Sukses

YouTube Jadi Biang Keladi Pertumbuhan Komunitas Bumi Datar

Sejumlah peneliti menyebut komunitas Bumi datar kini tumbuh subur tidak lepas dari peran YouTube.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas Bumi datar semakin menjamur.

Menanggapi kondisi tersebut, sejumlah peneliti pun memutuskan untuk mengetahui penyebab hal itu dapat terjadi.

Hasilnya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (19/2/2019), penyebab jumlah komunitas Bumi datar yang terus bertambah adalah YouTube.

Dugaan itu meningkat saat para peneliti menghadiri pertemuan Flat Earthers terbesar di dunia pada 2017 dan 2018. Kesimpulan ini diperoleh saat para peneliti mewancarai pengunjung pertemuan tersebut.

Dari wawancara yang dilakukan pada 30 pengunjung, diketahui mereka mengubah pandangannya tentang Bumi bulat setelah menonton video di YouTube.

Jadi, disebutkan dua tahun sebelumnya mereka masih percaya bahwa Bumi itu bulat. Namun setelah menonton video konspirasi di YouTube, mereka mengubah pandangan itu dan menyebut bahwa Bumi datar.

"Ada satu orang yang hadir dalam pertemuan itu dan percaya Bumi datar, tapi dia memperoleh informasi ini dari putri dan menantu yang sudah menontonnya di YouTube," tutur pimpinan riset dari Texas Tech University, Asheley Landrum.

Dari wawancara itu pula diketahui bahwa orang-orang yang percaya Bumi datar ini juga menonton video konspirasi lain.

Beberapa video itu adalah tentang 9/11, penembakan sekolah Sandy Hook, dan apakah NASA benar-benar pergi ke Bulan.

Sejumlah responden juga mengaku awalnya mereka menonton video itu hanya sekadar penasaran, tapi ternyata mereka malah mempercayainya.

Terlebih, beberapa video menampilkan sejumlah argumen yang dianggap memiliki latar belakang ilmiah, termasuk ahli teori konspirasi dan ahli Alkitab.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bukan Salah YouTube Sepenuhnya

Kendati demikian, Landrum tidak serta merta menyalahkan YouTube atas kondisi ini.

Namun, dia menyebut platform berbagi video milik Google itu bisa mengubah algoritmanya untuk menampilkan video dengan informasi yang lebih akurat.

"Ada banyak informasi bermanfaat di YouTube, tapi juga ada informasi yang salah. Algoritma mereka memungkinkan hal tersebut, termasuk orang-orang yang lebih rentan dengan informasi (salah) tersebut," tutur Landrum.

Menurut Landrum, percaya bahwa Bumi datar bukan hal yang membahayakan, tapi itu membawa efek lain secara umum, seperti rasa tidak percaya pada institusi dan otoritas terkait.

Oleh sebab itu, dia mengajak para ilmuwan untuk membuat kanal sendiri di YouTube untuk melawan sejumlah teori konspirasi. 

Meski dia tidak menampik pasti akan ada orang-orang yang masih menolak pandangan dari para ilmuwan.

"Selalu ada sejumlah kecil orang yang menolak pandangan ilmuwan, tapi ada juga yang berada di tengah-tengah. Satu-satunya cara untuk melawan informasi yang tidak benar itu adalah membanjirinya dengan informasi lebih baik," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Penganut Bumi Datar Tak Takut Diejek Orang

Komunitas penganut Bumi datar berkumpul dalam sebuah konferensi tahunan Bumi Datar bertajuk Flat Earth International 2018 Conference di Denver, Amerika Serikat.

Tidak main-main, saat pembukaan konferensi ini, sang MC Rick Hummer menegaskan agar para penganut Bumi datar tak takut diolok-olok dan diejak orang. Dia menyuruh para hadirin untuk mengulangi tiga kata.

Saya tidak malu," kata Hummer, berseru kepada para penganut Bumi datar, seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Denver Post, Minggu (18/11/2018).

Para penganut Bumi datar pun merespon dengan antusias.

"Saya tidak malu dibilang konyol. Saya tidak malu diejek. Saya tidak malu diolok-olok," kata hadirin.

Bagi penganut Bumi datar, sudah sangat sering mereka dicemooh dan direndahkan oleh keluarga, teman, hingga orang asing sekalipun. Namun, mereka menyebut, dengan adanya konferensi internasional kedua ini, mereka merasa sangat senang.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.