Sukses

Sistem Keamanan Teknologi di Indonesia Dinilai Harus Lebih Profesional

Sistem keamanan teknologi di Indonesia memerlukan satu standardisasi pengetahuan yang memadai yang bisa disebut profesional di bidang keamanan.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (Aiskindo) baru saja mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Jumat (22/3/2019).

Rakornas ke-2 ini membawa tema Empowering Knowledge and Collaboration for Safer Indonesia, yang mana fokus utamanya adalah mengingatkan industri keamanan teknologi Indonesia lebih profesional.

Ketua Umum Aiskindo, Stefanus Ronald Juanto, mengatakan, Rakernas yang diikuti oleh seluruh perwakilan daerah Aiskindo tersebut juga bertujuan meningkatkan kebersamaan para pelaku industri sistem keamanan.

Menurut Ronald, sistem keamanan teknologi di Indonesia memerlukan satu standardisasi pengetahuan yang memadai yang bisa disebut profesional di bidang keamanan.

“Karena itu, Rakernas mengangkat tema empowering yaitu bagaimana kita memberdayakan pengetahuan dan kolaborasi atau kerjasama untuk membangun Indonesia yang lebih aman,” ujarnya.

Sementara itu, Darwin Lestari Tan, Dewan Penasehat Aiskindo mengatakan,  “Selama ini dunia keamanan teknologi ini belum ada pendidikan resmi atau khusus seperti jurusan lain misalnya teknik sipil atau arsitektur. Banyak sekali yang berkecimpung di bidang keamanan ini berasal dari berbagai bidang seperti IT, elektronik, dan sebagainya."

Untuk itu, dalam Rakernas ini digelar satu kegiatan yang khusus disesuaikan dengan tema yaitu training, ujian dan sertifikasi.

Kegiatan ini diikuti sekitar 100 peserta yang mendapat training berbagai bidang, kemudian dilanjutkan ujian. Peserta yang lulus akan mendapat sertifikasi sebagai pembuktian atas keahlian yang dimiliki.

“Ini adalah suatu gerakan dimana kita membangkitkan awareness atau kesadaran bahwa sertifikasi ini penting. Kalau Anda mau pasang CCTV atau alarm, bagaimana pelanggan tahu bahwa Anda memang memiliki kemampuan? Bagaimana saat membongkar plafon rumah atau mengambil listrik, ada kekhawatiran orang apakah kegiatan ini membahayakan atau tidak,” terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3 Bidang yang Akan Disertifikasi

Darwin mengungkapkan, ada tiga bidang yang akan disertifikasi yaitu Certified Intruder Alarm Engineer di bidang Security Alarm, dan Certified IT Surveillance Engineer yaitu pemasangan CCTV berbasis IP (Internet Protocol) atau digital CCTV.

Ada juga Certified  Network Control Engineer yaitu bagaimana memasang akses kontrol seperti kunci-kunci elektronik, kontrol dengan kartu, ibu jari, maupun wajah.

Intinya, Aiskindo ingin ada kesadaran agar jangan sampai hanya sembarangan pasang tapi harus dibuktikan. Jadi, perlu standardisasi kompetensi. Sebenarnya negara sudah membuat sertifikasi profesi namun di bidang security ini belum ada.

Pasalnya, di Indonesia masih belum jelas apakah security ini bidang ilmu sendiri atau masuk digolongkan ke bidang lain.

Untuk itu, Aiskindo akan meyakinkan kalau keamanan teknologi itu berbeda tidak bisa digolongkan menjadi IT atau elektronik.

Dalam paparan berjudul The Future of Security Industry and Professionalism, Darwin menekankan betapa pentingnya sertifikasi karena ilmu security ini sudah berdiri sendiri.

Ia mencontohkan, di salah satu Universitas di  Australia memiliki jurusan Security Science dengan jenjang S2 sampai S3. Sementara di Indonesia belum ada jurusan formalnya.

“Kalau kita mendengar kata security di Indonesia selalu mengacu pada teknologi seperti CCTV, alarm dan alat-alat lainnya. Padahal security adalah suatu strategi dimana peranan teknologi hanya sebagian dari semua konsep dan strategi itu. Di dalamnya ada unsur Crime Prevention, Security Management, Counter Terorism, dan lan-lain,” tutur Darwin.

Darwin mengingatkan bahwa di era globalisasi, SDM  kita harus bersaing dengan  SDM dari negara tetangga,  minimal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yakni dari Singapura atau Thailand.

“Kalau mereka sudah punya kompetensi bisa leluasa  masuk ke Indoensia atau negara lainnya,  namun  kalau SDM lokal  kita tidak memiliki kompetensi maka akan  kalah bersaing. Jka tanpa sertifikasi maka orang-orang akan sulit percaya tentang keahlian atau keterampilan  Anda,” tegasnya.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.