Sukses

5 Modus Penipuan Online Ini Semakin Marak Terjadi

Kenali 5 tanda penipuan online ini agar tidak jadi korban.

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan layanan digital mulai dari e-commerce, gaming, hingga investor cryptocurrency kini harus mengutamakan keamanan agar terbebas dari ancaman scammers alias penipu. Untuk itulah, kita semua perlu mengenali upaya penipuan online sebelum jadi korban.

Pakar keamanan Kaspersky Roman Dedenok pun membagikan lima cara mengenali penipuan online untuk membantu semua pengguna layanan online terhindar dari bahaya.

1. Menawarkan hadiah menarik hingga rasa takut

Para penipu kerap memanfaarkan perasaan kritikal dalam diri manusia. Mulai dari keserakahan hingga rasa takut. Dalam hal ini skema pertama, mereka menjanjikan calon korban hadiah yang luar biasa besar, misalnya tunjangan pemerintah atau cryptocurrency gratis.

Skema kedua adalah melibatkan intimidasi, seperti ancaman mengirim video korban yang menonton film porno ke seluruh kontak atau merusak reputasi situs web perusahaan.

Dalam kedua kasus ini, pelaku kejahatan siber mencoba memangkas kemampuan korban untuk merespon secara rasional.

Oleh karenanya, saat membaca email semacam itu dan ingin melakukan hal yang persis diminta pengirim ancaman (entah itu mengikuti tautan, mengirim uang, menelepon nomor, dan lain-lain) itu sebenarnya adalah tanda peringatan.

Kaspersky menyarankan mereka untuk membaca kembali pesan tersebut dengan seksama. Kemungkinan besar, kamu pun akan melihat sebuah pesan penipuan, jadi jangan hiraukan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Minta korban buru-buru

Situasi yang melibatkan emosi dapat menyebabkan orang kehilangan daya berpikir kritis. Begitu pula dengan rasa “terburu-buru” yanag juga membuat orang kehilangan daya berpikir kritisnya.

Scammers mengeksploitasi perasaan tersebut juga, misalnya dengan menetapkan tenggat waktu yang ketat.

Jika sebuah pesan mengatakan Anda hanya memiliki beberapa hari, jam, atau bahkan menit untuk mengklaim hadiah atau pembelian barang sebelum terjual habis, sekali lagi, itu mungkin penipuan.

 

3 dari 5 halaman

3. Desain yang amatir

Kesalahan yang jelas dalam sebuah pesan bisa jadi tanda bahaya agar kita selalu waspada.

Beberapa mungkin menunjukkan salah eja yang disengaja atau penggantian huruf dengan nomor yang tampak serupa hingga menggunakan rekan optik dari alfabet lain untuk mengelabui filter spam.

Apa pun alasan kesalahan ketik itu adalah tanda bahaya yang pasti dan patut diwaspadai.

 

4 dari 5 halaman

4. Mencari database

Ketika calon korban mengunjungi situs web penipuan dari email atau pesan obrolan, penipu biasanya mencoba menarik mereka melalui serangkaian tugas sederhana.

Cukup sering, para penipu online ini akan memperlihatkan animasi yang diduga menunjukkan pencarian basis data untuk status pemenang hadiah. Kemudian, mereka meminta korban untuk mengisi formulir.

Terkadang para korban juga mungkin diundang untuk membaca ulasan atau komentar (palsu) dari “pemenang sebelumnya”.

Baru-baru ini, Kaspersky telah melihat obrolan dengan bot yang menyamar sebagai pengacara, konsultan, atau karyawan pendukung.

Terlepas dari detail skenario yang ada, tujuan keseluruhannya sederhana dan jelas: membuat orang tersebut menginvestasikan sedikit waktu dan membuat mereka tetap di halaman.

Dengan demikian, semakin banyak investasi yang mereka berikan, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menutup halaman saat pembayaran diminta, dan itu pasti akan terjadi.

Saat situs web yang menjanjikan tunjangan besar meminta terlalu banyak data konfidensial yang tidak diperlukan, Kaspersky menyarankan Anda untuk segera menutup laman tersebut.

5 dari 5 halaman

5. Meminta sedikit biaya di awal

Trik lain setelah menggaet korban adalah meminta sedikit biaya. Para penipu online ini biasanya akan meminta korban mentransfer demi keperluan verifikasi kartu atau pembayaran pendaftaran.

Tanpa itu, penipu bersikeras bahwa korban tidak bisa menerima hadiah yang dijanjikan.

Jumlah yang diminta biasanya kecil, tidak signifikan, bahkan kerap datang dengan jaminan pengembalian di kemudian hari.

Biaya ini adalah hal pertama yang bisa dicuri dari korban. Pada akhirnya tidak akan ada hadiah, hanya kemungkinan kehilangan lebih banyak apabila korban membagikan detail kartu kredit dengan penipu.

(Tin/Ysl)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.