Sukses

Konten Disinformasi Kesehatan Ditonton 3,8 Miliar Kali di Facebook Selama Pandemi

LSM Avaaz menemukan, konten disinformasi kesehatan telah dilihat hingga 3,8 miliar kali di Facebook, hanya di lima negara, yakni AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar (84 persen) unggahan disinformasi kesehatan di Facebook ternyata belum di-take down. Parahnya, unggahan-unggahan ini juga tak diberi label atau peringatan.

Konten disinformasi kesehatan ini berisikan sejumlah klaim dan saran medis palsu yang tersebar di Facebook, dan baru 16 persen dari unggahan disinformasi kesehatan yang telah diberi label hoaks, tidak benar, atau pun berbahaya.

Berdasarkan laporan LSM Avaaz atas 174 konten yang sudah diperiksa terhadap lembaga pemeriksa fakta independen, masih ada konten disinformasi di dalamnya. Avaaz menemukan, banyak unggahan disinformasi ini menjangkau dan disaksikan jutaan orang.

Mengutip laman Business Insider, Minggu (23/8/2020), Avaaz menemukan, konten disinformasi kesehatan telah dilihat hingga 3,8 miliar kali di Facebook, hanya di lima negara, yakni AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia.

Volume tertingginya adalah pada bulan April, ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar di seluruh dunia. Avaaz pun menyebut "Facebook merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat."

Selain itu, ditemukan juga bahwa konten dari 10 website terbesar menyebarkan disinformasi kesehatan. Parahnya, konten dari website besar ini punya peluang dilihat empat kali lipat lebih banyak di Facebook.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlu Tempatkan Cek Fakta di Samping Unggahan

Untuk itu Avaaz menyebut, Facebook perlu menempatkan cek fakta independen di samping informasi salah tersebut. Menurut Avaaz, upaya ini bisa mengurangi tingkat kepercayaan orang terhadap disinformasi, setidaknya hingga 50 persen.

"Facebook belum mengaplikasikan solusi cerdas dalam skala besar untuk mencegah penyebaran informasi palsu. Padahal dokter dan pakar kesehatan telah banyak memintanya," kata Avaaz.

Pandemi Covid-19 sendiri telah membuat Facebook jadi sorotan karena maraknya informasi palsu tentang virus, sumber, vaksin, hingga pengobatannya di platform medsos terbesar ini.

Facebook sendiri telah menghapus sejumlah video berbau konspirasi, memberikan peringatan ke orang yang menyebarkan disinformasi, dan melakukan take down sejumlah halaman.

Namun, menurut Avaaz, prevelansi disinformasi memperlihatkan strategi Facebook belum cukup efektif untuk melindungi masyarakat dari paparan hoaks.

3 dari 3 halaman

Klarifikasi Facebook

Sementara itu, dalam klarifikasinya kepada BBC, Facebook menyebut temuan Avaaz ini tidak mencerminkan berbagai langkah yang diambil perusahaan.

"Kami memiliki tujuan yang sama dengan Avaaz dalam membatasi disinformasi. Berkat jaringan cek fakta global kami, sejak April hingga Juni, kami menerapkan label peringatan pada 98 juta disinformasi dan hoaks terkait Covid-19. Kami juga menghapus 7 juta konten yang bisa menimbulkan bahaya," kata Facebook dalam pernyataannya.

Facebook lebih lanjut mengatakan, pihaknya telah mengarahkan 2 miliar orang untuk mengakses informasi kesehatan dari otoritas terkait.

"Ketika seseorang mencoba membagikan tautan tentang Covid-19, kami memperlihatkan pesan pop-up kepada mereka, untuk mengakses informasi kesehatan yang kredibel," kata Facebook.

(Tin/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.