Sukses

Bagaimana Risiko Penularan Covid-19 di dalam Mobil?

Sebuah penelitian terbaru mengenai pola aliran udara di dalam kabin mobil mengungkapkan beberapa hal penting mengenai potensi risiko penularan Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru mengenai pola aliran udara di dalam kabin mobil mengungkapkan beberapa hal penting mengenai potensi risiko penularan Covid-19.

Tim peneliti dari Brown University tersebut menggunakan model komputasi untuk membuat simulasi aliran udara di dalam mobil dengan kombinasi jendela terbuka dan tertutup. Menurut simulasi, membuka jendela--semakin banyak jendela semakin baik--menciptakan pola aliran udara yang dapat mengurangi konsentrasi partikel di udara yang dipertukarkan antara pengemudi dan penumpang.

Sementara itu, mengandalkan sistem ventilasi di dalam mobil saja tidak sebaik dengan tindakan membiarkan jendela terbuka untuk menambah sirkulasi.

"Berkendara dengan jendela tertutup dan pemanas atau pendingin menyala merupakan skenario terburuk, menurut simulasi komputer kami," kata Asimanshu Das, mahasiswa pascasarjana di Brown's School of Engineering dan penulis utama penelitian tersebut dikutip dari keterangan resmi via Eurekalert, Senin (7/12/2020).

Skenario terbaik menurut Asimanshu dan rekannya adalah membuka keempat jendela mobil.

"Namun, membuka satu atau dua jendela pun sudah jauh lebih baik daripada menutup semuanya," ujar Asimanshu.

Para peneliti menekankan bahwa pada dasarnya tidak ada cara untuk menghilangkan risiko penularan Covid-19 di dalam mobil sepenuhnya. Namun terlepas dari itu, mereka menegaskan bahwa penelitian mereka dilakukan dalam rangka mempelajari bagaimana perubahan aliran udara di dalam mobil dapat mengurangi atau meningkatkan risiko penularan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Model Komputasi

Model komputasi di dalam penelitian ini menyimulasikan sebuah mobil dengan dua orang di dalamnya--seorang pengemudi dan seorang penumpang duduk di kursi belakang di sisi yang berlawanan dari pengemudi.

Para peneliti memilih pengaturan tempat duduk itu karena memaksimalkan kaidah jaga jarak antara dua orang, meski secara teoretis masih kurang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control.

Model tersebut menyimulasikan aliran udara di sekitar dan di dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan 80 km per jam, serta pergerakan dan konsentrasi aerosol yang berasal dari pengemudi dan penumpang. Aerosol merupakan partikel kecil yang dapat bertahan di udara untuk waktu lama.

Salah satu alasan mengapa membuka jendela lebih baik dalam hal transmisi aerosol adalah karena hal ini meningkatkan jumlah pergantian udara per jam di dalam mobil, yang membantu mengurangi konsentrasi aerosol secara keseluruhan.

 

3 dari 3 halaman

Kombinasi Berbeda

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kombinasi berbeda dari jendela terbuka menciptakan aliran udara yang berbeda di dalam mobil yang dapat meningkatkan atau mengurangi paparan aerosol yang tersisa.

Karena aliran udara di bagian luar mobil, tekanan udara di dekat jendela belakang cenderung lebih tinggi daripada tekanan di jendela depan. Akibatnya, udara cenderung masuk ke dalam mobil melalui jendela belakang dan keluar melalui jendela depan.

Dengan semua jendela terbuka, kecenderungan ini menciptakan dua aliran yang kurang-lebih bebas di kedua sisi kabin. Karena penumpang di dalam simulasi duduk di sisi berlawanan dari kabin, sangat sedikit partikel yang ditransfer di antara keduanya.

Pengemudi di dalam skenario ini berisiko sedikit lebih tinggi daripada penumpang karena aliran udara rata-rata di dalam mobil mengalir dari belakang ke depan, tetapi kedua penumpang mengalami perpindahan partikel yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan skenario lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.