Sukses

Media Asing Cium Persaingan OTA di Indonesia Tak Sehat

Selain menyedot perhatian publik, hengkangnya AirAsia dari Traveloka juga menuai perhatian media asing.

Liputan6.com, Jakarta - AirAsia memutuskan menarik penjualan tiket pesawat dari online travel agent (OTA) Traveloka. Tak tanggung-tanggung, maskapai penerbangan asal Malaysia ini mencabut semua rute penerbangan.

Belum lama ini Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengatakan, tindakan penarikan tersebut merupakan respons dari hilangnya penerbangan AirAsia Indonesia dari Traveloka untuk kedua kali dalam dua minggu terakhir.

Selain menyedot perhatian publik, kejadian ini juga menuai perhatian media asing, Skift, portal online yang cukup disegani di dunia travel global. Skift menurunkan artikel berjudul "Did AirAsia’s Rivals Arm-Twist Online Travel Agencies to Stop Selling Its Low Airfares?"

Dalam artikel itu, Skift mengendus adanya 'campur tangan' dari pesaing AirAsia di bisnis aviasi Indonesia. Hilangnya tiket AirAsia bahkan tak hanya di Traveloka.

Dalam investigasinya, Skift menduga Garuda Indonesia dan Lion Air juga mendorong pemain OTA lainnya, Tiket, untuk tidak menjual tiket dari AirAsia. Dugaan ini muncul ketika Skift mencoba melakukan pencarian tiket dengan tujuan Jakarta-Kuala Lumpur, di mana Jetstar dan Scoot muncul dalam pencarian.

Kedua penerbangan internasional berbiaya murah itu bisa jadi muncul di Traveloka karena tidak menawarkan rute sebanyak yang AirAsia lakukan di Indonesia. AirAsia menawarkan delapan rute domestik unik, yang mana tidak ditawarkan oleh maskapai lain, dan 36 rute internasional unik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tiket AirAsia Hilang Karena System Maintenance?

Sebelumnya, Traveloka menyatakan hilangnya tiket milik AirAsia karena adanya ‘system maintenance’. Namun, ketika Skift mengonfirmasi kepada juru bicara Traveloka, pihaknya mengaku tak bisa berkomentar banyak dan tengah berusaha melakukan pertemuan dengan manajemen AirAsia untuk mencari solusi.

Kepada Tekno Liputan6.com, Director of Public Relations Traveloka Sufintri Rahayu mengatakan saat ini Traveloka dan AirAsia tengah menempuh dialog untuk menemukan solusi terbaik untuk kepentingan semua pihak.

"Sebagai perusahaan teknologi di bidang travel dan lifestyle terbesar di Asia Tenggara, tentunya Traveloka terus bertekad untuk mengutamakan kenyamanan pengguna dengan memberikan alternatif pilihan maskapai yang lengkap dan beragam," tuturnya menambahkan. 

Investigasi yang dilakukan Skift mencium adanya pertemuan antara AirAsia dengan Tiket. Tapi sayang, hal ini tak bisa dikonfirmasi ke Co-founder dan CMO Tiket Mikhael Gaery Undarsa.

Sementara juru bicara Garuda Indonesia Ikhsan Rosan kala dikonfirmasi menyatakan hal tersebut (adanya dugaan intervensi menekan pemain OTA) tidak benar.

"Sejauh yang saya tahu itu tidak benar. Saya tidak punya informasi tentang itu," kata Ikhsan kala dikonfirmasi Skift.

Sementara juru bicara Lion Air Danang Mandala Prihantoro tidak memberikan respons atas hasil investigasi dari media asing tersebut.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Tekanan Terhadap AirAsia?

Seorang CEO di bisnis aviasi yang tak disebutkan identitasnya menduga adanya ‘tekanan’ terhadap AirAsia karena tak mau mengikuti kebijakan kenaikan harga tiket yang dilakukan pesaingnya.

Ia mengatakan, alasan utama sejumlah maskapai ingin menaikkan tarif karena biaya bahan bakar yang tinggi dan AirAsia tidak ingin menaikkan harga tiket.

Dan karena pemesanan perjalanan telah bergerak secara online, Traveloka dan Tiket.com yang merupakan pemain OTA terbesar, dijadikan target utama.

“Tidak ada maskapai di Indonesia yang punya strategi penjualan langsung yang kuat. Dampaknya mereka bergantung pada biro perjalanan atau OTA besar, setelah terjadi perubahan perilaku belanja ke era online," kata sumber Skift tersebut.

Ia menambahkan, maskapai sendiri tak berinvestasi besar dalam skema penjualan online yang dikelola langsung, akhirnya pemain OTA dapat memberikan user experience yang lebih baik bagi konsumen.

Konsumen Dirugikan

Dalam hal ini, Skift belum melihat pihak yang diuntungkan atas praktik tersebut. Namun yang pasti, pada akhirnya konsumen yang dirugikan. Dalam catatan Skift, harga tiket rute domestik di Indonesia naik 40 persen hingga 120 persen sejak November 2018.

Sementara itu, data Wonderful Indonesia menunjukkan Grup AirAsia membawa 3,8 juta penumpang di Indonesia dan mendatangkan sekitar 2,9 juta wisatawan asing pada 2017, naik 16 persen dari 2016.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.