Sukses

Pendapatan ByteDance dari Mobile Game Capai Rp 14,8 Triliun dalam Setahun

ByteDance telah menghasilkan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,8 triliun secara global, yang berasal dari lini belanja pemain di lini mobile game mereka di App Store dan Google Play selama 12 bulan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - ByteDance telah menghasilkan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,8 triliun secara global, yang berasal dari lini belanja pemain di lini mobile game mereka di App Store dan Google Play selama 12 bulan terakhir. Demikian menurut laporan Sensor Tower Store.

Selama sektiar dua tahun, perusahaan induk TikTok telah melakukan ekspansi ke lini mobile game. Menurut Sensor Tower, itu adalah upaya diversifikasi bisnis dan di industri dan mereka berhadapan antara lain dengan Tencent dan NetEase.

"ByteDance telah meluncurkan anak perusahaan seperti Ohayoo dan Nuverse, selain mengakuisisi perusahaan seperti Moonton dan C4 Connect," tutur Sensor Tower.

Selain menghasilkan pendapatan lebih dari USD 1 miliar, titel mobile game ByteDance antara 21 Juni 2021 hingga 20 Juni 2022 telah menghasilkan sekitar 139 juta unduhan di App Store dan Google Play--tidak termasuk toko aplikasih pihak ketiga lainnya.

Mobile Game Teratas

Mobile Legends: Bang Bang menjadi titel mobile game tersukses di portofolio ByteDance. Ia berkontribusi atas lebih dari 78 juta unduhan selama setahun terakhir atau sekitar 56 persen dari total unduhan.

Berikutnya, ada Ragnarok X: Next Generation Sweet Crossing: Snake.io yang menempati posisi kedua dan ketiga di lini produk mobile game mereka.

Tercatat, Mobile Legends: Bang Bang juga adalah game perusahaan yang paling menguntungkan selama periode ini. Ia menghasilkan USD 317,7 juta selama setahun terakhir, terhitung sekitar 32 persen dari belanja pemain di mobile game di bawah naungan ByteDance.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pasar TerkemukaI

Indonesia menempati peringkat teratas untuk unduhan ByteDance selama setahun terakhir, terhitung sekitar 25 persen dari total pemasangan mobile game mereka, yang didorong oleh Mobile Legends: Bang Bang.

China, sementara itu, berada di peringkat kedua untuk unduhan (khusus App Store), dan Filipina menduduki posisi ketiga.

"Pasar terbesar ByteDance untuk belanja pemain selama setahun terakhir adalah Jepang, yang menyumbang sekitar 34 persen dari total pendapatannya dari lini produk mobile game," kata Sensor Tower.

Itu, menurut laporan Sensor Tower, sebagian besar didorong oleh titel Girls Chronicle: Idle Heroine. Mobile game itu menempati peringkat ke-10 di Jepang selama setahun terakhir.

"China menempati peringkat kedua untuk pendapatan, sedangkan Amerika Serikat berada di peringkat ketiga," ujar Sensor Tower.

3 dari 4 halaman

TikTok Ungkap Perbedaannya dengan Facebook

Baru-baru ini, Facebook dikabarkan berencana merombak tampilannya secara besar-besaran, untuk dapat lebih bersaing dengan platform milik ByteDance, TikTok.

Meski begitu, TikTok mengatakan bahwa platform milik mereka memiliki perbedaan yang besar dengan Facebook, dan tidak berencana membuatnya untuk mengikuti media sosial milik Meta itu.

Kepada CNBC, seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (18/6/2022), Blake Chandlee, President of Global Business Solutions, TikTok menegaskan perbedaan besar di antara kedua perusahaan.

"Facebook adalah platform sosial. Mereka telah membangun semua algoritma mereka berdasarkan grafik sosial. Itu adalah kompetensi inti mereka. Kami tidak," kata Chandlee.

"Kami adalah platform hiburan... Perbedaannya signifikan. Ini adalah perbedaan besar," imbuhnya.

 

4 dari 4 halaman

Pengalaman Chandlee

Chandlee sendiri merupakan seorang eksekutif di Facebook selama 12 tahun, di mana dia memimpin kemitraan global dari perusahaan. Dia lalu pindah ke TikTok pada tahun 2019.

Ia mengungkapkan bahwa pengalamannya di Facebook, terutama dalam mengarahkan potensi ancaman dari Google+ yang gagal, mengajarinya bahwa TikTok akan menang dalam pertempuran media sosial saat ini.

"Kami memiliki ruang perang saat itu. Itu masalah besar. Semua orang mengkhawatirkannya," kata Chandlee merujuk pada pengalaman mereka dengan Google+.

Namun katanya, seiring waktu, jelas platform tersebut mengalami kegagalan karena menurutnya "nilai Google adalah pencarian dan Facebook sangat bagus dalam hal sosial."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.