Sukses

Google Gagal Blokir Mayoritas Slogan Kebencian di YouTube

Meski Google memiliki daftar blokir rahasia yang menyembunyikan video kebencian Youtube dari pengiklan.

Liputan6.com, Jakarta - Google diketahui memiliki daftar blokir rahasia yang menyembunyikan video kebencian di YouTube dari pengiklan. Namun, dalam investigasi yang dilakukan The Markup, langkah itu masih memiliki banyak celah.

Menggunakan daftar 86 istilah terkait kebencian yang disusun dengan bantuan para ahli, Google menggunakan daftar blokir tersebut untuk mencoba menghentikan pengiklan membangun kampanye iklan di YouTube seputar istilah kebencian.

Dikutip dari The Next Web, Minggu (11/4/2021), sebagian dari ratusan juta video yang disarankan perusahaan untuk penempatan iklan terkait istilah kebencian ini mengandung rasisme dan fanatisme yang terang-terangan.

Ini termasuk beberapa video menampilkan konten yang diposting ulang dari podcast neo-Nazi, The Daily Shoah. Diketahui, YouTube sudah menanggukan saluran resmi podcast tersebut pada 2019 karena ucapan mengandung kebencian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Google Tidak Lakukan Pemblokiran

Saran video teratas Google untuk istilah kebencian ini menghasilkan banyak video berita dan beberapa konten anti-kebencian. Tetapi juga lusinan video dari saluran yang oleh para peneliti dicap sebagai pendukung kebencian atau pandangan nasionalis kulit putih.

"Gagasan yang mereka jual adalah mereka membimbing pengiklan dan pembuat konten ke konten yang tidak terlalu kontroversial," kata Nandini Jammi, yang ikut mendirikan kelompok advokasi Sleeping Giants.

Ia menambahkan, pada pelaksanaannya, Google tidak melakukan pemblokiran yang direncanakan.

“Jika Anda menggunakan teknologi kata kunci dan tidak melacak kata kunci yang digunakan orang jahat, maka tidak akan menemukan hal-hal buruk,” tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Google Ads

Sementara itu, juru bicara perusahaan, Christopher Lawton menyadari fungsi untuk menemukan penempatan iklan di Google Ads tidak berfungsi seperti seharusnya.

“Istilah-istilah ini menyinggung dan berbahaya dan seharusnya tidak dapat dicari. Tim kami telah mengatasi masalah ini dan memblokir persyaratan yang melanggar kebijakan penegakan kami," terangnya dalam email.

Ia menyebut perusahaan juga berfokus dan menangani masalah kebencian dan pelecehan dengan sangat serius.

Kendati demikian, tim investigasi dari The Markup masih menemukan satu dari enam kata di daftar kebencian masih dapat ditelusuri dan tersedia untuk menelusuri video untuk penempatan iklan di Google Ads.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.