Sukses

Bos Huawei: Kami Bisa Setara Apple dan Salip Samsung Andai Tak Dijegal AS

Bos Huawei menuding larangan AS membuat mereka gagal setara dengan Apple dan menyalip Samsung

Liputan6.com, Jakarta - Seorang bos Huawei mengklaim bahwa mereka seharusnya dapat menyalip Samsung, bahkan setara dengan Apple di pasar smartphone dunia, apabila tidak terkena sanksi dari Amerika Serikat (AS).

"Jika bukan karena intervensi dan penindasan AS terhadap kami, produsen ponsel utama dunia mungkin adalah Huawei dan Apple," kata CEO Huawei Consumer Business Group Richard Yu dalam sebuah forum otomotif di Tiongkok.

"Saya tidak terlalu rendah hati, dan itu mungkin hasilnya hari ini," kata Yu seperti dikutip dari Android Authority, Senin (11/7/2022).

Tak cuma itu, Yu juga menyebut bahwa produsen smartphone asal Korea Selatan, yang dalam hal ini kemungkinan besar merujuk ke Samsung, mungkin tidak akan jadi masalah besar.

"Yang lainnya adalah produsen kecil, termasuk perusahaan Korea, yang mungkin sebagian besar dijual di pasar AS dan Korea Selatan," kata Yu menambahkan.

Dikutip dari Phone Arena, Huawei memang sempat mendapatkan tempat di posisi-posisi atas pasar smartphone, yang biasanya dikuasai oleh Apple dan Samsung, sebelum akhirnya terdampak larangan AS dan turun lagi.

Pada April 2020, Huawei sempat menyalip Samsung untuk sesaat, setahun penuh setelah larangan perdagangan AS mulai diberlakukan. Pada saat itu, penjualan didorong secara kuat di seluruh Tiongkok daratan. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sempat Tempati Posisi Atas

Huawei melampaui Samsung dengan pangsa pasar dua persen dan menyumbang 19 persen dari semua penjualan ponsel global. Sementara, pangsa Samsung 17 persen karena lesunya Galaxy S20, menurut data Counterpoint Research 2020.

Namun, ditempatkannya Huawei di Entity List milik pemerintah AS berdampak besar pada perusahaan asal Tiongkok tersebut.

Karena larangan tersebut, Huawei dicegah menggunakan kerangka Google Play Services, yang menghilangkan salah satu aspek paling vital dari perangkat Android modern,

Daftar tersebut juga membuat Huawei tidak bisa bekerja dengan perusahaan mana pun yang beroperasi di Amerika Serikat, serta mencegah mereka menerima chip yang canggih.

3 dari 4 halaman

Huawei Rekrut Banyak Karyawan di Rusia

Sebelumnya, perusahaan teknologi Tiongkok Huawei kini dikabarkan tengah aktif merekrut karyawan baru di Rusia.

Perang Rusia dan Ukraina membuat banyak negara memblokir Rusia. Alhasil, banyak perusahaan yang menarik diri dan menghentikan bisnisnya dari negara Tirai Besi tersebut. Itu artinya, banyak tenaga kerja ahli di Rusia yang butuh pekerjaan.

Laporan dari surat kabar Rusia Kommersant yang mengutip platform pencari kerja hh.ru, pada paruh pertama tahun 2022 ini, Huawei membuka 814 lowongan di Rusia. Jumlah itu naik 49 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Mengutip Gizchina, Rabu (6/7/2022), Huawei memiliki lebih dari empat kali lipat jumlah lowongan di bidang penjualan. Itu artinya, jika perusahaan mempekerjakan 27 karyawan pada 2021, jumlah tersebut naik jadi 117 pada tahun ini.

Huawei Rusia juga secara aktif merekrut tenaga ahli dengan tingkat keahlian tinggi di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Untuk lowongan kerja bidang ini, jumlahnya naik 33 persen.

Belum lagi lowongan untuk ahli pemeliharaan dan pemasangan yang jumlahnya naik 186 persen dibanding tahun lalu. Tidak hanya itu, lowongan bagi mahasiswa dan pekerja magang pun ditambah hingga 132 persen.

Huawei juga meningkatkan jumlah posisi terbuka untuk spesialis produksi dan pemeliharaan elektronik menjadi 233 persen.

 

4 dari 4 halaman

Merek Tiongkok Jadi Pemain Utama di Pasar Ponsel Rusia

Memang, sejak perang Rusia-Ukraina pecah, banyak perusahaan teknologi besar yang mengumumkan untuk berhenti memasok produk ke Rusia. Apple misalnya, mengumumkan penangguhan penjualan produk-produknya di Rusia.

Microsoft pun menangguhkan penjualan semua produk dan layanan barunya di Rusia. Begitu juga dengan Intel dan AMD yang menghentikan pasokan ke Rusia dan Belarusia. Google pun kini menarik semua karyawan dan menghentikan bisnisnya di Rusia.

Kommersant meyakini, Huawei bermaksud untuk tetap hadir di pasar Rusia dengan beberapa cara. Salah satunya Huawei bakal memasok peralatan melalui negara-negara CIS atau akan membuat merek terpisah untuk beroperasi di Rusia.

Sampai saat ini, merek-merek Tiongkok menjadi pemain utama di pasar smartphone Huawei. Merek smartphone Tiongkok seperti Xiaomi, Realme, dan Honor menyumbang sekitar 42 persen dari penjualan smartphone di Rusia pada Mei 2022.

Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan-perusahaan ini hanya memiliki pangsa pasar 28 persen.

April lalu, ponsel Samsung menyumbang 26 persen market share di Rusia, sementara Xiaomi ada di urutan kedua dengan pangsa pasar 20 persen. Realme masuk ke posisi tiga besar dengan penjualan 11,2 persen.

Lalu, Apple ada di posisi keempat dengan penjualan 10,2 persen dan Honor di urutan kelima dengan market share 5,7 persen.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.