Sukses

Facebook Akui Pakai Operator Manusia untuk Transkrip Percakapan di Messengers

Facebook mengaku menggunakan pihak ketiga untuk melakukan transkrip percakapan suara lewat Messengers.

Liputan6.com, Jakarta - Persoalan pelanggaran privasi pengguna ternyata belum hilang dari Facebook. Sebab, menurut laporan Bloomberg, Facebook diketahui sengaja menyewa pihak ketiga untuk mengulas dan menulis transkrip percakapan audio yang dilakukan pengguna.

Namun seperti dikutip dari The Verge, Rabu (14/8/2019), Facebook mengaku sudah menghentikan praktik ini sejak beberapa minggu lalu. Media sosial itu juga memastikan suara yang ditranskrip itu dilakukan secara anonim.

Perlu diketahui, praktik ini merupakan bagian dari fitur trankskrip pesan suara ke teks yang ada di aplikasi Messengers sejak 2015. Facebook juga menyebut fitur ini hanya aktif apabila pengguna memang menawarkan akses agar pesan suaranya ditinjau oleh pihak ketiga.

Akan tetapi, laman informasi Facebook menyebut fitur ini tetap aktif, meski hanya satu pihak yang menyetujuinya. Dengan kata lain, percakapan audio yang dilakukan, tetap dapat ditranskrip, terlepas dari pihak mana yang mengirimkannya.

Facebook sendiri menyebut proses transkrip ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan besutannya. Jadi dengan data yang dikumpulkan, mesin kecerdasan buatan untuk fitur voice-to-text dapat semakin pintar.

Sekadar informasi, metode yang dilakukan Facebook  dengan mengumpulkan suara pengguna memang dilakukan sejumlah perusahaan lain. Cara itu biasanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan besutannya. 

Hanya menjadi persoal, Facebook tidak mengungkap proses analisis suara itu melibatkan operator manusia, sehingga rentan adanya kebocoran privasi pengguna. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apple Tegur Developer Aplikasi yang Rekam Aktivitas Pengguna iPhone

Kasus serupa sebenarnya juga sempat terjadi pada Apple. Namun sedikit berbeda, perusahaan itu yang memperingatkan para developer untuk tidak mengganggu privasi pengguna.

Apple mengatakan kepada para developer aplikasi bahwa mereka akan "ditendang" dari App Store, jika tidak menghilangkan atau mengungkapkan secara tepat kode analisis yang digunakan untuk merekam cara pengguna berinteraksi dengan aplikasi-aplikasi di perangkatnya.

Hal ini disampaikan oleh juru bicara Apple kepada TechCrunch. Juru bicara Apple mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan pemberitahuan tersebut kepada para developer yang tidak mengikuti ketentuan dan pedoman perusahaan.

Apple akan mengambil langkah cepat jika developer tidak juga melakukan perubahan yang diwajibkan, serta aplikasi mereka akan dihapus dari App Store.

"Melindungi privasi pengguna adalah hal penting dalam ekosistem Apple. Review Guidelines App Store kami mengharuskan aplikasi meminta persetujuan pengguna secara eksplisit, dan memberikan indikasi visual yang jelas saat merekam, mencatat, atau membuat catatan aktivitas pengguna," ungkap juru bicara tersebut.

3 dari 3 halaman

Selain Apple, Ada Google Lakukan Hal Serupa

Langkah Apple ini mengindikasikan cukup banyak developer menggunakan alat analisis pihak ketiga, untuk merekam interaksi pengguna dengan berbagai aplikasi, tanpa sepengetahuan mereka.

Salah satu alat analisis itu adalah Glassbox, yang digunakan oleh developer iOS dan Android.

Namun, Google sejauh ini belum mengambil langkah apa pun untuk melarang aktivitas perekaman layar tersebut.

Alat analisis ini mengancam privasi pengguna, terutama jika dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.

Informasi sensitif memang seharusnya disembunyikan, tetapi data pribadi seperti kartu kredit dan nomor passport disebut kemungkinan terlihat selama proses rekaman.

(Dam/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini