Sukses

Pakar Keamanan: Lebih Berbahaya Facebook atau Instagram Ketimbang FaceApp

Menurut pakar keamanan siber, akses yang diminta FaceApp merupakan hal yang wajar.

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi FaceApp dalam beberapa hari terakhir tengah mendominasi media sosial, seperti Instagram maupun Twitter. Sebab, aplikasi besutan pengembang Rusia itu kini hadir dengan kemampuan yang makin baik, sehingga tidak terlihat merupakan hasil rekaan.

Namun, kepopuleran aplikasi ini bukannya tanpa masalah. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kepemilikan foto yang diunggah untuk diedit melalui aplikasi FaceApp.

Dalam ketentuan yang diberikan pada pengguna, FaceApp memang menyebut mereka dapat menjual atau mendistribusikan foto dari pengguna. Tidak hanya itu, foto yang diunggah tidak langsung terhapus dari server.

Menyoal ketentuan itu, pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan hal itu wajar dilakukan aplikasi yang menawarkan layanan gratis. Jadi, salah satu yang dapat dilakukan adalah menjual foto untuk tujuan komersial.

Akan tetapi, langkah yang dilakukan FaceApp itu sebenarnya tidak sampai seperti yang dilakukan Facebook dan Instagram. Sebab, kedua media sosial itu mengolah data para penggunanya dan dapat dijual pada pihak ketiga.

"FaceApp hanya mengumpulkan foto. (Jadi) ada kekhawatiran foto tersebut dikumpulkan untuk nantinya membuka password smarpthone kita. Kemungkinan itu ada, tapi masih terlalu jauh," tuturnya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (19/7/2019).

Oleh sebab itu, Pratama menuturkan sekilas sebenarnya Facebook, Instagram, dan Google jauh lebih berbahaya bagi privasi pengguna ketimbang FaceApp. Akan tetapi, dia memang mengatakan sebaiknya orang penting tidak memakai aplikasi ini.

Alasannya, dengan menggunakan media sosial, pihak luar akan lebih mudah melakukan profiling terhadap orang penting tersebut. Karenanya, beberapa negara mengimbau pada para pejabat atau militer tidak bermain media sosial.

"Secara umum, apa yang dituangkan FaceApp adalah hal biasa dan banyak dilakukan aplikasi lain, seperti akses ke kamera dan kontak smartphone," tutur Pratama mengakhiri pembicaraan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kaspersky Angkat Bicara soal Keamanan Data di Aplikasi FaceApp

Di sisi lain, Kaspersky juga memberikan langkah-langkah proaktif dan rekomendasi bagi para pengguna agar terhindar dari risiko keamanan yang berbahaya.

Dikutip dari keterangan resminya, Jumat (19/7/2019), Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Kaspersky SEA mengatakan, “Sebuah aplikasi menjadi viral--seperti FaceApp--di berbagai platform media sosial dan menjadi sorotan sering terjadi."

"Di masa masyarakat yang takut ketinggalan tren (FOMO atau Fear of Missing Out) bisa membuat pengguna tidak peduli dengan keamanan--seperti memberikan izin aplikasi tanpa dipikirkan masak-masak."

Kaspersky mengungkap data, ada mayoritas (63 persen) konsumen tidak membaca perjanjian lisensi dan 43 persen hanya mencentang semua izin privasi, ketika mereka menginstal aplikasi baru.

Pada dasarnya, memang tidak ada salahnya mengikuti tren yang terjadi di media sosial saat ini. Akan tetapi, ada baiknya untuk berhati-hati memberikan aplikasi FaceApp atau yang lainnya akses ke dalam kontak, foto, pesan pribadi, dan lainnya.

Karena bila mengklik "Allow" tanpa pikir panjang, bukan hal yang tidak mungkin pembuat aplikasi resmi ataupun ilegal untuk mengakses hal yang seharusnya tetap menjadi data rahasia Anda.

Ketika data sensitif ini diretas atau disalahgunakan, aplikasi viral macam FaceApp pun dapat memanfaatkan celah untuk dieksploitasi oleh peretas menyebarkan virus berbahaya.

3 dari 3 halaman

Tips Hindari Pencurian Data dari Kaspersky

Lebih lanjut, Kaspersky pun memberikan tips bagaimana agar pengguna dapat menghindari pencurian data.

Perusahaan menyarankan, "para pengguna online harus selalu berpikir secara aktif dan lebih berhati-hati dalam segala hal yang mereka lakukan di internet dan dengan perangkat mereka."

Adapun berikut ini adalah beberapa langkah dasar yang dapat kamu lakukan:

1. Hanya unduh aplikasi dari sumber tepercaya. Baca ulasan dan peringkat aplikasi juga

2. Pilih aplikasi yang ingin di instal pada perangkat mereka dengan bijak

3. Baca perjanjian lisensi dengan cermat4. Perhatikan daftar izin yang diminta aplikasi Anda

5. Hindari mengklik "next” selama instalasi aplikasi

6. Untuk lapisan keamanan tambahan, pastikan untuk menginstal solusi keamanan di perangkat Anda.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.