Sukses

Demi Privasi, Pengguna Berbayar Zoom Bisa Pilih Data Center Sesuai Region

Nantinya, pengguna berbayar platform video conference Zoom bisa memilih panggilannya akan dialihkan ke data center yang region mana.

Liputan6.com, Jakarta - Zoom mengubah kebijakan pada platform, demi alasan keamanan data pengguna. Nantinya, pengguna berbayar platform video conference ini bisa memilih panggilannya akan dialihkan ke data center yang region mana.

Rencananya, kebijakan ini berlaku mulai 18 April mendatang. Demikian diumumkan oleh Zoom dalam unggahan blognya.

Mengutip laman The Verge, Rabu (15/3/2020), perubahan ini dihadirkan setelah ada laporan dari Citizen Lab milik University of Toronto.

Lab ini sebelumnya menemukan, Zoom mengalihkan kunci enkripsi sejumlah panggilan ke server mereka yang ada di Tiongkok. Padahal, pengguna-pengguna tersebut tidak berlokasi di Tiongkok.

Zoom menyebut, para pengguna berbayar bakal bisa memilih panggilannya akan diarahkan ke data center tertentu, sesuai dengan region mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengguna Gratis Harus Terima Nasib

Sekadar informasi, data center Zoom kini terletak di region Australia, Kanada, Tiongkok, Eropa, India, Jepang/Hong Kong, Amerika Latin, dan Amerika Serikat.

Patut diingat, hanya pengguna berbayar Zoom yang bisa memilih lokasi data center. Sementara, pengguna yang memakai layanan Zoom secara gratisan tidak bisa mengubah wilayah data center.

Singkatnya, pengguna gratisan di luar Tiongkok tidak bisa protes jika pihak Zoom mengarahkan panggilan mereka ke data center yang ada di Tiongkok.

Sebelumnya pada 3 April, Citizen Lab mempublikasikan laporan mereka yang mendeskripsikan bagaimana Zoom kadang mengarahkan panggilan ke server Tiongkok.

Secara teori, artinya pemerintah Tiongkok bisa meminta Zoom untuk menyerahkan data-data panggilan Zoom termasuk kunci enkripsi tersebut kepada pemerintah.

3 dari 3 halaman

Kata CEO Zoom

CEO Zoom Eric Yuan mengakui, pihaknya terburu-buru menambah kapasitas server untuk memenuhi kebutuhan besar pengguna akan Zoom selama pandemi Covid-19.

"Kami gagal mengimplementasikan praktik geo-fencing kami yang biasa dan kemungkinan sejumlah panggilan video meeting terhubung ke sistem Tiongkok," kata Yuan.

Eric Yuan juga mengatakan, hal tersebut bukanlah situasi yang disengaja dan perusahaan memperbaiki masalah ini.

Sebelumnya, Eric Yuan mengumumkan dalam unggahan blog, Zoom akan menerapkan pembekuan fitur selama 90 hari untuk fokus memperbaiki masalah privasi dan keamanan.

Dia juga mengatakan, pengguna Zoom melonjak dari 10 juta user per Desember 2019, hingga kini 200 juta pengguna per hari di bulan Maret 2020 ini. Hal ini dipengaruhi oleh situasi pandemi yang memaksa orang bekerja dari rumah.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini