Sukses

Pengguna Android Bakal Bisa Beli Aplikasi di Play Store Secara Tunai

Sebelumnya untuk membeli sebuah aplikasi berbayar di Google Play Store, pengguna harus memiliki kartu kredit sebagai alat pembayaran.

Liputan6.com, Jakarta - Android memiliki banyak variasi aplikasi dibandingkan dengan perangkat iOS. Namun sayangnya, jumlah pendapatan Android lebih sedikit dibandingkan dengan iOS yang lebih mendominasi.

Oleh Karena itu, Google berniat untuk membuat metode baru dalam pembayaran untuk membeli aplikasi secara cash alias tunai.

Perusahaan induk Google, Alphabet menyebutnya dengan istilah "pending transactions", yang menawarkan pengguna membayarnya tanpa menggunakan kartu kredit atau online payment lainnya.

Dilansir Tech Crunch pada Kamis (9/5/2019), sebelumnya untuk membeli sebuah aplikasi berbayar, pengguna harus memiliki kartu kredit sebagai alat pembayarannya.

Susahnya mendapatkan kartu kredit di negara berkembang, menjadi alasan mengapa pengguna cenderung lebih nyaman mengunduh aplikasi-aplikasi gratis yang ada di Play Store.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Google telah bekerja sama dengan 20 mitra carrier billing untuk mendukung pembayaran diseluruh negara.

Namun, masalah ini tidak berhasil mencangkup semua pengguna. Oleh karena itu, Google menambahkan opsi baru dalam pembayaran tunai.

Jika sudah memilih metode tunai untuk melakukan pembayaran, pengguna akan mendapatkan kode pembayaran untuk dibayarkan di toko ritel terdekat. Setelah melakukan pembayaran, pengguna akan mendapatkan email konfirmasi bukti pembayaran dan bisa mengunduh aplikasi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Google Tendang Aplikasi Penipuan dari Play Store

Google belum lama ini menghapus puluhan aplikasi milik developer asal Tiongkok, DO Global, dari Play Store karena dinilai melakukan penipuan melalui iklan.

DO Global merupakan salah satu developer yang cukup terkenal, dan sebelumnya memiliki sekitar 100 aplikasi di Google Play Store.

Dikutip dari Phone Arena, Kamis (2/5/2019), sebanyak 46 aplikasi milik DO Global telah dihapus dari Play Store. Aplikasi yang tersisa pun akan segera dihapus.

DO Global sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh anak usaha perusahaan internet Tiongkok, Baidu. Pada tahun lalu, unit bisnis tersebut dilepas, tapi Baidu tetap memiliki 34 persen sahamnya.

Aplikasi-aplikasi bermasalah tersebut dihapus setelah BuzzFeed merilis hasil investigasi.

BuzzFeed melaporkan sedikitnya enam aplikasi dari DO Global akan meng-klik iklan, meski aplikasi tersebut tidak digunakan.

Perusahaan keamanan online Checkpoint, yang bekerja sama dengan BuzzFeed, menemukan aplikasi-aplikasi tersebut berisi malware bernama PreAMo.

Aplikasi-aplikasi tersebut meng-klik banner iklan yang dimiliki oleh jaringan iklan mobile Presage, Admob, dan Mopub.

Checkpoint mengklaim malware dipasang pada enam aplikasi DO Global sebanyak 90 juta kali.

Beberapa aplikasi tersebut berhubungan dengan sejumlah developer seperti Pic Tools Group dan Photo Artist Studio, yang kepemilikan sebenarnya disembunyikan oleh DO Global. Hal ini melanggar peraturan Play Store yang lain.

Dalam sebuah pernyataan, Google mengatakan akan selalu menginvestigasi perilaku jahat di berbagai aplikasi.

Ketika pelanggaran ditemukan, perusahaan akan mencegah pengembang memonetisasi aplikasi melalui AdMob, dan atau menghapus aplikasi dari Play Store.

3 dari 3 halaman

Pernyataan DO Global

DO Global sendiri mengklaim jajaran aplikasinya memiliki 250 juta pengguna aktif bulanan. Platform iklan mobile miliknya telah menjangkau 800 juta orang.

DO Global dalam pernyataannya, menyatakan segera melakukan investigasi internal setelah membaca laporan tentang aplikasi-aplikasinya. Perusahaan pun menerima keputusan Google.

"Kami menyesal ada penyimpangan pada beberapa produk kami yang menggunakan iklan AdMob. Kami pun sepenuhnya memahami dan menerima keputusan Google," ungkap DO Global.

DO Global juga mengatakan, secara aktif bekerja sama dengan Google untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua aplikasinya. Ke depan, developer tersebut berjanji akan mengikuti peraturan yang berlaku, dan terus melakukan peninjauan secara komprehensif terhadap produk-produknya.

"Kami telah menyebabkan kesalahahaman, dan keprihatinan besar karena kami tidak dapat berkomunikasi secara tepat waktu dan memberikan informasi lengkap. Kami menyampaikan permintaan maaf tulus," tulis DO Global.

(Shintya Alfian/Jek)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.