Sukses

CTI Group: Perusahaan Dituntut Beradaptasi dengan Pola dan Kebiasaan Baru Pelanggan

CTI Group melihat, pelanggan saat ini memiliki kontrol yang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk memilih produk dan layanan yang akan digunakannya

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan haruslah beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tuntutan pelanggan, yang juga terus berubah seiring adaptasi mereka di era pandemi Covid-19.

Penyedia solusi IT di Indonesia, PT Computrade Technology International (CTI Group), melihat pelanggan saat ini memiliki kontrol yang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk memilih produk dan layanan yang akan digunakannya.

Hal ini merupakan konsekuensi logis terbukanya saluran informasi. Ini juga yang menjadikan pelanggan tidak dengan mudah berinteraksi dengan berbagai merek yang tidak memiliki loyalitas pada merek produk atau layanan tertentu.

Maka dari itu, perusahaan pun harus beradaptasi dengan pola dan kebiasaan baru para pelanggan tersebut jika tak ingin berisiko ditinggalkan.

"Saat ini, menjadi customer-centric bukanlah suatu pilihan, melainkan suatu keharusan jika perusahaan ingin bertumbuh," kata Rachmat Gunawan, CEO CTI Group dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/2/2022).

Dia mengungkapkan, ada beberapa tantangan perusahaan untuk menjadi gesit dan responsif terhadap perubahan yang terjadi.

Tantangan itu seperti kurangnya keselarasan antara fungsi front, middle dan back office, kendala warisan IT, dan kurangnya integrasi antar berbagai elemen yang ada dalam sebuah perusahaan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tantangan Memenuhi Ekspektasi Pelanggan

Laporan KPMG: Make The Connection menyebutkan, pelanggan saat ini semakin terhubung dan membuat mereka semakin banyak tuntutan, semakin diberdayakan, dan memiliki banyak informasi dan pilihan yang hampir tidak terbatas.

Akibatnya, memenuhi ekpektasi pelanggan menjadi tantangan tersendiri. 43 persen persen organisasi mengatakan mereka secara rutin memenuhi harapan pelanggan dan hanya 12 persen yang percaya bahwa mereka secara konsisten melebihi mereka.

Pada saat yang sama, ini menjelaskan mengapa meningkatkan pengalaman pelanggan paling sering dikutip oleh organisasi sebagai tujuan utama yang mendorong strategi berpusat pada pelanggan mereka.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa perusahaan dapat menciptakan bisnis yang benar-benar customer-centric membutuhkan pendekatan yang didasarkan pada tiga atribut utama.

Pertama, organisasi perlu berpikir 'dari luar ke dalam' dan melihat semua tindakan yang dilakukan dari perspektif pelanggan dan memahami implikasi ekonomi.

Ini berarti menghubungkan apa yang terjadi secara eksternal dengan perubahan yang perlu didorong secara internal.

3 dari 5 halaman

Menggunakan Informasi Demi Kepuasan Pelanggan

Kedua, bisnis harus menggunakan informasi ini untuk memuaskan keinginan pelanggan demi menciptakan pengalaman yang menarik dari awal hingga akhir siklus transaksi pelanggan.

Ini juga berarti menyelaraskan pengalaman di seluruh pihak ketiga dan pemasok untuk memudahkan pelanggan berinteraksi dengan perusahaan.

Ketiga, setiap bisnis harus memastikan bahwa seluruh bagian perusahaan--depan, tengah dan belakang--selaras untuk memenuhi janji dan menjawab harapan pelanggannya.

Ini berarti meruntuhkan silo untuk menjadi bisnis yang berpusat pada pelanggan dan diaktifkan secara digital yang benar-benar dirancang untuk pertumbuhan yang menguntungkan.

Maka dari itu, fokus pada tiga komponen utama ini akan membuat perusahaan terhubung atau connected enterprise, dengan pelanggan, mitra, dan antara tim serta fungsi di dalamnya.

Namun, pelanggaran keamanan juga bisa secara langsung merusak kepercayaan pelanggan dan menurunkan kredibilitas bisnis. Sehingga, keamanan data dan privasi telah menjadi isu prioritas tinggi.

4 dari 5 halaman

Perlindungan Data

Habisanti, Country Manager, Veeam Indonesia mengungkapkan, banyak organisasi di Indonesia telah beralih ke lingkungan kerja hybrid serta adopsi program transformasi digital juga terbukti terus meningkat.

"Hal ini membuat pemeliharaan dan perlindungan data menjadi lebih sulit, memberikan tantangan bagi organisasi untuk memanfaatkan celah ini dan menggunakan serta melindungi data dengan aman sekaligus memungkinkan pertumbuhan bisnis," kata Habisanti.

CTI Group sendiri pada hari ini mengumumkan jadwal konferensi tahunannya, CTI IT Infrastructure Summit 2022: Making Connected Enterprise a Reality: Thriving the Post COVID-19 World, yang akan diselenggarakan Kamis, 10 Maret 2022 mendatang.

CTI IT Infrastructure Summit 2022 akan dilangsungkan secara virtual, meliputi serangkaian acara yang menghadirkan sejumlah pembicara utama dari KPMG, Veeam dan Cloudflare.

Mereka akan berbagi pengetahuan, pengalaman, praktik dan studi kasus yang bisa jadi referensi pelaku bisnis untuk merancang strategi dan membuat roadmap investasi teknologi.

Referensi ini dapat membantu perusahaan menjadi lebih fokus kepada pelanggan sebagai kunci utama pertumbuhan berkelanjutan pasca pandemi.

Lebih dari 10 brand IT terkemuka global turut mendukung CTI IT Infrastructure Summit 2022 seperti Veeam, Cloudflare, Huawei, Rubrik, Extrahop, NetApp, Alibaba Cloud, Commvault, dan Entrust.

(Dio/Isk)

5 dari 5 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.