Sukses

Protes PHK Sepihak, Karyawan Call of Duty Walkout

Para karyawan di Raven Software, salah satu studio pembesut Call of Duty di bawah Activision Blizzard, memutuskan untuk melakukan aksi walkout untuk memprotes PHK sepihak yang dilakukan perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta - Karyawan di Raven Software, yang merupakan bagian kerja dari franchise Call of Duty, walkout. Mereka melakukan aksi ini sebagai respon atas pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak belasan pegawai lainnya pada Jumat lalu.

Dalam pernyataannya, para karyawan ini mengatakan, "Setiap anggota tim QA (quality assurance atau penguji), termasuk mereka yang kontraknya diputus pada Jumat lalu harusnya ditawari posisi kerja penuh."

Mengutip The Verge, Rabu (8/12/2021), sebelumnya orang-orang diberi tahu kontraknya akan berakhir 28 Januari mendatang.

Mereka disebut masih berada dalam "performa baik" dan banyak karyawan yang belum di-PHK masih belum yakin tentang status kepegawaiannya.

Pernyataan ini juga menggarisbawahi pentingnya tim QA atau penguji untuk Call of Duty: Warzone. Gim berjenis battle royale ini adalah salah satu gim battle royale terpopuler besutan Activision Blizzard.

Menurut para pekerja, gim ini menghasilkan setidaknya USD 5,2 juta atau setara Rp 75 miliar per hari.

"Menghentikan kontrak para tester dengan performa baik padahal mendapatkan keuntungan yang konsisten menempatkan studio dalam risiko," kata pernyataan para karyawan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Perusahaan

Menanggapi perihal PHK ini, seorang juru bicara Activision Blizzard mengkonfirmasi, pihaknya telah memberi tahu 20 pekerja tidak tetap di seluruh studionya, kontrak mereka tidak akan diperpanjang.

Perusahaan juga menolak untuk menginformasikan berapa banyak jumlah karyawan per studio yang kontraknya dihentikan.

Kendati demikian, sang juru bicara juga mengatakan, "Perusahaan mengubah sekitar 500 pekerja tidak tetap menjadi karyawan penuh waktu dalam beberapa bulan mendatang."

Sementara Senin, kemarin, A Better ABK, kelompok advokasi yang dibuat oleh karyawan Activision Blizzard melaporkan bahwa Treyarch, sebuah studio Activision lainnya, akan mengubah semua posisi yang dijabat oleh pekerja tidak tetap. Posisinya dari pekerja agen Volt Workforce Solution menjadi pekerja penuh waktu.

3 dari 3 halaman

Tekanan di Activision Blizzard

Sekadar informasi, Activision Blizzard memang berada di bawah pengawasan ketat menyusul adanya gugatan negara bagian California terhadap perusahaan. Perusahaan gim ini dituding memupuk budaya "pelecehan seksual secara terus menerus."

Pengawasan pada lingkungan kerja Activision Blizzard pun kian meningkat, setelah laporan Wall Street Journal yang menyebut, CEO Activision Blizzard mengetahui tudingan pelanggaran seksual di perusahaan selama bertahun-tahun.

Karyawan pun sempat melakukan protes mogok kerja menyusul gugatan pada Juli 2021, setelah adanya laporan dari The Wall Street Journal, November lalu.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.