Sukses

Industri Telko Juga Butuh Kesetaraan Gender

Hal ini menjadi topik utama CEO Talks Harapan Pelaku Bisnis Indonesia Menuju Kesetaraan yang digelar oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Kesetaraan gender di lingkungan kerja--khususnya perusahaan teknologi dan telekomunikasi--diyakini bisa mendorong produktivitas dan pertumbuhan bisnis secara signifikan. Hal tersebut dinilai semakin berkembang meski masih ada tantangan seperti budaya yang sudah mendarah daging.

Hal ini menjadi topik utama CEO Talks Harapan Pelaku Bisnis Indonesia Menuju Kesetaraan yang digelar oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) di Jakarta.

Bagi perusahaan, kesempatan untuk menambah lebih banyak perempuan pada jajaran dewan dan kepemimpinan senior merupakan sebuah prestasi besar.

"Untuk terus berkembang, perusahaan juga perlu menciptakan tempat kerja yang ramah gender, mengembangkan investasi berorientasi perempuan, menggalakkan praktik keragaman, serta terus meningkatkan jumlah perempuan yang memegang posisi kunci di sebuah perusahaan," ujar Presiden IBCWE Shinta Widjaja Kamdani dalam keterangan resminya, Senin (15/4/2019).

Dia menilai, saat ini kesetaraan gender di dunia kerja masih menjadi tantangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Padahal, kesetaraan gender yang diakui dapat menimbulkan dampak positif secara luas.

Karena itu, berbagai inisiatif dilakukan untuk mendorong perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan yang memiliki multi peran, serta mendukung perubahan untuk tercapainya kesetaraan gender di dunia kerja.

Pada kesempatan yang sama, CFO Telkomtelstra Ernest Hutagalung mengatakan, terlepas dari kemajuan yang sudah dicapai dalam kesetaraan gender di dunia kerja, masih banyak ditemui hambatan, akibat minimnya jumlah perempuan di Indonesia yang berada di level top leaders.

"Menempatkan lebih banyak perempuan sebagai leaders sangat penting, karena perubahan signifikan di tempat kerja harus dimulai dari atas, apakah itu kesetaraan kesempatan atau menciptakan budaya yang memungkinkan perempuan untuk mengoptimalkan potensi dan produktivitas mereka di lingkungan kerja," ujarnya.

Telkomtelstra yang sudah beroperasi selama 5 tahun di Indonesia, lanjut dia, sudah mulai melakukan perubahan dalam menerapkan kesetaraan gender sejak 2016.

Ketika ada posisi yang available, termasuk posisi leadership, perbandingan antara kandidat perempuan dan laki-laki harus seimbang.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jumlah Perempuan di Profesi STEM Masih Rendah

Meski demikian, menurut Ernest, Telkomtelstra yang aktif di industri science, technology, engineering and mathematics (STEM) juga menemui tantangan mengingat masih rendahnya jumlah perempuan di profesi STEM.

"Berdasarkan statistik, hanya 20 persen perempuan yang berprofesi di bidang STEM di dunia, sementara di Indonesia masih lebih baik, sekitar 30 persen. Ini menjadi tantangan kami ke depan," paparnya.

Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sumiyati dalam closing remarks-nya menyatakan jumlah perempuan di Indonesia sekitar 140 juta jiwa merupakan kekuatan bangsa.

Sebaliknya, jika jumlah itu tidak mampu dimanfaatkan, akan menjadi kerugian bagi bangsa ini apabila perempuan tidak dapat menyumbangkan kontribusi konkret bagi pembangunan Indonesia.

“To empower bukan sekadar to give power. Seperti halnya laki-laki yang memiliki kekuasaan, perempuan secara alamiah juga memiliki kekuasaan dengan ciri yang berbeda dengan laki-laki, sehingga kontribusinya dapat memberi nilai tambah bagi tempat mereka bekerja. Konsep empowerment yang dibutuhkan perempuan bukanlah to be given power, melainkan to be given opportunity," tegas Sumiyati.

 

 

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Isu Kesetaraan Gender di Dunia

Kesetaraan gender merupakan jantung dari pekerjaan yang layak. Isu kesetaraan gender tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi telah menjadi isu menarik di dunia.

Hasil penelitian Bank Dunia menyebut, tingkat kesejahteraan secara global dapat meningkat 21,7 persen, jika kesetaraan gender diimplementasikan.

Sebaliknya, kerugian pada human capital wealth secara global diperkirakan mencapai USD 160,2 triliun akibat dari ketidaksetaraan gender.

Secara global, PBB berinisiatif untuk melakukan transformasi menuju sustainable development dengan memasukkan achieve gender equality and empower all women and girls sebagai salah satu agenda dalam The 2030 Agenda for Sustainable Development.

Hal ini dilakukan untuk menyudahi seluruh bentuk diskriminasi terhadap perempuan, serta memastikan kesetaraan kesempatan bagi perempuan dalam semua level kepemimpinan, baik di sektor publik, ekonomi, maupun politik.

(Jek/Isk)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.