Sukses

Studi: Pemilik Kripto Lebih Suka Beramal Ketimbang Investor Konvensional

Hampir 90 persen milenial yang bermain kripto mengatakan beramal adalah bagian penting dari kehidupan mereka,

Liputan6.com, Jakarta - Di luar dari fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kripto sebagai mata uang, sebenarnya ada banyak sisi posotif yang bisa diambil dari fenomena terkait kripto.

Salah satunya adalah komunitas Kebun Online yang membantu membangun 10 masjid di beberapa daerah dengan menggunakan aset kripto pada tahun ini.

Di sisi lain, menurut studi baru dari Fidelity, investor kripto lebih dermawan, dengan 45 persen menyumbangkan US$ 1.000 (sekitar Rp 14 juta) atau lebih untuk amal pada 2020, dibandingkan dengan 33 persen dari seluruh populasi investor (termasuk investor konvensional).

Hampir setengah dari generasi milenial yang bermain kripto mengatakan aset digital ini adalah investasi yang cerdas, dibandingkan dengan 18 persen Gen X dan 6 persen baby boomer.

Hampir 90 persen milenial mengatakan memberi amal adalah bagian penting dari kehidupan mereka, dibandingkan dengan 74 persen dari total populasi investor. Demikian sebagaimana diansir Cheddar News, Kamis (25/11/2021).

“Ketika investor--khususnya milenial--menggabungkan minat mereka pada mata uang digital dengan nilai amal mereka, aset digital berpotensi menjadi sumber pendanaan yang signifikan untuk filantropi,” kata Tony Oommen, Wakil Presiden dan Konsultan Perencanaan Amal di Fidelity Charitable.

"Mereka telah menyumbangkan US$ 158 juta atau Rp 2,2 triliun dalam aset cryptocurrency di Fidelity Charitable tahun ini, meningkat 464 persen dari tahun 2020," ungkapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tren Tahun Lalu

Fidelity Charitable mengatakan menerima UD$ 28 juta atau sekitar Rp 400 miliar dalam bentuk cryptocurrency pada tahun 2020, naik lebih dari dua kali lipat dari 2019.

Organisasi nirlaba ini menuturkan tren tersebut tumbuh karena investor kripto mengetahui lebih banyak pengetahuan terkait pajak.

Peningkatan dalam beramal terjadi bahkan ketika 38 persen investor kripto masih tidak menyadari bahwa menjual aset digital dikenai pajak, dan hampir 30 persen dari mereka tidak tahu pasti apakah kripto dapat disumbangkan langsung ke organisasi amal.

Di samping itu, survei menemukan hampir 50 persen dari mereka yang memberikan sumbangan kripto mengatakan sulit untuk menemukan badan amal yang akan menerima sumbangan dalam bentuk kripto.

3 dari 4 halaman

Proses Amal Pakai Kripto Dianggap Masih Rumit

Setengah dari investor juga mengatakan badan amal yang mereka cari membutuhkan jumlah lebih besar daripada yang ingin mereka berikan, dan 44 persen mengatakan itu adalah 'proses yang rumit' untuk disumbangkan.

"Ketika pasar cryptocurrency berkembang dan matang, kami berharap akan banyak proses transaksi yang menurut investor kikuk atau sulit, saat ini menjadi lebih lancar, termasuk kemampuan untuk menyumbangkan aset ini untuk tujuan amal," kata Oommen.

Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson saat ini bahkan telah menerima kripto, bersamaan dengan International Animal Rescue, Save the Children, The Jewish Community Federation and Endowment Fund, dan lainnya.

4 dari 4 halaman

5 Aplikasi Aset Kripto Terbanyak Diunduh di Dunia pada Q3 2021

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.