Sukses

Pura-Pura Jadi Penegak Hukum, Hacker Peroleh Data Pengguna Apple dan Meta

Hacker mampu menipu Apple dan Meta agar mendapatkan akses informasi data pengguna, seperti alamat IP, nomor telepon hingga alamat rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Apple dan Meta disebutkan telah membocorkan data penggunanya ke hacker yang berpura-pura sebagai penegak hukum

Menurut laporan Bloomberg, peretas memalsukan surat permintaan data darurat yang biasanya dikirim oleh lembaga penegak hukum.

Adapun kejadian ini terjadi pada pertengahan 2021, ketika kedua perusahaan tertipu oleh surat permintaan palsu yang dibuat oleh pelaku kejahatan.

Dikira sebagai surat permintaan darurat resmi, baik Apple dan Meta membagikan informasi tentang alamat IP pengguna, nomor telepon, dan alamat rumah.

Dalam laporan Krebs on Security, permintaan data darurat palsu seperti yang menimpa Meta dan Apple sudah menjadi hal umum.

Mengutip The Verge, Kamis (31/3/2022), dalam aksinya, peretas terlebih dahulu harus mengakses sistem email departemen kepolisian agar dapat menipu pihak Apple dan Meta.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cara Hacker Dapatkan Surat Permintaan Palsu

Ilustrasi (Sumber : beliefnet.com

Krebs menjelaskan, setelah mendapatkan akses ke sistem email departemen kepolisian, pelaku dapat memalsukan permintaan darurat.

Setelah itu, hacker akan mendesak perusahaan tentang potensi jika data yang diminta tidak segera dikirim, sembari menyebutkan identitas pejabat penegak hukum tertentu.

Menurut Krebs, beberapa peretas telah menjual akses ke email pemerintah secara online dengan tujuan menargetkan platform media sosial.

 

3 dari 3 halaman

Terkait dengan Grup Lapsus$?

Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Krebs mencatat, mayoritas pelaku kejahatan yang menggunakan metode surat permintaan palsu ini adalah remaja.

Menurut Bloomberg, peneliti keamanan siber yakin otak dibalik kelompok peretasan Lapsus$ terlibat dalam penipuan jenis ini.

Tim penyelidik mengatakan kepada Bloomberg, hacker mengakses akun lembaga penegak hukum di berbagai negara dan menargetkan banyak perusahaan selama beberapa bulan mulai Januari 2021.

(Ysl/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.