Sukses

Penipu Berkedok Libra Mulai Menjamur di Facebook dan Instagram

Sejumlah akun, halaman dan grup di Facebook dan Instagram mengatasnamakan diri mereka sebagai perwakilan resmi Libra.

Liputan6.com, Jakarta - Popularitas mata uang digital Libra yang tengah menjadi perbincangan belakangan ini mulai dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Penipu berkedok Libra mulai menjamur di Facebook dan Instagram. Temuan Washington Post menunjukkan sejumlah akun, halaman dan grup mengatasnamakan diri mereka sebagai perwakilan resmi Libra.

Mereka menawarkan iming-iming penjualan Libra dengan potongan harga melalui situs web pihak ketiga yang tidak ada afiliasi sama sekali dengan Facebook sebagai pihak yang akan merilis mata uang ini.

Beberapa di antaranya menggunakan logo Facebook. Sebagian lainnya memasang foto CEO Facebook Mark Zuckerberg.

"Ada ironi mendalam di sini ketika Facebook digunakan sebagai platform yang dapat merusak kepercayaan pada mata uang yang Facebook sedang bangun," kata Eswar Prasad, seorang profesor ekonomi di Cornell University sebagaimana dikutip dari Washington Post, Kamis (24/7/2019).

Satu-satunya cara Libra dapat beroperasi dengan baik sebagai alat tukar, menurut Prasad, adalah "Jika semua orang bisa mempercayainya. Dan itu adalah pertanyaan besar saat ini: apakah orang-orang akan mempercayai Facebook?"

Salah satu halaman web palsu beralamat di BuyLibraCoins.com. Halaman itu dirancang sedemikian rupa dan menyertakan tautan untuk membeli apa yang diklaimnya sebagai token Libra.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Regulasi Ketat untuk Mata Uang Digital

Diwartakan sebelumnya, para menteri keuangan dan bank sentral negara anggota G7 belum lama ini menyerukan regulasi ketat bagi mata uang digital supaya sistem keuangan dunia tidak terganggu.

Menteri Keuangan Perancis, Bruno Le Maire, mengatakan bahwa kelompok G7 menentang gagasan perusahaan-perusahaan teknologi dapat memiliki hak istimewa yang sama dengan negara-negara pada umumnya dalam menciptakan alat pembayaran tanpa kontrol dan kewajiban yang melekat padanya.

"Kami tidak dapat menerima perusahaan swasta yang menerbitkan mata uang mereka sendiri tanpa kontrol demokratis," tutur Le Maire, sebagaimana dikutip dari Reuters, Sabtu (20/7/2019).

Kepresidenan Prancis mengatakan para menteri dan gubernur bank sentral anggota G7 telah menyepakati bahwa "Stablecoin dan berbagai produk baru lainnya yang saat ini sedang dikembangkan, termasuk proyek-proyek dengan jejak global dan berpotensi sistemik seperti Libra, meningkatkan masalah regulasi dan sistem yang serius".

Oleh sebab itu, mereka mengkhawatirkan bahwa perusahaan teknologi besar akan melanggar batas-batas wilayah yang hanya dimiliki oleh pemerintah, seperti menerbitkan mata uang digital. 

3 dari 3 halaman

Senator AS Cecar Petinggi Facebook soal Libra

Selain itu, petinggi Facebook David Marcus dicecar oleh senator Amerika Serikat yang menangani urusan perbankan. Hal ini sehubungan dengan rencana Facebook meluncurkan Libra.

Salah seorang senator, Sherrod Brown, seperti dikutip dari BBC, mengatakan Facebook telah menunjukkan skandal demi skandal. Dengan demikian, menurut Sherrod, rencana Facebook ini "tidak layak mendapat kepercayaan kita".

Sebelum menjalankan model bisnis baru di bidang mata uang digital, Facebook diperintahkan untuk menangani permasalahan yang sudah ada, misalnya dugaan pelanggaran privasi pengguna.

Sherrod, yang merupakan anggota Partai Demokrat, berujar, "Kami sudah gila, kalau kami memberi mereka kesempatan untuk membiarkan mereka bereksperimen dengan rekening bank orang."

Seorang senator lain dari Partai Republik, Martha McSally, mengatakan, "Aku tidak percaya kalian. Alih-alih membereskan masalah, kalian malah mau menjalankan model bisnis baru."

(Why/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini