Sukses

NASA Tangkap Kupu-Kupu Merah di Luar Angkasa

Objek ini memiliki dua ‘sayap’, yang merupakan gelembung besar dari gas interstellar yang meledak dari bintang-bintang di wilayah tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Spitzer milik NASA, belum lama ini menangkap foto sebuah objek yang bentuknya mirip dengan kupu-kupu. Objek tersebut berwarna merah dan bertengger di antara ratusan bintang kecil bercahaya. 

Dilansir Geek, Senin (1/4/2019), objek tersebut dinamai Westerhout 40 (W40). NASA mengungkap objek ini sebuah Nebula, yakni kumpulan awan dan debu raksasa yang membentuk bintang-bintang baru.

Objek memiliki dua ‘sayap’, yang merupakan gelembung besar dari gas interstellar yang meledak dari bintang-bintang di wilayah tersebut. 

“Objek ini diambil dari empat foto yang diabadikan teleskop Infrared Array Camera (IRAC),” ujar NASA dalam pernyataan resminya. 

W40 sendiri sempat mendemonstrasikan bagaimana formasi bintang menyebabkan hancurnya awan, yang pada akhirnya membentuk objek serupa kupu-kupu.

“Tekanan gravitasi menciptakan kumpulan awan besar berisikan debu dan gas, yang menciptakan bentuk aneh seperti sayap ini,” lanjut NASA.

W40 sendiri berjarak sekitar 1.400 tahun cahaya dari Matahari. Ia diperkirakan ada di jarak nebyla Orion, yakni nebula yang lokasinya ada di galaksi Bima Sakti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

NASA Tangkap Gambar Objek Biru Misterius di Luar Angkasa

NASA baru saja mengabadikan foto objek berwarna biru terang di luar angkasa.

Dilansir Mirror, Selasa (19/2/2019), foto tersebut diabadikan langsung dari teleskop Hubble Space NASA/ESA.

Foto memperlihatkan objek yang diduga kumpulan asap dari bintang newborn (baru lahir), memendarkan cahaya biru kegelapan.

Objek tersebut diyakini merupakan objek Herbig-Haro (HH 7-11) yang berlokasi di wilayah NGC 1333, yakni wilayah nebula yang dipenuhi gas dan debu, yang jaraknya sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi.

Objek Herbig-Haro merupakan objek sementara yang memang lokasinya di dekat bintang newborn.

Mereka melesat dari bintang newborn dalam kecepatan 150.000 mil per jam, dan mengilang ke dalam kosmos dalam puluhan ribu tahun.

Menurut NASA, bintang newborn tersebut adalah bintang SVS 13. Adapun jarak antara Herbig-Haro dan SVS 13 sekitar 20.000 kali lebih jauh dari jarak Bumi dan Matahari.

3 dari 3 halaman

Sekilas Herbig-Haro

Objek Herbig-Haro tercipta dari proses yang terbilang kompleks, di mana kumpulan gas yang terionisasi terhempas dari bintang newborn.

Gas ini dilempar ke awan-awan debu dan gas dalam kecepatan super, dan menciptakan pendaran berwarna biru kegelapan ke dalam kosmos.

Belum lama ini, NASA mengumumkan proyek baru dalam misi luar angkasanya.

Kali ini, badan antariksa Amerika Serikat itu membuat misi luar angkasa yang ditujukan khusus untuk memahami asal mula kehidupan dan alam semesta.

Dikutip dari Engadget, Senin (18/2/2019), misi ini akan memanfaatkan teleskop baru yang diberi nama Spectro-Photometer for the History of the Univers, Epoch of Reionization dan Ices Explorer atau disingkat SPHEREx.

Rencananya, teleskop ini akan diluncurkan pada 2023. NASA sudah mengalokasikan dana sekitar US$ 242 untuk pengembangan proyek ini yang digunakan selama dua tahun, belum termasuk biaya peluncuran.

Nanti begitu SPHEREx mengorbit, satelit ini akan mengamati dan mengumpulkan data dari lebih 300 juta galaksi. Beberapa di antaranya bahkan memiliki jarak 10 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Selain itu, satelit akan memantau 100 juta bintang di Tata Surya selama enam bulan.

SPEHEREx akan mengadaptasi teknologi dari satelit Bumi dan pesawat luar angkasa Mars untuk memantau langit.

Adapun tujuan utama dari teleskop luar angkasa ini adalah mencari air dan molekul organik yang ada di seluruh Bima Sakti.

Tidak hanya itu, satelit ini juga akan mencari bahan-bahan penyusun kehidupan di tempat bintang yang baru lahir, termasuk planet yang baru terbentuk.

"Misi ini akan mengumpulkan harta karun berupa data unik untuk para astronom. Satelit ini akan peta galaksi yang sebelumnya belum pernah diketahui, jadi mengandung sidik jari dari saat pertama dalam sejarah alam semesta," tutur Associate Administrator NASA Science Mission Thomas Zurbuchen.

Menurut Zurbuchen, misi ini diharapkan dapat mengungkap misteri besar dalam ilmu pengetahuan, mengenai penyebab alam semesta mengembang begitu cepat kurang dari hitungan nanosecond usai terjadi big bang.

NASA juga memiliki harapan misi ini dapat mendapatkan petunjuk cara alam semesta terbentuk dan berubah.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.