Sukses

Waspada, Malware Agent Smith Menyamar Jadi WhatsApp

Jenis malware baru yang dijuluki Agent Smith secara diam-diam menyamar sebagai aplikasi populer, seperti WhatsApp.

Liputan6.com, Jakarta - Jenis malware baru yang dijuluki Agent Smith secara diam-diam menyamar sebagai aplikasi populer, seperti WhatsApp di smartphone.

Malware ini mengeksploitasi kerentanan dalam sistem operasi Android untuk secara otomatis mengganti aplikasi yang diinstal dengan versi jahat tanpa disadari pengguna.

Versi jahat itu kemudian menampilkan iklan palsu untuk keuntungan finansial, meskipun dapat digunakan untuk tujuan yang lebih berbahaya, seperti mencuri informasi bank atau memata-matai seseorang melalui kamera atau mikrofon.

Para peneliti di perusahaan keamanan Check Point, adalah penemu dari malware Agent Smith, yang dinamai sesuai dengan karakter bayangan dari seri film The Matrix. Demikian seperti dikutip dari laman Independent, Jumat (12/7/2019).

"Agent Smith menyerang aplikasi yang dipasang pengguna secara diam-diam, sehingga pengguna Android harus memerangi ancaman seperti itu sendirian," kata Jonathan Shimonovich, kepala penelitian deteksi ancaman seluler di Check Point.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menyebar ke Sejumlah Negara

Agen Smith dilaporkan menyerang pengguna smartphone di India, dengan sekitar dua pertiga dari semua perangkat yang terinfeksi terletak di negara Asia selatan.

Selain itu juga terdeteksi menyerang korban di Inggris, AS, dan Australia.

Sekitar 137.000 perangkat di Inggris telah terinfeksi malware Agen Smith, dengan lebih dari 300.000 infeksi di AS.

3 dari 4 halaman

25 Juta Android Terinfeksi Malware Agent Smith

25 juta ponsel Android diperkirakan telah terinfeksi malware bernama Agent Smith. Malware ini berupaya menggantikan aplikasi yang diinstal dengan versi jahat yang menayangkan iklan.

Menurut perusahaan keamanan Israel Check Point, malware Agent Smith ini disebut-sebut menyalahgunakan kelemahan pada OS Android, membuat update ke versi terbaru, dan melakukan penambalan terhadap Android.

Mengutip laman Forbes, Jumat (12/7/2019), kebanyakan korban berada di India. Setidaknya ada 15 juta perangkat Android yang terinfeksi. Sementara, di Amerika Serikat, ada lebih dari 300 ribu Android terinfeksi, serta 137 ribu perangkat Android terdampak di Inggris.

Banyaknya perangkat Android yang terinfeksi membuat malware Agent Smith jadi salah satu serangan paling parah bagi Android.

Sekadar informasi, malware ini menyebar melalui toko aplikasi pihak ketiga 9apps.com yang dimiliki oleh Alibaba.

Biasanya serangan dari aplikasi non-Google Play menyasar pada pengguna Android yang ada di negara berkembang. Melihat serangan ini banyak melumpuhkan Android di AS dan Inggris, Check Point menyebut, hacker yang menyebar Agent Smith cukup sukses menjalankan aksinya.

Tak hanya mengganti aplikasi dengan aplikasi lain yang penuh iklan, hacker pun bisa melakukan hal yang lebih buruk.

"Karena kemampuannya untuk menyembunyikan ikon dari launcher dan menyamar sebagai aplikasi populer yang ada di perangkat, ada kemungkinan malware ini bisa merusak perangkat milik pengguna," kata para peneliti di Counter Point.

Para peneliti menyebut, mereka telah memberi peringatan kepada Google dan sejumlah agensi penegak hukum. Namun, Google belum memberikan komentar terhadap permintaan wawancara.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Serangan Bekerja?

Biasanya, serangan malware terjadi ketika pengguna mengunduh aplikasi dari 9apps.com, misalnya aplikasi edit foto, gim, bahkan aplikasi tema.

Salah satunya adalah aplikasi Kiss Game: Touch Her Heart yang diiklankan dengan tokoh kartun lelaki mencium perempuan.

Aplikasi ini diam-diam menginstal malware, menyamarkannya jadi tool update Google yang sah. Nihilnya ikon yang muncul untuk aplikasi tersebut di layar membuat malware ini lebih tersembunyi.

Aplikasi yang sah, misalnya WhatsApp, browser Opera, dan lain-lain, kemudian diganti dengan update aplikasi jahat sehingga menayangkan iklan.

para peneliti menyebut, iklan yang ditampilkan tidaklah bersifat berbahaya. Namun, dalam skala penipuan iklan, tiap klik pada iklan yang disuntikkan akan mengirimkan uang kembali ke peretas.

Ada beberapa indikasi bahwa penyerang kini tengah beralih menarget ke toko aplikasi Google Play.

Peneliti Check Point menemukan, 11 aplikasi di Google Store yang berisi software peretas tidak aktif dan Google telah menurunkan aplikasi tersebut.

Check Point menduga bahwa perusahaan Tiongkok bermarkas di Guangzhou telah mengembangkan malware yang dimaksud. Sementara, promosinya dibantu oleh beberapa pihak lain.

Sayangnya, pihak Alibaba sendiri masih belum memberikan respon apapun terkait malware yang muncul di 9gapps mereka.

(Isk/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini