Sukses

Huawei Tak Bisa Pastikan Mate 30 Meluncur dengan Android

Chairman Huawei, Liang Hua, membicarakan soal hubungan perusahaan dengan Amerika Serikat (AS), dan dampaknya terhadap bisnis pada Rabu (31/7/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Chairman Huawei, Liang Hua, membicarakan soal hubungan perusahaan dengan Amerika Serikat (AS), dan dampaknya terhadap bisnis. Salah satu yang dibahas soal penggunaan OS Android pada smartphone terbarunya nanti, Mate 30.

Pemerintah AS pada Mei lalu, sempat memasukkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan, sehingga tidak bisa berbisnis dan menggunakan berbagai produk dari perusahaan-perusahaan AS.

Namun menurut laporan, pemerintah AS beberapa waktu lalu sudah melonggarkan kebijakan tersebut, selama Huawei dipastikan tidak mengancam keamanan negara.

Terkait permasalahan dengan AS, jurnalis Forbes bertanya kepada Liang tentang kepastian Mate 30 akan menggunakan OS Android. Seperti diketahui, Android merupakan OS mobile milik Google, yang merupakan perusahaan AS.

"Jika pemerintah AS mengizinkan kami menggunakan Android, maka kami akan menggunakannya. Namun jika tidak, maka kami akan beralih ke opsi lain. Mengenai seberapa siap OS kami, Anda hanya perlu melihatnya secara langsung nanti," ungkap Liang, seperti dikutip dari Forbes, Kamis (1/8/2019).

Liang pun mengungkapkan, masuknya perusahaan dalam daftar hitam, telah merusak penjualan ponsel Huawei di pasar internasional. Namun secara internal, katanya, perusahaan merasa lebih kuat.

"Di luar, ini sudah enam bulan penuh gejolak, tapi di dalam perusahaan, kami melihat berbagai hal dengan cukup tenang. Di satu sisi, tekanan pemerintah AS membantu kami memahami tujuan kami dengan lebih baik, dan meningkatkan kerja sama kami secara internal," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Semester I 2019, Pengapalan Ponsel Huawei Tembus 118 Juta Unit

Huawei mengumumkan telah mengapalkan 118 juta unit ponsel di pasar global, termasuk dari merek Honor, pada semester I 2019. Jumlahnya naik 34 persen dari periode sama pada tahun lalu.

Penjualan ponsel tersebut menyumbang lebih 55 persen untuk total pendapatan Huawei. Perusahaan asal Tiongkok itu membukukan pendapatan 401,3 miliar yuan pada semester pertama tahun ini.

Liang mengatakan, kinerja kuat perusahaan sebagian besar didukung oleh momentum yang telah dibangun selama setahun terakhir. Namun, ia melihat kemungkinan akan ada tantangan pada semester II tahun ini.

"Bisnis konsumen kami berkembang pesat sebelum 16 Mei , dan sejak hari itu ada beberapa perlambatan. Secara obyektif, kami akan menghadapi beberapa tantangan di babak yang akan datang," ungkap Liang.

16 Mei merujuk pada saat pemerintah Amerika Serikat (AS) menambahkan Huawei ke "Entity List", yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS berbisnis dengan Huawei.

Kebijakan ini dianggap sebagai pukulan mematikan bagi bisnis Huawei di luar negeri, terlebih lagi perusahaan juga bergantung pada OS Android dan komponen AS lainnya.

(Din/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.