Sukses

Studi: Orang Tidak Begitu Percaya Endorsement Produk dari Influencer

Menurut sebuah studi, orang memiliki kecenderungan tidak mempercayai endorsement produk dari akun terverifikasi

Liputan6.com, Jakarta - Tanda centang di akun media sosial menjadi penanda akun tersebut terverifikasi. Itu berarti, akun itu telah diperiksa dan identitasnya telah dikonfirmasi.

Layanan media sosial biasanya memberikan tanda centang kepada akun-akun resmi, seperti akun pejabat negara dan kenegaraan, organisasi, dan akun pemegang merek.

Namun di luar itu, tanda centang juga sering didapat oleh mereka yang disebut sebagai influencer. Di era internet seperti saat ini, influencer menjadi salah satu opsi untuk memasarkan dan menjual produk.

Terkait hal ini, sekelompok Maine Business School di University of Maine melakukan penelitian bagaimana influencer berpengaruh pada penjualan produk.

"Permintaan untuk verifikasi sangat besar sehingga seseorang dapat membeli lencana terverifikasi melalui 'pasar gelap' yang dimungkinkan oleh pihak ketiga," ujar Jazlyn Dumas, peneliti di studi ini.

Oleh sebab itu, kata Dumas, pihaknya ingin memahami mengapa verifikasi begitu diinginkan, dan apakah verifikasi betul-betul akan menghasilkan manfaat iklan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Percaya Endorsement

Menurut penelitian ini, konsumen di media sosial lebih mengaitkan verifikasi dengan ketersohoran alih-alih kredibilitas. Mereka juga memiliki kecenderungan tidak mempercayai endorsement produk dari akun terverifikasi.

Studi yang terbit di Journal of Consumer Behavior itu melibatkan 223 partisipan berusia 18 hingga 57 tahun untuk penelitian dari Amazon Mechanical Turk, crowdsourcing marketplace yang dijalankan oleh perusahaan teknologi multinasional.

Para partisipan ditanya seberapa sering mereka menggunakan Instagram dan seberapa akrab mereka dengan konsep verifikasi Instagram.

Kemudian, mereka diminta untuk menilai berbagai pengguna media sosial dalam skala dari satu hingga tujuh berdasarkan tiga variabel: orisinalitas, ketersohoran, dan kredibilitas.

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Selanjutnya, para peneliti merekrut 450 partisipan berusia 18 hingga 42 tahun dari Amazon Mechanical Turk. Mereka dihadapkan pada akun influencer kebugaran atau kecantikan; satu menampilkan seorang wanita dalam posisi push-up, lainnya menunjukkan seorang wanita tersenyum, baik terverifikasi maupun terverifikasi dan mengiklankan suatu produk.

Para peserta kembali diminta untuk menilai mereka pada skala dari satu hingga tujuh pada berbagai faktor yang akhirnya dikonsolidasikan ke dalam peringkat daya tarik, kepercayaan, kredibilitas dan ketersohoran.

Selain menilai influencer, para peserta diminta untuk menilai seberapa baik suatu iklan "sesuai" dengan suatu akun dan seberapa besar kemungkinan mereka untuk membeli produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya lebih mengaitkan verifikasi dengan ketersohoran alih-alih orisinalitas atau kredibilitas.

Karena itu pula, para partisipan cenderung tidak mempercayai influencer media sosial terverifikasi saat para influencer mengiklankan merek yang tidak sesuai dengan pesan mereka pada umumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.