Sukses

Jurus Google Atasi Penyebaran Informasi Hoaks di Tengah Pandemi Covid-19

Rasa penasaran dan ketidakwaspadaan warganet yang mencari informasi di Google Search dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyebarkan hoaks terkait Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Sehubungan dengan belum meredanya pandemi global Covid-19, warganet mencari berbagai informasi terbaru melalui Google Search.

Entah itu update jumlah pasien positif Covid-19, gejalanya, atau bagaimana penyebaran hingga pencegahannya, semua itu marak dicari.

Namun, rasa penasaran dan ketidakwaspadaan warganet yang mencari informasi di Google Search pun dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyebarkan hoaks terkait Covid-19.

Menjawab hal tersebut, Mark Risher, selaku Senior Director for Account Security, Identity, and Abuse, Google pun memberikan pandangannya.

"Untuk mengatasi hal tersebut, machine learning Google akan mem-boost tautan atau artikel terkait Covid-19 yang berasal dari sumber tepercaya," ujar Mark dalam video conference dengan media, Kamis (23/4/2020).

Ia menambahkan, "Informasi Covid-19 yang berasal dari otoritas terkait, pemerintah, hingga sumber artikel dari situs berita tepercaya di masing-masing negara akan lebih kami utamakan."

"Dengan bengini, pengguna akan lebih mudah menemukan dan membagikan informasi yang mereka cari tentang Covid-19 benar. Bukan hoaks."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Google Tegaskan Komitmen Atasi Konten Hoaks

Acara diskusi publik penanganan virus Corona di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Senin (9/3/2020).

Baru-baru ini, Google juga telah menegaskan komitmennya menghapus informasi menyesatkan, termasuk hoaks di berbagai layanannya. Hal ini diungkapkan oleh Head of Public Policy Google Indonesia, Putri Alam.

Putri mengatakan, Google berpegang pada empat prinsipnya dalam mengatasi disinformasi maupun misinformasi. Empat prinsip tersebut termasuk memastikan kualitas konten yang tinggi di semua layanannya.

Selain itu, perusahaan juga tak segan menghapus konten yang dinilai melanggar kebijakan. Informasi-informasi yang ada di berbagai layanannya termasuk mesin pencari dan YouTube.

"Konten yang melanggar community guidlines kami, pasti akan ter-take down dengan machine learning. Namun karena teknologi tidak sempurna, pasti ada beberapa yang lolos karena itu kami juga mengandalkan laporan dari publik," jelas Putri di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) di Jakarta, Senin (9/3/2020).

(Ysl/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini