Sukses

Canggih, Masker Bekas Bisa Diubah Jadi Baterai

Para peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Nasional di Rusia telah bekerja bersama rekan-rekan dari Amerika Serikat dan Meksiko untuk membuat baterai yang terbuat dari masker bekas.

Liputan6.com, Jakarta Masker wajah yang kamu kenakan saat ini kemungkinan besar dapat digunakan untuk menyalakan mobil atau smartphone di masa depan.

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Energy, bahan yang sulit didaur ulang dapat segera diubah menjadi baterai hemat biaya.

Para peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Nasional di Rusia telah bekerja bersama rekan-rekan dari Amerika Serikat dan Meksiko untuk membuat baterai yang terbuat dari masker bekas.

Mengutip BGR, Selasa (7/3/2022), gagasan ini adalah proposisi menarik dan dapat membantu mengurangi pertumbuhan limbah medis dalam beberapa tahun terakhir.

Para peneliti di balik penelitian ini mengklaim bahwa manusia menggunakan lebih dari 130 miliar masker setiap bulan selama pandemi. Ini tidak mengherankan, mengingat beberapa orang kadang-kadang memakai dua masker atau lebih. Namun, itu menghasilkan banyak limbah medis.

Masalahnya, bahan seperti polimer, yang digunakan di banyak masker wajah, sulit untuk dibuang. Mereka juga mengeluarkan gas beracun saat dibakar. Karena itu, para peneliti mulai mencari cara untuk mendaur ulangnya tanpa menyebabkan lebih banyak kerusakan pada lingkungan.

Hasilnya adalah teknologi baru yang memungkinkan mereka memproduksi baterai yang terbuat dari masker wajah bekas.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Baterai Tipis Fleksibel

Teknologi ini juga memungkinkan mereka untuk menggunakan kemasan blister obat sebagai cangkang, yang pada akhirnya mengurangi limbah medis secara menyeluruh. Dari sana, yang harus dilakukan para peneliti hanyalah memproduksi graphene agar baterainya bekerja.

Pada akhirnya, para peneliti mampu membuat baterai tipis dan fleksibel yang murah dan sekali pakai. Mereka juga mengatakan baterai mampu menyalakan peralatan rumah tangga seperti jam atau lampu.

Dan, akhirnya, mereka menganggap baterai mereka yang terbuat dari masker wajah bekas lebih unggul daripada baterai konvensional karena biaya produksinya tidak mahal.

3 dari 4 halaman

Dipanaskan hingga 140 Derajat Celcius

Menurut siaran pers tentang teknologi baru, para peneliti mencelupkan masker ke dalam tinta graphene setelah mendisinfeksinya dengan ultrasound.

Mereka membasahi topeng dengan tinta. Kemudian para ilmuwan menekannya di bawah tekanan ekstrem dan memanaskannya hingga sekitar 140 derajat Celcius.

Profesor Anvar Zakhidov, direktur ilmiah proyek tersebut, mengatakan bahwa baterai konvensional membutuhkan suhu hingga 1300 derajat Celcius untuk diproduksi.

Jadi, teknologi baru ini tidak hanya menggunakan bahan daur ulang untuk membuat baterai, tetapi juga membutuhkan lebih sedikit energi untuk membuatnya.

Baterai yang terbuat dari masker wajah bekas dapat menyimpan energi berkapasitas tinggi meskipun biaya produksinya sangat kecil.

Pada akhirnya, para peneliti mengatakan mereka ingin menerapkan teknologi baru untuk produksi lebih banyak baterai, seperti yang terlihat pada mobil listrik dan bahkan pembangkit listrik tenaga surya.

4 dari 4 halaman

Infografis 5 Tips Ajarkan Anak Pakai Masker Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.