Sukses

Operator Satelit Kecil Bisa Numpang ke Roket SpaceX

Operator satelit kecil bisa menumpang ke roket SpaceX untuk menerbangkan satelit berbobot maksimal 150 kg.

Liputan6.com, Jakarta - Operator satelit kecil umumnya harus menunggu jadwal penerbangan dari badan antariksa tertentu untuk menerbangkan satelit miliknya. Namun kini, mereka mendapat alternatif lain dari SpaceX.

Perusahaan antariksa milik Elon Musk itu baru saja mengumumkan sebuah program yang memungkinkan satelit kecil untuk menumpang ke roket Falcon 9.

Melalui program bernama SmallSat, sebagaimana dikutip dari situs web resmi perusahaan, operator satelit kecil dapat memiliki jatah tumpangan untuk satelit berbobot maksimal 150 kg.

Satelit tersebut kemudian akan dilepaskan pada orbit yang berjarak 500-600 km dari permukaan bumi. Soal biaya, SpaceX membebankan mulai dari USD 2,25 juta per satu misi penerbangan.

Menurut informasi di halaman SmallSat, peluncuran perdana akan berlangsung antara November 2020 dan Maret 2021. Namun, SpaceX belum memberikan perincian tentang seberapa banyak muatan yang dapat diterbangkan selama peluncuran ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

NASA Gandeng 13 Perusahaan untuk Misi ke Bulan

Diwartakan sebelumnya, NASA mengumumkan telah menggandeng 13 perusahaan swasta untuk melakukan pengembangan teknologi misi ke luar angkasa. Ketiga belas perusahaan itu akan melakukan peran berbeda untuk membantu NASA mencapai Bulan dan Mars.

Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (1/8/2019), beberapa perusahaan swasta yang dimaksud adalah SpaceX, Blue Origin, dan Lockheed Martin.

NASA menuturkan, nantinya setiap perusahaan akan bertanggung jawab pada sejumlah proyek berbeda, seperti pengembangan roket dengan kemampuan pendaratan vertikal atau kendaraan tahan suhu tinggi.

Sebagai contoh, Blue Origin akan bertugas untuk mengembangkan sistem navigasi dalam proses pendaratan ke Bulan.

Sementara itu, SpaceX akan menggarap teknologi yang memungkinkan roket berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan lain dalam orbit.

Menurut NASA, kerja sama ini merupakan upaya mempercepat proyek penjelajahan luar angkasa yang dicanangkan pihak Amerika Serikat. Selain itu, kolaborasi ini bisa menekan pengeluaran biaya. 

Sekadar informasi, NASA memang baru saja mengumumkan sebuah proyek bernama Artemis. Proyek ini mengusung misi untuk membawa kru wanita dan pria ke Bulan pada 2024.

(Why/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini