 362 juta, yang berarti 33 persen lebih tinggi dari populasi Indonesia 273 juta.

Namun, Indonesia ingin mempercepat digitalisasi mengingat Industri 4.0. Dalam hal ini, operator seluler di Indonesia meningkatkan infrastruktur untuk memperluas jangkauan internet melalui 4G dan pengembangan jaringan 5G secara selektif.

Pengapalan smartphone di Indonesia meningkat 11,5 persen YoY pada Q1 2022, menurut Monthly Indonesia Smartphone Channel Share Tracker dari Counterpoint Research. Permintaan smartphone selama pandemi pun meningkat, tumbuh lebih tinggi, diikuti dengan pemulihan ekonomi yang dimulai pada paruh kedua 2021.

Saat ini terdapat empat operator seluler di Indonesia setelah merger antara Indosat Ooredoo (ISAT) dan Hutchinson 3 Indonesia (H3I) pada awal 2022. Mereka akan memainkan peran penting dalam memperluas dan meningkatkan konektivitas internet seluler di seluruh negeri.

Telkomsel menjadi operator seluler terbesar dan mencakup 48 persen pasar pada Q1 2022. 68 persen dari 174,5 juta pelanggannya adalah pengguna data seluler. Telkomsel memiliki base transceiver station (BTS) di 247.000 lokasi di seluruh negeri, di mana lebih dari 60 persen adalah BTS 4G.

Telkomsel telah meluncurkan paket data denominasi rendah untuk menarik lebih banyak konsumen kelas menengah dan muda, yang mengakibatkan penurunan ARPU sebesar 5 persen YoY pada Q1 2022 menjadi $2,87 (IDR 41.000).

Gabungan ISAT dan H3I, yakni Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), adalah operator seluler terbesar kedua dengan 94,6 juta pelanggan. ARPU gabungannya turun 2,1 persen YoY di Q1 2022 mencapai $2,24 (IDR 32.000), berkat paket data denominasi rendah.

Setelah merger, diperlukan realokasi BTS di ISAT dan H3I. Jaringan bersama mereka akan membawa jangkauan lebih luas untuk peluncuran 5G yang lebih baik karena keduanya memiliki 1800 MHz di subrentang berbeda.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

XL Axiata dan Smartfren

Sementara itu, basis pelanggan XL Axiata hampir stabil selama dua tahun terakhir dengan ARPU campuran sebesar $2,52 (IDR 36.000). BTS 4G XL meningkat 47 persen YoY pada Q1 2022 mencapai 83.000 (61 persen dari total BTS).

Fokusnya pada kebutuhan pelanggan membuat XL menawarkan produk dan layanan yang menarik dan relevan dari waktu ke waktu. Ini membantunya mempertahankan basis pelanggannya.

Adapun Smartfren, ia adalah jaringan 4G utuh, yang telah bergeser dari CDMA ke 4G pada 2015 di frekuensi 850 MHz dan 2300 MHz.

Smartfren memiliki sekitar 44.000 BTS 4G pada akhir tahun 2021 dan telah menunjukkan kinerja yang lebih kuat sejak tahun 2020 dan menguasai 10 persen pangsa pasar pada Q1 2022.

Operator ini dikenal dengan paket internetnya yang terjangkau dan fokus pada konsumen kelas menengah ke bawah. Meskipun ARPU-nya paling rendah di kisaran $1,75 (Rp25.000), kualitas 4G-nya bagus berkat agregasi frekuensi 850 MHz dan 2300 MHz.

 

3 dari 5 halaman

Peningkatan Layanan saat Pandemi

Selama lockdown di masa pandemi, operator seluler meluncurkan berbagai layanan digital dan bermitra dengan pelaku ekosistem digital lainnya untuk mendukung aktivitas konsumen melalui smartphone. Dorongan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan konektivitas seluler baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Operator seluler saat ini fokus pada dua langkah besar dalam hal peningkatan penetrasi internet seluler, yaitu perluasan jaringan 4G dan pengembangan jaringan 5G dengan fokus pada sektor industri.

Jaringan 4GSelama lockdown COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021, kebutuhan akan pengalaman internet seluler lebih baik terasa lebih kuat karena orang-orang dipaksa untuk tetap berada di dalam rumah.

Beberapa pelanggan juga diminta untuk meningkatkan dari 3G ke 4G. Akibatnya, operator seluler diminta untuk mengadopsi teknologi 4G lebih cepat untuk meningkatkan pengalaman pelanggan.

Para operator seluler pun telah meningkatkan kualitas jaringannya dengan meningkatkan kapasitas gateway internet, menambah BTS 4G dan memperkuat jaringan, terutama di daerah pemukiman.

 

4 dari 5 halaman

Selesai Migrasi 3G ke 4G

Preferensi operator untuk jaringan 4G, yang juga memerlukan peralihan dari infrastruktur 3G ke 4G, akan meningkatkan jangkauan dan kualitas internet seluler di Indonesia.

Operator seluler menargetkan untuk menyelesaikan migrasi dari 3G ke 4G pada akhir tahun 2022. Penutupan 3G juga dipicu oleh fakta bahwa basis pelanggan 3G sekarang relatif kecil dan menyusut.

Penutupan 3G juga memungkinkan untuk mencapai efisiensi jaringan dengan memaksimalkan spektrum 4G dan membantu dalam alokasi 5G. Pemerintah Indonesia juga melihat migrasi dari 3G ke 4G ini sebagai langkah untuk mempercepat adopsi digital di negara ini.

Saat opeartor beralih dari 3G ke 4G, semua smartphone baru di pasar saat ini adalah 4G atau 5G.

5 dari 5 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.