Sukses

Polandia Akui Pakai Spyware Pegasus, Tapi Bukan untuk Pantau Lawan Politik

Seorang pejabat Polandia mengakui pakai spyware Pegasus, namun dia membantah kalau spyware ini dipakai untuk memantau lawan politiknya.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang politisi terkemuka Polandia dari Partai Hukum dan Keadilan (PiS) yang berkuasa saat ini mengakui, pemerintah negara tersebut telah membeli spyware Pegasus dari NSO Group yang selama ini memicu kontroversi.

Wakil Perdana Menteri Polandia Jeroslaw Kaczynski itu mengungkap, spyware Pegasus ini digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk mengatasi kejahatan dan korupsi.

"Akan disayangkan jika dinas rahasia Polandia tidak dilengkapi dengan alat pengawasan seperti itu," kata Kaczynski, dalam komentarnya kepada majalah Polandia Sieci, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Senin (10/1/2022).

Sebelumnya, pemerintah Polandia membantah telah menggunakan spyware Pegasus untuk melakukan pemantauan dan pengawasan.

Seperti diberitakan sebelumnya, spyware Pegasus ini bisa menyusup ke ponsel, mencuri data dari perangkat dan meneruskannya ke penyerang. Spyware ini disebut-sebut bisa aktif saat korban menerima pesan dari penyerang, tanpa perlu mengklik apa pun.

Kendati demikian, Kaczynski menepis tudingan bahwa pemerintah Polandia menggunakan software mata-mata Pegasus untuk memantau lawan politik.

"Namun saya hanya menekankan, cerita oposisi bahwa Pegasus dipakai untuk tujuan politik adalah omong kosong," katanya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Temuan Pegasus Dipakai Mata-matai Lawan Politik

Sebelumnya, pengawas internet Citizen Lab milik University of Toronto menemukan, spyware ini dipakai untuk memata-matai tiga kritikus pemerintah Polandia.

Salah satu target Pegasus yang dilaporkan adalah Krzysztof Brejza. Ia merupakan anggota Senat Polandia yang teleponnya diretas beberapa kali menjelang pemilihan parlemen pada 2019.

Pada saat itu, Brejza ditugaskan untuk menjalankan kampanye parlementer oposisi Polandia. Ia menuding pemerintah curang dalam pemilihan, karena meretas teleponnya berarti PiS yang berkuasa bisa memiliki wawasan tentang strategi kampanye yang dijalankan lawan politiknya.

3 dari 4 halaman

Tudingan Diamini Lembaga HAM

Pengawas HAM Amnesty International memverifikasi tudingan bahwa telepon Brezja telah diretas. Sebuah laporan tahun 2021 mengungkap, spyware Pegasus digunakan oleh Arab Saudi, Maroko, Azerbaijan, dan negara-negara lain untuk memata-matai jurnalis, aktivis, dan politisi.

Spyware ini dikembangkan oleh perusahaan Israel bernama NSO Group.

Pengungkapan peretasan di Polandia juga disamakan dengan skandal Watergate di AS pada tahun 1970-an. Pemimpin oposisi Polandia Donald Tusk menyerukan penyelidikan parlemen atas penggunaan Pegasus oleh pemerintah.

Sementara, tudingan penggunaan spyware merupakan skandal terbaru yang dilakukan oleh partai berkuasa di Polandia, PiS. Belum lama ini partai tersebut juga dikritik karena kehadiran undang-undang terkait media. Pemerintah Polandia juga mendapat kritik tajam dari Uni Eropa tentang sistem peradilannya.

(Tin/Isk)

4 dari 4 halaman

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini