Sukses

HEADLINE: Belajar dari Rumah Boros Kuota Internet, Bagaimana Solusinya?

Mirisnya, masyarakat Indonesia hingga saat ini masih belum mampu menikmati akses internet secara merata.

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, di media sosial viral video seorang siswa belajar jarak jauh dengan menggunakan Handy Talkie (HT), saat berkomunikasi dengan gurunya.

Pada video yang diunggah Kamis, 23 Juli 2020, oleh akun Twitter @kondekturbus itu, terlihat siswa laki-laki tampak menulis sambil mengikuti instruksi sang guru di balik HT di dekatnya.

Terdengar suara guru perempuan yang tengah menginstruksikan siswa untuk mengerjakan tugas sekolah dalam waktu 30 menit lalu mengumpulkannya ke sekolah.

Adapula Dimas, Siswa SMP 1 Rembang, Jawa Tengah. Dia terpaksa masuk sekolah sendirian. Ketidakmampuan orang tua membeli kuota internet, menggugah pihak sekolah memberikan keringanan baginya, untuk tetap masuk sekolah secara tatap muka.

Kedua cerita di atas mungkin hanya mewakili sedikit saja kisah, tentang keterbatasan bagi pelajar Indonesia untuk mengikuti instruksi pemerintah bersekolah daring.

Memang, dengan tingkat angka penyebaran virus corona Covid-19 di Indonesia yang cenderung meningkat, pemerintah masih belum mengizinkan sekolah dan universitas dibuka kembali.

Ini berarti sistem belajar mengajar mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga tinggi harus beralih dari format tatap muka menjadi daring (online)--seperti yang sudah dilakukan selama 5 bulan belakangan ini.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, mengatakan kegiatan belajar jarak jauh tetap terus dilaksanakan. Metode ini juga nantinya akan ditetapkan secara permanen. Apabila situasi pandemi tak kunjung mereda.

Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan teknologi menjadi hal utama sebab bisa menjadi ajang sekolah untuk melakukan sejumlah metode dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya seperti melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan aplikasi dan perangkat lunak.

"Memberi kesempatan pada guru-guru, kepala sekolah, dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system. Potensinya sangat besar," ungkap Nadiem, dalam rapat bersama Komisi X DPR RI, Kamis (2/7/2020).

Akan tetapi, perubahan metode pembelajaran jarak jauh ini memiliki konsekuensi dan halangan bagi para pengajar atau siswa yang ingin mengikuti pelajaran mereka. Salah satunya adalah kesulitan mendapatkan akses internet.

Masyarakat Indonesia hingga saat ini bahkan masih belum mampu menikmati akses internet secara merata. Karena keterbatasan ekonomi atau jaringan internet yang masih belum optimal ke daerah atau kota tertinggal.

Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online. (Liputan6.com/Trieyasni)

Kondisi ini menuai perhatian anggota dewan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan Kemendikbud dirasa berat bagi sebagian siswa. Sinyal internet yang terbatas hingga mahalnya kuota membuat sebagian orangtua menjerit.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudin menilai perlu ada kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk memetakan siswa mana saja yang membutuhkan bantuan internet gratis.

"Bukan untuk membuat regulasi lagi, namun untuk memetakan dengan lengkap mana siswa dan guru yang benar-benar membutuhkan bantuan," kata Hetifah pada Liputan6.com, Selasa (28/7/2020).

Menurutnya dengan adanya data pasti, penyaluran bantuan bisa tepat sasaran dan masuk skala prioritas.

Meski Komisi X selaku mitra kerja Kemendikbud menilai, Kemendikbud sudah melakukan berbagai upaya untuk meringankan beban kuota internet siswa.

"Kemendikbud telah bekerja sama dengan beberapa provider untuk memberikan kuota murah atau bahkan gratis bagi pendidikan. Dana BOS juga sekarang boleh digunakan untuk itu. Beberapa kelompok masyarakat juga sudah berinisatif gotong-royong memberikan donasi bagi mereka yang membutuhkan," paparnya.

Plh Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Partaonan Daulay menilai, proses belajar mengajar selama pandemi belum ideal bagi siswa.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai kurang berperan besar lantaran sistem belajar ditentukan masing-masing sekolah.

“Kemendikbud tidak mengambil inisiatif untuk mengelola proses belajar mengajar tersebut. Masing-masing sekolah seakan-akan menentukan dan mendesain sendiri pola belajar yang diterapkan,” kata Saleh.

Ia juga melihat, PJJ tak efektif lantaran Kemendikbud tidak menyediakan fasilitas apa pun. "Mereka menganggap semua siswa dan orangtuanya memiliki akses untuk belajar online. Kemendikbud pun belum memikirkan cara agar paket data internet tidak memberatkan ekonomi keluarga siswa. Atau paling tidak, seperti di negara tetangga, paket data tersebut disubsidi," ucap Saleh menambahkan. 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Berbagai Kendala

ilustrasi ibu dan anak/copyright By PR Image Factory from Shutterstock

 

Menurut Pengamat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Heru Sutadi, ada beberapa kendala yang masih dihadapi peserta didik selama pembelajaran jarak jauh.

Mulai dari wilayah yang belum mendapatkan akses internet, kehadiran internet yang tidak stabil, hingga peralatan pendukung yang tidak dimiliki.

"Kalau dilihat secara umum, itu beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran online ini. Namun apabila semuanya sudah tersedia, masih ada kendala lain, yakni kuota internet yang lebih besar untuk kebutuhan berkirim gambar atau tugas," tuturnya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Selasa (28/7/2020).

Karenanya, Heru menyarankan perlu ada upaya luar biasa dari sejumlah pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.

"Saran saya, harus ada upaya very extraordinary. Pemerintah, seperti dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bisa melakukan mapping, wilayah mana yang belum tercakup internet. Lalu bisa meminta tolong ke operator sekaligus membuka aduan dari masyarakat agar ada upaya cepat untuk pengadaan internet di wilayah tertentu," ujarnya.

Sementara untuk kebutuhan perangkat, menurut Heru, Kemendikbud dapat mengupayakan solusi agar para siswa yang tidak memilikinya tetap dapat melangsungkan pembelajaran jarak jauh.

"Lalu soal kuota internet, kalau bisa dimungkinkan ada internet gratis atau subsidi internet. Mungkin hal ini agak sulit dilakukan operator non-BUMN, tapi kalau BUMN itu dimungkinkan. Kalau memang tidak gratis, mungkin subsidi," tutur pria yang juga dikenal sebagai Executive Director Indonesia ICT Institute ini.

Lebih lanjut, Heru menuturkan, diperlukan formulasi agar inisiatif semacam ini tidak dilakukan per wilayah, tapi menyeluruh. Tidak hanya infrastruktur, konten pembelajaran juga perlu diperhatikan dan disiapkan.

"Karena ini menyangkut pendidikan generasi penerus bangsa, jadi harus mencari solusi agar pembelajaran ini tetap dapat berlangsung secara optimal. Mungkin memang tidak akan seperti pembelajaran di sekolah, tapi setidaknya mendekati," tuturnya mengakhiri pembicaraan.

Salah satu kepala daerah yang mengakui masalah kendala internet ini adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Paket internet hingga pulsa masih menjadi kendala masyarakat Jakarta yang saat ini masih melaksanakan sekolah daring.

Dia pun mengaku berencana bekerja sama dengan provider jaringan internet untuk menyediakan paket data khusus untuk pembelajaran sekolah.

"Sedang proses pembahasan dan bentar lagi final dengan provider untuk memberikan paket khusus untuk pembelajaran. Sehingga anak-anak kita bisa belajar tanpa jadi beban ekstra untuk keluarga. Itu sedang kami bicarakan," kata Anies Baswedan, Selasa (28/7/2020).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengaku belum dapat menjelaskan secara detail dari konsep kerjasama dengan pihak provider tersebut.

"Kalau sudah final format kerja samanya akan saya sampaikan. Bahwa beban keluarga cukup tinggi bila tidak ada paket khusus untuk pembelajaran," jelasnya.

 

3 dari 5 halaman

Komitmen Operator Seluler

Ilustrasi Belajar dari Rumah saat pandemi virus corona (Photo by Annie Spratt on Unsplash)

Sejak awal pandemi, operator seluler mengaku bergerak proaktif untuk mendukung aktivitas masyakarakat. Berbagai program pendukung diluncurkan, seperti paket internet yang secara khusus menyasar pasar pelajar.

Telkomsel dan XL Axiata, misalnya. Termasuk operator seluler yang membantu pelajar beradaptasi dalam mengikuti pelajaran secara online dari rumah. Beberapa paket pendukung pun diluncurkan.

"Sejak awal pandemi melanda Indonesia, Telkomsel proaktif mengambil peran dalam upaya gotong royong dan solidaritas untuk terus bergerak maju bersama semua elemen masyarakat di tengah-tengah situasi darurat Covid-19, termasuk dalam membantu pelajar beradaptasi dalam melakukan belajar daring secara mandiri dari rumah," ungkap General Manager External Corporate Communications Telkomsel, Aldin Hasyim, kepada tim Tekno Liputan6.com, Selasa (28/7/2020).

Hal senada diungkapkan pihak XL Axiata. "Selama pandemi, XL Axiata telah meluncurkan sejumlah inisiatif untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar secara daring," tutur Head of External Communication, XL Axiata Henry Wijayanto.

Sementara Indosat Ooredoo juga mengumumkan program untuk membantu siswa belajar dari jarak jauh. Program belajar gratis 30GB dan akses ke lebih dari 200 portal universitas dan aplikasi pendidikan.

"Selain program di atas, perusahaan juga sudah memberikan dukungan free upgrade bandwidth ke ratusan kampus di seluruh Indonesia, 20 persen upgrade dari bandwidth yang dimiliki," ujar Turina Farouk SVP-Head of Corporate Communicaton Indosat Ooredoo.

Perusahaan juga meluncurkan Starter Pack gratis 3 bulan untuk mahasiswa yang masuk dalam bidik misi di beberapa kampus, dan menyediakan fasilitas Zoom atau Webinar untuk dipinjamkan ke beberapa sekolah.

Lainnya, termasuk membuat seminar-seminar untuk sosialisasi mengenai Covid-19, penanggulangan, serta persiapan menghadapi New Normal, dan membuat pelatihan-pelatihan digital yang bisa mendukung belajar jarak jauh seperti Madrasah 4.0, sosialisasi melalui Komunitas Guru dan komunitas lainnya.

4 dari 5 halaman

Bangun Jaringan di Daerah 3T

Ilustrasi BTS (ittelecomdigest.com)

Menyoal cakupan daerah yang masih belum rata menikmati sinyal internet dan banyak pengajar atau siswa mengalami masalah dalam mengakses jaringan internet, baik pihak Telkomsel dan XL Axiata pun mengungkap pendapat mereka.

"Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti bagi kami dalam membuka aksesibilitas telekomunikasi di Tanah Air hingga wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) sekali pun. Ada tiga kriteria pembangunan Base Transceiver Station (BTS) yang dikedepankan Telkomsel," ucap General Manager External Corporate Communications, Aldin Hasyim.

Tiga kriteria itu adalah BTS reguler, yang artinya memang kawasan tersebut membutuhkan pembangunan atau penambahan BTS baru.

"Kedua membangun daerah yang sebenarnya dari segi bisnis tidak terlalu menguntungkan saat itu, namun kami percaya saat BTS dibangun perekonomian akan bertumbuh dan baru menguntungkan kita kemudian hari, seperti halnya BTS USO dan BTS Merah Putih yang kami bangun di seluruh wilayah 3T di Indonesia," ucap Aldin.

Dan yang ketiga, membangun BTS karena memang kawasan itu membutuhkan dan tidak akan menguntungkan sama sekali atau di wilayah perbatasan.

Biasanya itu terjadi di daerah perbatasan yang sepi penghuni, namun menjadi komunikasi penting bagi TNI atau penjaga perbatasan dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Sementara itu, XL Axiata mengungkap ada beberapa kendala bisa bersifat teknis dan non-teknis. Segi teknis, bisa berupa wilayah yang belum ter-cover jaringan memiliki karakter khusus yang dapat mempersulit proses perluasan jaringan.

Antara lain kontur daerah berupa pegunungan, perbukitan, lembah, atau pulau yang terpencil, yang membuat sulit dijangkau.

Atau bisa juga, area tersebut berada di sekitar hutan, tanah adat, atau wilayah yang dilindungi yang melarang pembangunan jaringan di situ. Sementara untuk kendala non-teknis, ini bisa berupa perhitungan bisnis.

"Sejauh infrastruktur jaringan harus dibangun sendiri oleh operator, maka faktor bisnis tidak bisa diabaikan karena biaya membangun jaringan sangat besar. Masuk dalam kategori ini antara lain jika area yang dimaksud penduduknya hanya sedikit, atau area tersebut menunjukkan adanya prospek ekonomi yang bisa dikembangkan di masa mendatang," ucap Head of External Communication, XL Axiata Henry Wijayanto.

Ia menambahkan, "XL Axiata memiliki pertimbangan yang tidak selalu sepenuhnya terkait bisnis. Kami juga melihat pertimbangan seperti misalnya memang area tersebut butuh jaringan untuk alasan yang lebih besar dari sekadar pertimbangan bisnis."

Misalnya, Henry menambahkan, area tersebut merupakan area strategis terkait isu keamanan dan kedaulatan negara.

"Misalnya di area perbatasan dengan wilayah internasional atau negara tetangga. XL Axiata telah membangun area-area perbatasan seperti ini dan masih akan membangun lagi di masa mendatang," ujarnya.

5 dari 5 halaman

Ragam Paket Operator Khusus Belajar di Rumah

Kualitas layanan telekomunikasi operator seluler sedang banyak dikeluhkan oleh para pelanggannya.

Lebih lanjut, Telkomsel sejak 16 Maret-31 Mei menghadirkan Paket Bebas Akses ilmupedia. Melalui paket tersebut, pelanggan mendapatkan 30GB seharga Rp 0 yang dapat digunakan untuk mengakses aplikasi belajar online dan e-learning kampus yang telah bekerjasama dengan Ilmupedia.

Baru-baru ini, Telkomsel kembali menghadirkan inisiatif baru untuk mendukung aktivitas pembelajaran jarak jauh, terutama memasuki masa Tahun Ajaran baru 2020/2021, dengan meluncurkan Paket ilmupedia E-Learning Session.

Paket ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari varian Paket Ilmupedia yang sebelumnya telah tersedia sejak Maret hingga Mei 2020. Melalui paket baru ini Telkomsel memperluas manfaat dari paket Ilmupedia dengan menyediakan akses ke lebih banyak platform.

Selain itu, Telkomsel juga menyediakan paket conference, dapat diaktifkan untuk mengakses aplikasi video conference yang berguna untuk keperluan belajar online, seperti cloudX, Webex, Microsoft Teams, dan Umeetme.

XL Axiata juga telah merilis sejumlah program untuk mendukung kegiatan pelajar untuk belajar dari rumah. Salah satunya adalah gratis kuota data 2GB/hari sejak pertengahan Maret hingga Juni 2020.

Kuota gratis ini bisa dipakai untuk mengakses ke berbagai aplikasi pendukung belajar. Aplikasi-aplikasi tersebut mencakup kelas pintar, sekolah.mu, rumah belajar, Udemy, Ruang Guru, dan Zenius untuk para pelajar atau mahasiswa.

Selain itu juga ada paket "Xtra Edukasi". Paket dibanderol Rp 2.000 untuk 2GB dan masa berlaku 1 hari, Rp 4.000 untuk 5GB masa 3 hari, dan Rp 10.000 untuk 15GB masa 7 hari.

Pelanggan bisa memanfaatkannya paket tersebut untuk mendukung aktivitas belajar dari rumah, yaitu untuk mengakses lima aplikasi yang paling banyak dibutuhkan. Kelima aplikasi tersebut adalah Microsoft Teams, Zoom, Google Meet, Google Hangout, dan Google Classroom.

Bagi mahasiswa bisa untuk akses tautan kuliah online dari kampus-kampusnya. Total 39 universitas yang bekerjasama dengan XL Axiata untuk program ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.