Sukses

Kemkominfo: Daya Serang Hoaks Lebih Cepat Ketimbang Upaya Verifikasinya

Kemkominfo upaya verifikasi sebuah kabar bohong membutuhkan waktu yang lebih lama untuk masuk ke masyarakat ketimbang daya serang hoaks itu sendiri

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengungkapkan isu kesehatan menjadi bahan yang paling banyak dijadikan hoaks di masa pandemi Covid-19.

Devie Rahmawati, Tenaga Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, mengatakan sebelum pandemi hoaks kesehatan menjadi yang terbanyak kedua atau ketiga.

"Biasanya politik, pemerintahan, kesehatan, atau kesehatan nomor dua. Ini memang tergantung fenomena apa yang sedang menghampiri masyarakat," kata Devie dalam sebuah temu media virtual beberapa waktu lalu.

Menurut Devie, hoaks atau berita bohong memiliki daya serang ke akar rumput yang lebih dalam dan hanya butuh waktu tiga menit.

"Sedangkan upaya verifikasinya itu butuh waktu minimal paling cepat 30 menit, itu saja sudah paling cepat," ujarnya dalam konferensi pers virtual JaWAra Internet Sehat, ditulis Jumat (8/10/2021).

Devie juga mengibaratkan, apabila sebuah informasi hoaks dapat menembus kedalaman hingga tingkat ke-19, maka upaya verifikasinya hanya bisa mencapai tingkat 10.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemberantasan Hoaks Upaya Bersama

Maka dari itu, menurut Devie, pemberantasan informasi hoaks harus dilakukan bersama-sama oleh berbagai pihak.

Devie pun mengakui pemerintah tidak bisa sendiri dalam mengatasi informasi-informasi hoaks yang beredar di masyarakat. Mereka mengatakan sudah bekerja sama dengan berbagai pihak.

"Ada juga hoax debunking, tapi untuk menjadi ini tidak bisa sembarangan karena ada tekniknya," kata Devie. "Kalau sembarang orang yang melakukan debunk, maka berpeluang dia menyebarkan hoaks kembali."

Sementara di hilir, Devie mengatakan Kemkominfo sudah berupaya memberantas hoaks dengan melakukan penegakkan hukum dengan pemblokiran dan proses hukum oleh pihak kepolisian.

3 dari 4 halaman

Hoaks Bisa Berujung Hilangnya Nyawa

Devie mengatakan, hoaks dapat mempengaruhi ketahanan digital di Tanah Air. Menurutnya, ada 3K masalah yang timbul akibat hal tersebut.

"K" yang pertama adalah kerusuhan sosial. Devie mencontohkan kasus yang terjadi baru-baru ini di Yahukimo, Papua, juga dipicu karena adanya berita bohong.

"Jadi jangan dipikir 'ini apa sih masih saja membicarakan hoaks?' taruhannya adalah nyawa," kata Devie.

"K" kedua yang dimaksud oleh Devie adalah konflik politik, misalnya seperti konflik dan kekerasan yang terjadi di masa Pemilihan Presiden tahun 2019.

"Banyak angka lain yang jelas menunjukkan bahwa hoaks itu betul-betul diujungnya bisa membawa kematian," Devie menambahkan.

"K" terakhir adalah kerugian ekonomi. Devie mengutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan bahwa pada 2011-2020, hoaks soal ekonomi merugikan masyarakat hingga lebih dari Rp 114 triliun.

Devie mempertegas bahwa kerugian materi akibat hoaks bukan dirasakan oleh negara, tetapi oleh masyarakat itu sendiri.

"Uang yang mungkin tadinya sudah ditabung untuk naik Haji atau menyekolahkan anak ke luar negeri, hilang semua akibat hoaks-hoaks seputar ekonomi yang betul-betul bisa memiskinkan warga," sambungnya.

(Dio/Isk)

4 dari 4 halaman

Infografis Cek Fakta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.