Sukses

Apa itu Metaverse, Populer dari Fiksi Ilmiah hingga Digemborkan Mark Zuckerberg?

Istilah metaverse yang akhir-akhir ini populer karena pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mulai mencuat lewat sebuah novel berjudul Snow Crash.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook akhirnya mengganti nama perusahaan induk mereka menjadi Meta. Sang CEO Mark Zuckerberg juga mengungkapkan ambisinya untuk fokus pada konsep metaverse.

"Kami percaya metaverse akan menjadi penerus internet mobile, kita akan bisa merasa hadir, seakan kita berada di sana bersama orang-orang tak peduli seberapa jauh jarak sesungguhnya," kata Zuckerberg.

Metaverse sendiri sebenarnya bukanlah istilah baru dalam dunia teknologi dan sains. Ia juga bukanlah konsep yang mudah untuk dijelaskan.

New York Post, dikutip Jumat (29/10/2021), mendefinisikan metaverse sebagai sesuatu yang luas, namun umumnya mengacu pada lingkungan dunia maya bersama, yang bisa diakses orang melalui internet.

Istilah ini bisa merujuk pada ruang digital yang dibuat lebih hidup dengan penggunaan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).

Beberapa orang juga menggunakan istilah metaverse untuk menggambarkan dunia game, di mana pengguna bisa memiliki karakter yang bisa berjalan-jalan dan berinteraksi dengan pemain lain.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tempat Dunia Fisik dan Digital Bersatu

Sementara menurut The Guardian, metaverse adalah tempat di mana dunia fisik dan digital bersatu.

Metaverse merupakan ruang di mana representasi digital dari seseorang atau avatar, berinteraksi dengan bekerja dan bermain, melakukan pertemuan di kantor mereka, pergi ke konser atau mencoba baju.

Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook yang sekarang sudah berganti nama menjadi Meta, mengungkapkan bahwa istilah "meta" berasal dari kata Yunani yang dalam bahasa Inggris berarti "beyond" atau "melampaui."

Zuckerberg mengatakan, dengan metaverse, seseorang bisa melakukan hampir semua hal yang bisa dibayangkan seperti berkumpul dengan teman dan keluarga, bekerja, belajar, bermain, berbelanja, hingga berkreasi.

"Serta pengalaman yang benar-benar baru yang tidak sesuai dengan cara yang kita pikirkan mengenai komputer atau telepon hari ini," katanya.

"Di masa depan ini, Anda akan bisa berteleportasi secara instan sebagai hologram untuk berada di kantor tanpa bepergian, di konser dengan teman, atau di ruang tamu orangtua Anda untuk bertemu," kata Zuckerberg.

3 dari 5 halaman

Dimulai dari Fiksi Ilmiah

Mengutip The Verge, istilah metaverse sendiri mulai dipopulerkan dari sebuah karya fiksi ilmiah.

Neal Stephenson terkenal sebagai pencipta istilah "metaverse" dalam novelnya yang berjudul Snow Crash pada tahun 1992, dan merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang di dunia nyata.

Selain Snow Crash, salah satu contoh metaverse yang paling terkenal lainnya ada di novel tahun 2011, Ready Player One karya Ernest Cline, yang diadaptasi menjadi sebuah film pada 2018.

Meski begitu, sejauh ini, The Verge menyatakan belum ada definisi yang diterima secara universal mengenai metaverse yang sesungguhnya.

Facebook sendiri mendefinisikan metaverse dengan lebih sederhana.

"Metaverse adalah seperangkat ruang virtual tempat Anda dapat membuat dan menjelajahi bersama orang lain yang tidak berada di ruang fisik yang sama dengan Anda," kata mereka.

4 dari 5 halaman

Kekhawatiran Metaverse Facebook

Facebook sendiri memiliki versi profesional dari metaverse mereka yaitu Horizon Workrooms, aplikasi yang memungkinkan pekerja dengan headset VR Oculus, memasuki kantor virtual dan mengadakan rapat.

Sebagai dampak dari pandemi Covid-19, konsep metaverse memang lumayan terdengar menarik.

Apalagi, dengan semakin banyaknya orang yang bekerja dan bekerja dari jarak jauh, ada peningkatan permintaan untuk cara membuat interaksi online menjadi lebih hidup.

Konsep metaverse Facebook sendiri bukan tanpa kritik, khususnya dalam konteks yang diungkapkan oleh whistleblower Frances Haugen, serta penargetan media sosial secara luas oleh peretas yang didukung negara, yaitu privasi dan keamanan.

Misalnya, pengiklan yang menargetkan kamu di dunia maya, mungkin tak hanya bereaksi terhadap data seperti usia dan jenis kelamin, namun bahasa tubuh, respons fisiologis, dengan siapa kamu berinteraksi, serta bagaimana caranya.

(Dio/Isk)

5 dari 5 halaman

Infografis Film Bertema Masa Depan Bumi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.