Sukses

Kemkominfo Pelajari Dua Hal Ini untuk Siapkan Aplikasi Serupa Zoom

Menkominfo Johnny G. Plate mengaku kalau saat ini Kemkominfo dan sejumlah pihak tengah mempelajari dua hal untuk menyiapkan aplikasi serupa Zoom.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI dari Partai Golkar Nurul Arifin menyarankan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk membuat aplikasi serupa Zoom terkait isu keamanan data pribadi.

Menanggapi hal tersebut Menkominfo Johnny G. Plate mengaku kalau saat ini Kemkominfo dan sejumlah pihak tengah mempelajari dua hal.

Pertama, Kemkominfo mempelajari mengenai operator seluler Telkomsel yang dikabarkan tengah menyiapkan model platform virtual meeting serupa Zoom.

"Kami mengetahui bahwa operator seluler Telkomsel juga menyiapkan model yang sama untuk virtual meeting. Saat ini mereka tengah mengembangkan sebagai alternatif untuk penggunaan di Indonesia," kata Johnny dalam Rapat Kerja Kemkominfo bersama Komisi I DPR RI yang digelar online, Selasa (7/4/2020).

Sekadar informasi, Telkomsel memang memiliki solusi komunikasi berbasis cloud untuk chatting dan meeting bagi konsumen B2B, bernama CloudX Telkomsel.

Seperti Zoom, solusi ini bisa digunakan di tablet, smartphone, maupun laptop. Meski begitu, solusi ini hadir untuk konsumen bisnis.

Dalam keterangan terbarunya, dipaparkan bahwa jumlah perusahaan yang menggunakan CloudX Telkomsel telah tumbuh 2.100 persen dari sejak dirilis pada Januari 2020.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mengembangkan Aplikasi Sendiri

Selanjutnya, hal kedua yang dipelajari Kemkominfo adalah kemungkinan mengembangkan aplikasi sendiri untuk lingkungan kementerian tersebut.

"Kami mempelajari juga, bagaimana membangun aplikasi di lingkungan Kemkominfo agar bisa dipakai dan dikendalikan melalui sentral kontrol Kemkominfo atau pemerintah," ucap Johnny menegaskan.

3 dari 5 halaman

Banyak Keluhan Soal Keamanan, Zoom Lakukan Sejumlah Perubahan

Zoom mengumumkan akan melakukan sejumlah perubahan terutama dari sisi keamanan untuk layanannya. Perubahan ini dilakukan untuk menghindari sejumlah masalah yang dialami pengguna saat ini.

Salah satu masalah yang menjadi sorotan baru-baru ini adalah Zoom Bombing. Untuk diketahui, insiden ini merupakan aksi pihak tidak bertanggung jawab yang tiba-tiba masuk dan menganggu sebuah pertemuan.

Untuk itu, seperti dikutip dari Engadget, Minggu (5/4/2020), Zoom kini menerapkan password untuk setiap pertemuan yang akan diadakan, sehingga tidak bisa sembarang orang masuk.

Perubahan ini akan dilakukan mulai 5 April 2020. Dengan perubahan ini pula, pertemuan yang dijadwalkan setelah 5 April 2020 harus mengirimkan ulang kembali undangannya, sehingga sudah disertakan password.

Selain itu, fitur waiting room kini sudah menjadi setelan bawaan di Zoom. Jadi, host dalam pertemuan dapat mengecek terlebih dulu peserta yang akan ikut serta dalam video conference.

Perubahan ini juga disebut menjadi bagian janji CEO Zoom Eric S. Yuan untuk meningkatkan layanannya. Sebelumnya, Eric menyebut akan mendedikasikan seluruh sumber daya perusahaan untuk memperbaiki keamanan dan privasi.

4 dari 5 halaman

Warganet Kaget Orang Asing Muncul Tiba-Tiba di Zoom, Apa yang Terjadi?

Untuk diketahui, Zoom Bombing memang sempat dilaporkan sempat terjadi di terjadi banyak negara, tak terkecuali Indonesia. 

Untuk di Indonesia, aksi semacam ini sempat dilaporkan akun Twitter @collegemenfess beberapa waktu lalu. Akibatnya, banyak warganet yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi di Zoom.

Dikutip dari Fortune, Sabtu (4/4/2020), aksi yang sedang marak itu dikenal dengan nama Zoom Bombing. Jadi, seseorang yang tidak dikenal masuk dalam sebuah pertemuan dan mengacakuannya.

Laporan menyebut aksi ini terjadi di banyak pertemuan, mulai dari kasual hingga tingkat tinggi. Biasanya, para pelaku mengacaukan sebuah pertemuan dengan olok-olok bernada rasial hingga mengirimkan gambar yang mengganggu.

Dengan kondisi itu, sudah jelas para peserta dalam pertemuan di Zoom akan terganggung dan memilih meninggalkan pertemuan. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?

Setelah ditelusuri, aksi Zoom Bombing ternyata kebanyakan bukan berasal dari masalah di platform tersebut. Pengguna sendiri yang menjadi menyebabkan aksi ini terjadi.

Menurut Cofounder dan CEO Cybint, Roy Zur, kebanyakan pengguna yang menjadi korban aksi ini biasanya menyetel pertemuan Zoom menjadi publik, sehingga dapat diakses siapa pun yang mempunyai tautan pertemuan itu.

5 dari 5 halaman

Cara Antisipasi Zoom Bombing

Roy mengatakan, pelaku tinggal mencari pertemuan yang digelar melalui Facebook atau media sosial lain dengan mengetik zoom.us. Hal ini dilakukan sebab biasanya tautan pertemuan semacam itu diunggah di media sosial.

Selain itu, ada beberapa forum khusus, seperti di Reddit yang memang ditujukan untuk mengungkap deretan ID pertemuan Zoom Classroom.

Lalu, apa yang dapat dilakukan pengguna Zoom untuk menghindari aksi ini? Jawabannya sederhana, pengguna tidak seharusnya berbagi tautan pertemuan secara publik.

Alih-alih membagikan tautannya di Facebook atau media sosial lain, pengguna dapat memanfaatkan kanal komunikasi lebih privat, seperti lewat email.

Selain itu, setel pertemuan tersebut menjadi 'private'. Saat ini, Zoom sendiri sudah menyetel kondisi awal sebuah pertemuan menjadi 'Private', sehingga diperlukan kata kunci untuk berpartisipasi.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah jangan berbagi personal meeting ID, sebab identitas ini tidak berubah. Apabila ingin berbagi identitas, pastikan dilakukan dengan orang yang dipercaya.

(Isk/Tin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.