Sukses

Aplikasi Kesehatan dan Wearable Hanya Efektif Tingkatkan Aktivitas Fisik pada Orang Kaya

Orang berstatus sosial ekonomi tinggi ditemukan lebih mendapatkan manfaat aplikasi kesehatan digital atau perangkat wearable, dalam meningkatkan aktivitas fisik

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan alat, aplikasi digital, atau perangkat wearable kesehatan, tampaknya hanya membantu meningkatkan aktivitas fisik pada orang-orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi.

Dalam sebuah analisis-meta terbaru, alat digital seperti pesan teks motivasi yang mencoba mendorong seseorang untuk lebih banyak aktivitas fisik, tidak efektif bagi mereka yang kekurangan secara ekonomi.

Dilansir The Verge, Jumat (26/11/2021), temuan ini memperkuat argumen intervensi kesehatan digital dapat memperlebar kesenjangan kesehatan antar kelompok.

Studi ini dipublikasikan awal November di International Journal of Behavioural Nutrition and Physical Activity.

Judulnya adalah The effectiveness of digital interventions for increasing physical activity in individuals of low socioeconomic status: a systematic review and meta-analysis.

Dalam analisanya, para peneliti melihat 19 studi yang menguji apakah hal-hal seperti pesan teks, petunjuk berbasis web, atau pelacak langkah yang digunakan, bisa mendorong tingkat aktivitas fisik seseorang.

Dalam semua penelitian, alat-alat perilaku tersebut tidak efektif untuk orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah, hanya efektif bagi orang yang lebih kaya. Pola ini berlaku di setiap jenis pendekatan yang diuji.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Mempersempit Kesenjangan

Alat kesehatan digital, selama ini memang kerap diklaim sebagai cara untuk memperkecil ketimpangan di bidang kesehatan, karena mengemas intervensi kesehatan ke dalam bentuk yang lebih murah dan mudah.

Selain itu, semakin banyak orang yang mendapatkan akses ke alat dan teknologi seperti ponsel atau wearable.

Namun studi ini menunjukkan, meski orang-orang dalam kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah sama-sama memiliki akses ke alat kesehatan digital, mereka tetap tidak mempersempit kesenjangan.

Penulis studi mengatakan, ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu bisa terjadi.

Orang dengan status sosial ekonomi rendah memiliki literasi kesehatan elektronik yang juga lebih rendah. Ini berarti, mereka kurang mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kesehatannya.

Selain itu, mereka mungkin tidak memiliki waktu sebanyak konsumen dengan sosial ekonomi yang lebih tinggi untuk melakukan hal-hal yang disarankan alat kesehatan digital, seperti lebih sering jalan-jalan atau olahraga. 

3 dari 4 halaman

Hanya Teliti Alat untuk Meningkatkan Aktivitas Fisik

Studi ini sendiri secara khusus melihat pada alat-alat digital yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas fisik.

Namun menurut para penulis, bisa saja ada pola serupa dalam program yang menargetkan jenis perilaku kesehatan lainnya.

Para peneliti menambahkan, jika masalahnya ada di industri, mungkin akan sulit meyakinkan pengembang alat kesehatan digital, untuk mencari cara memastikan produk mereka berguna bagi kelompok berpenghasilan rendah.

Mereka berargumen, hal ini karena sebagian besar perusahaan kesehatan digital berfokus pada konsumen, memiliki tujuan untuk menghasilkan uang. Fokus mereka juga seringkali pada pelanggan yang membeli produknya.

"Tanggung jawab kemungkinan akan berada pada peneliti dan pendukung kesehatan masyarakat untuk mengatasi perbedaan tersebut," ujar para penulis studi.

(Gio/Ysl)

4 dari 4 halaman

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.