Sukses

Ancaman Siber Melonjak Selama Pandemi Covid-19

Menurut studi Cisco, ancaman keamanan siber meningkat signifikan selama pandemi Covid-19 berlangsung, seiring diterapkannya sistem kerja jarak jauh.

Liputan6.com, Jakarta - Laporan Cisco mengenai masa depan keamanan kerja jarak jauh memperlihatkan bahwa perusahaan Indonesia mengalami tantangan keamanan siber selama masa pandemi Covid-19.

Hasil studi menunjukkan, 78 persen perusahaan menyebut ada peningkatan ancaman siber sebesar 25 persen atau lebih sejak dimulainya pandemi.

Jumlah ini terus meningkat karena sebagian besar perusahaan tidak siap mendukung sistem kerja jarak jauh secara aman.

Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu mengatakan, hasil studi memperlihatkan perusahaan Indonesia sudah sadar akan pentingnya keamanan siber.

"Perusahaan perlu memahami pentingnya keamanan siber sebagai dasar strategi investasi TI mereka, apalagi, sangat mungkin untuk tetap produktif meski bekerja dari jarak jauh," kata Marina, dalam keterangan Cisco yang diterima Tekno Liputan6.com, Minggu (28/2/2021).

Ia lebih lanjut mengatakan, pengamanan akses dalam skala lebih besar diperlukan dibanding sebelumnya, guna menjaga bisnis tetap berjalan saat pandemi.

Kendati begitu, keamanan siber juga disebut telah jadi prioritas utama banyak perusahaan Indonesia. Di mana, 59 persen menyebut, keamanan jadi sangat penting. 26 persennya menyebut, keamanan lebih penting dibanding sebelum Covid-19.

Tantangan-tantangan siber yang dirasakan perusahaan, terbanyak adalah akses yang aman (70 persen) dan perlindungan data pribadi (70 persen), perlindungan terhadap malware (63 persen).

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesiapan Kerja Jarak Jauh

Sayangnya, mayoritas perusahaan di Indonesia justru menyebut, perubahan mungkin tidak akan dilanjutkan setelah pandemi selesai.

Kendati demikian, lebih dari setengah (63 persen) perusahaan percaya, mereka akan meningkatkan investasi keamanan siber. Bahkan 40 persen di antaranya yakin bahwa investasi akan lebih dari 30 persen.

Kesiapan Kerja Jarak Jauh

Studi ini juga mengungkap, 95 persen perusahaan di Indonesia mengakui, bahwa kesiapan dalam mempercepat transisi ke lingkungan kerja jarak jauh cukup beragam, mulai dari "sangat siap" hingga "cukup siap."

Hanya 22 persen perusahaan yang mengatakan, lebih dari 50 persen tenaga kerja mereka bekerja dari jarak jauh sebelum pandemi.

Jumlah itu diperkirakan meningkat jadi 32 persen ketika membahas situasi ketenagakerjaan setelah pandemi selesai.

3 dari 3 halaman

Tempat Kerja Hybrid

Hal ini dinilai sejalan dengan gagasan bahwa tempat kerja hybrid bisa menjadi tren dan mungkin akan permanen. Tempat kerja hybrid adalah karyawan senantiasa berpindah bekerja jarak jauh maupun di kantor.

Cisco Director of Cybersecurity ASEAN Juan Huat Koo mengatakan, keamanan siber lebih dari sekadar kewajiban.

"Ketika perusahaan memberikan perubahan signifikan pada teknologi dan prioritas bisnis mereka, keamanan siber harus menjadi jembatan yang memungkinkan perusahaan berkolaborasi secara produksif dan memaksimalkan potensi mereka," tuturnya.

Temuan lain dari survei ini meliputi, perlindungan end-point menjadi tantangan utama bagi perusahaan di Indonesia. 74 persen perusahaan menyatakan, keamanan laptop atau desktop kantor jadi tantangan terbesar dalam melindungi kerja jarak jauh.

Hal ini diikuti dengan keamanan informasi pelanggan dan aplikasi cloud, serta perangkat pribadi.

(Tin/Isk)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini