Sukses

Cerita Bos Telegram Pernah Jadi Korban Peretasan Spyware Mirip Pegasus

Bos Telegram Pavel Durov bercerita dirinya pernah menjadi korban peretasan dari spyware mirip Pegasus. Namun menurutnya saat itu perangkatnya tidak menyimpan banyak informasi.

Liputan6.com, Jakarta - Bos Telegram Pavel Durov mengaku pernah menjadi korban peretasan menggunakan software mirip dengan spyware Pegasus.

Hal ini dinyatakan Pavel Durov saat menyerukan kepeduliannya mengenai maraknya peretasan perangkat milik orang-orang penting, menggunakan spyware Pegasus besutan perusahaan Israel NSO Group.

Mengutip informasi dari Phone Arena, Kamis (29/7/2021), Pavel Durov mengatakan salah satu nomor teleponnya telah dibobol oleh software yang mirip seperti Pegasus sejak 2018.

Namun, saat itu dirinya tidak merasa khawatir karena tidak ada informasi penting dari peretasan tersebut.

"Alat pengawasan ini bisa digunakan pada orang yang lebih penting dari saya. Keberadaan backdoor dalam infrastruktur software menciptakan tantangan besar pada umat manusia. Untuk itulah saya menyerukan agar pemerintah dunia bertindak melawan duopoli Apple-Google di pasar smartphone," kata Pavel Durov.

Ia menambahkan, pemerintah dunia perlu memaksa Google dan Apple untuk membuka ekosistem tertutup mereka dan memungkinkan lebih banyak kompetisi.

Pavel Durov sebelumnya juga menyalahkan Apple dan Google atas masalah spyware Pegasus yang telah memakan banyak korban, terutama dari kalangan politisi, jurnalis, pejuang HAM, hingga orang-orang penting di seluruh dunia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tuding Google dan Apple Sengaja Acuh Tak Acuh

Pavel Durov mengatakan, Google dan Apple mungkin sengaja acuh tak acuh tentang eksploitasi ini spyware Pegasus.

Durov mengatakan, kedua perusahaan dimintai tolong pemerintah tetapi mengaku hanya ada celah kerentanan yang tidak berbahaya. Padahal menurut Durov, celah itu yang membuat skandal Pegasus meluas.

"Tools ini bisa meretas smartphone iOS dan Android dan tidak ada cara untuk melindungi perangkat kita darinya. Tidak masalah aplikasi apa yang digunakan, karena sistem telah dilanggar pada tingkat yang lebih dalam," kata Pavel Durov.

Lebih lanjut Pavel Durov mengatakan, berdasarkan keterangan dari Snowden di 2013, baik Apple maupun Google merupakan bagian dari program pengawasan global.

"(Sebagai bagian dari program pengawasan global) Ini menyiratkan bahwa perusahaan-perusahaan harus menerapkan backdoor ke sistem OS mereka. Backdoor ini memungkinkan agen AS untuk mengakses informasi smartphone di dunia, di mana pun itu," katanya.

3 dari 3 halaman

Geram dengan NSO Group

Menurut Pavel Durov, NSA Group berdalih bahwa pihaknya hanya menjual software Pegasus kepada pemerintah dan agensi keamanan. NSO Group mengklaim, bukan berarti siapa pun bisa mengeksploitasi perangkat orang lain.

Pihak Apple pun mengeluarkan pertanyaan. Menurut Apple, serangan canggih menghabiskan jutaan dolar AS untuk pengembangannya dan sering menargetkan individu tertentu.

"Meski bukan ancaman untuk sebagian besar pengguna kami, kami terus bekerja keras melindungi seluruh pelanggan. Kami akan menambah perlindungan baru untuk perangkat atau data mereka," kata pihak Apple.

Pavel Durov pun masih skeptis mengenai langkah Apple dalam memastikan keamanan dan privasi para penggunanya, mengingat perangkat iPhone masih bisa dibobol.

(Tin/Isk)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.