Sukses

Facebook Gandeng Microsoft dan Akademisi Gelar Deepfake Detection Challenge

Tujuan dari tantangan ini adalah untuk menghasilkan teknologi yang dapat digunakan semua orang untuk mendeteksi secara lebih baik apakah kecerdasan buatan telah digunakan untuk mengubah video yang menyesatkan pemirsanya

Liputan6.com, Jakarta - Deepfake disebut-sebut sebagai salah satu produk hasil kecerdasan buatan yang potensi penyalahgunaannya mengerikan. Misalnya, seseorang tiba-tiba bisa menjadi salah satu pemeran video porno, padahal pemeran di video itu adalah bintang porno dan bukan orang tersebut.

Hal yang sekilas terasa tidak mungkin ini menjadi mungkin berkat kecerdasan buatan yang telah berkembang pesat. Ini mendorong Facebook untuk menjalin kemitraan dengan Microsoft dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi seperti MIT dan UC Berkeley untuk menggelar Deepfake Detection Challenge (DFDC).

"Tujuan dari tantangan ini adalah untuk menghasilkan teknologi yang dapat digunakan semua orang untuk mendeteksi secara lebih baik apakah kecerdasan buatan telah digunakan untuk mengubah video yang menyesatkan pemirsanya," kata CTO Facebook Mike Schroepfer, dikutip dari keterangan resminya, Jumat (6/9/2019).

Deepfake Detection Challenge, tutur Mike, "mencakup kumpulan data (dataset) dan pemeringkatan (leaderboard), serta hibah dan penghargaan, untuk memacu industri menciptakan cara-cara baru dalam mendeteksi dan mencegah media yang dimanipulasi kecerdasan buatan agar tidak menyesatkan orang lain."

Tata kelola tantangan ini akan difasilitasi dan diawasi oleh komite yang terdiri dari koalisi lintas-sektor organisasi luas, termasuk Facebook, WITNESS, Microsoft, dan organisasi lainnya di masyarakat sipil dan komunitas teknologi, media, dan akademis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dukungan Akademisi

Seperti dikatakan di awal, Facebook juga menggandeng kalangan akademisi untuk menjalankan tantangan ini.

"Untuk beralih dari era informasi ke era pengetahuan, kita harus melakukan hal lebih baik dalam membedakan yang asli dari yang palsu, membedakan konten tepercaya dari konten tidak dipercaya, dan mendidik generasi berikutnya untuk menjadi warga digital yang lebih baik," ujar Hany Farid, Profesor di Department of Electrical Engineering & Computer Science and the School of Information, UC Berkeley.

"Tujuan dari kompetisi ini adalah untuk membangun sistem kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi ketidaksempurnaan dalam gambar yang dimanipulasi dan mengekspos representasi palsu dari kenyataan," kata Antonio Torralba, Profesor di Electrical Engineering & Computer Science dan Direkutr di the MIT Quest for Intelligence.

Untuk memastikan kualitas dataset dan parameter tantangan, mereka akan diuji melalui sebuah sesi yang ditargetkan berlangsung pada Oktober ini di International Conference on Computer Vision (ICCV).

Rilis kumpulan dataset lengkap dan peluncuran DFDC akan berlangsung pada Conference on Neural Information Processing Systems (NeurIPS) Desember ini.

(Why/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini