Sukses

Disney Plus Catat Penambahan 7,9 Juta Pelanggan di Q2 2022

Terdapat 87,6 juta pelanggan Disney Plus di seluruh dunia. Ini belum termasuk 50,1 juta pelanggan Disney Plus Hotstar secara internasional.

Liputan6.com, Jakarta Layanan streaming milik raksasa media, Disney yaitu Disney Plus, melaporkan penambahan 7,9 juta pelanggan baru ke platform-nya dalam tiga bulan pertama di tahun 2022.

Hal ini disampaikan oleh perusahaan melalui laporan pendapatan kuartal kedua (Q2) tahun 2022 mereka di hari Rabu, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (12/5/2022).

Penambahan ini membuat secara total, terdapat 87,6 juta pelanggan Disney Plus di seluruh dunia. Ini belum termasuk 50,1 juta pelanggan Disney Plus Hotstar secara internasional.

Di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, Disney Plus sudah memiliki 7,1 juta pelanggan lebih banyak daripada tahun lalu, dengan 44,4 juta pelanggan.

Disney menambahkan, jumlah pelanggan untuk semua penawaran streaming-nya, termasuk Hulu dan ESPN Plus, telah tumbuh menjadi lebih dari 205 juta. Ini meningkat 196,4 juta yang dilaporkan pada bulan Januari 2022.

Mengutip Deadline, pendapatan rata-rata per pengguna dari Disney Plus, meningkat 9 persen menjadi USD 4,35. Ini lebih rendah ketimbang streaming besar lain karena merupakan add-on berbiaya rendah melalui Hotstar di India dan wilayah Asia Selatan lainnya.

Pertumbuhan Disney Plus juga dipacu dengan bundling Hotstar yang mencapai 50,1 juta, atau sekitar 36 persen dari total.

Dari tahun ke tahun, Disney Plus Hotstar meningkat 42 persen dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 28 persen untuk Disney Plus di luar Hotstar.

Di wilayah AS, pendapatan bulanan rata-rata per pelanggan yang dulu sebesar USD 6,01, sekarang menjadi USD 6,32. Disney menyebut, kenaikan ini terjadi berkat "peningkatan harga eceran dan campuran yang lebih rendah dari pelanggan grosir."

Walau begitu, Disney Plus juga melaporkan bahwa masih kehilangan uang dalam jumlah yang besar, akibat biaya produksi, iklan, serta teknologi yang lebih tinggi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Disney Siap Menerima Pukulan

Biaya ini tampaknya juga tidak akan menurun, dan membuat Disney menaikkan harga seperti yang dilakukan Netflix, karena berisiko memotong pertumbuhan pelanggannya.

Semua faktor tersebut pun dapat memperkuat alasan Disney, yang kabarnya akan membuat paket yang didukung iklan dengan lebih cepat

Pertumbuhan pendapatan ini juga terjadi terlepas dari dihabiskannya USD satu miliar demi merampungkan perjanjian lisensi pelanggan untuk konten film dan televisi lebih awal, untuk dipakai di layanannya sendiri.

Laporan ini tidak merinci pelanggan mana yang terlibat dalam kesepakatan tersebut, namun menunjukkan, perusahaan jelas bersedia menerima pukulan besar demi mendapatkan konten di platform streaming-nya.

Namun, Variety dan The Hollywood Reporter berspekulasi bahwa ini mungkin terkait acara Marvel dari Netflix, yang secara tiba-tiba pindah ke Disney Plus pada bulan Maret 2022.

Laporan dari Disney Plus sendiri lebih baik ketimbang Netflix yang menyatakan telah kehilangan 200 ribu pelanggannya di dunia, pada kuartal pertama (Q1) 2022, dibandingkan kuartal empat (Q4) 2021.

Perusahaan Amerika Serikat itu juga memperkirakan akan ada kerugian yang lebih besar di kemudian hari, bahkan sampai dua juta pelanggan di kuartal kedua.

"Pertumbuhan pendapatan kami sudah sangat melambat," kata Netflix dalam suratnya kepada para pemegang saham, seperti dilansir The Verge, dikutip Rabu (20/4/2022).

3 dari 4 halaman

Netflix Keluhkan Kebiasaan Berbagi Akun

Netflix melanjutkan, pandemi hanya "mengaburkan gambar," dengan adanya banyak masalah yang tersembunyi di bawah permukaan.

Perusahaan pun menunjuk persaingan yang lebih ketat dari layanan over the top (OTT) yang menawarkan harga lebih murah seperti Disney Plus dan Prime Video.

Selain itu, Netflix juga menyalahkan terbatasnya ruang berekspansi di banyak negara karena faktor teknologi yang di luar kendalinya, seperti adopsi smart TV dan harga data, serta banyaknya pengguna yang berbagi akun.

Untuk yang terakhir, menurut raksasa OTT itu, ada lebih dari 222 juta rumah tangga yang membayar untuk menikmati konten Netflix, tetapi lebih dari 100 juta pelanggan Netflix lainnya berbagi akun.

Kondisi ini jadi semakin lebih buruk dengan keputusan Netflix menghentikan layanannya di Rusia, sebagai imbas dari perang Ukraina.

4 dari 4 halaman

Imbas Perang Ukraina dan Rusia

Negara itu seharusnya bisa menyumbang 500 ribu pelanggan, namun mereka malah kehilangan 700 ribu pelanggan setelah Rusia terkena sanksi akibat invasi ke Ukraina. Namun, pertumbuhan masih "lunak" di semua wilayah.

Melalui surat itu, Netflix pun menyebutkan bahwa mereka berencana untuk mempercepat kembali penayangan dan pertumbuhan pendapatannya, dengan meningkatkan semua aspek di platformnya.

"Di sisi konten, kami menggandakan pengembangan cerita dan keunggulan kreatif," tulis perusahaan.

Sementara di sisi produk, baru-baru ini, mereka juga meluncurkan fitur berupa tombol suka dua jempol agar para pelanggannya bisa mengekspresikan dengan lebih tentang apa yang mereka sukai.

Selain itu, menurut perusahaan, kesuksesan secara internasional juga berperan penting untuk masa depan mereka. "Dalam jangka panjang, sebagian besar pertumbuhan kami akan datang dari luar AS," tulis Netflix.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.