Sukses

Cantiknya Atmosfer Uranus dan Neptunus yang Mirip Bola Kelereng

Sama halnya dengan Bumi, Neptunus dan Uranus memiliki musim dengan perubahan kondisi atmosfir yang drastis.

Liputan6.com, Jakarta - NASA baru saja mengunggah foto terbaru planet Uranus dan Neptunus. Foto ini memperlihatkan atmosfer dari masing-masing planet

Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut mengungkap, foto terbaru itu diabadikan dari kamera teleskop Hubble.

Dilansir Geek, Rabu (20/2/2019), atmosfer dari Uranus dan Neptunus tampak lebih detail dan dinamis.

Atmosfer Neptunus, misalnya, memperlihatkan peristiwa badai gelap. Sementara, atmosfer di wilayah kutub utara Uranus memperlihatkan badai yang berputar-putar berwarna keputihan.

Dari foto tersebut, ilmuwan ingin mempelajari bagaimana karakteristik perubahan atmosfer ini bisa mempengaruhi cuaca planet.

Sama halnya dengan Bumi, Neptunus dan Uranus memiliki musim dengan perubahan kondisi atmosfir yang drastis.

Namun bedanya, kedua planet ini memiliki durasi musim yang panjang hingga beberapa dekade.

Secara lingkungan, Uranus dan Neptunus memiliki hidrogen dan helium yang di dikelilingi interior yang mengandung air dan es.

Atmosfer yang mengandung metana ini, memendarkan cahaya biru kehijau-hijauan sehingga jika dilihat dari jauh justru tampak berwarna biru.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Eksplorasi Dimulai 12 Tahun Lagi

Setelah Mars, Jupiter, Saturnus, dan Pluto, NASA mulai fokus untuk menyiapkan proyek besar di mana mereka akan mengeksplorasi Uranus dan Neptunus.

Proyek yang sebetulnya sudah direncanakan sejak September 2015 itu baru bisa direalisasikan sekarang.

Bagaimana pun, NASA masih harus menggagas sejumlah inovasi teknologi mumpuni, agar pesawat luar angkasanya bisa terbang ke orbit planet berjuluk ‘Planet Kekasih’ tersebut.

Jadi, jika dihitung-hitung, ekspedisi Uranus dan Neptunus baru bisa dimulai pada 2030. Itu juga baru Uranus.

Sementara untuk Neptunus, kemungkinan besar dimulai pada pertengahan 2030 atau setelah 2040.

Menurut informasi yang Tekno Liputan6.com kutip via laman BGR, Senin (3/9/2018), tujuan utama ekspedisi dilakukan tak lain adalah untuk memantau ekosistem kedua planet.

Tak cuma itu, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut juga ingin mencari tahu material planet terbuat dari apa, serta komposisi atmosfer yang melapisi planet.

Para ilmuwan NASA juga berharap, ekspedisi bisa meneliti iklim planet secara keseluruhan. Jika proses penelitian rampung, barulah mereka dapat menyimpulkan seperti apa bobot kontribusi kedua planet ini terhadap Tata Surya.

Secara mekanisme, NASA nantinya akan mengirim probe (pesawat kecil) untuk terjun ke dalam atmosfer planet dan mengambil sampel gas yang terkandung di dalamnya. Sama halnya dengan ekspedisi planet lain, probe akan mengirimkan data dari sampel yang diambil ke Bumi untuk diteliti secara mendalam.

 

3 dari 3 halaman

Merancang Pesawat Antariksa

Terkait kesiapan wahana ekspedisi, NASA kini tengah melakukan penelitian di Jet Propulsion Laboratory (JPL) untuk merancang pesawat antariksa Uranus dan Neptunus, yang juga akan rampung setidaknya pada 2030.

Salah satu kendala utama proses pembuatan pesawat antariksa anyar ini adalah besarnya dana penelitian dan pengembangan, yang diprediksi bisa mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun. 

Dibanding dengan misi-misi NASA sebelumnya, seperti Discovery atau New Frontier, misi ekspedisi Uranus dan Neptunus ini justru memakan biaya yang lebih besar.

"Yang menjadi persoalan besar bagi kami agar dapat menjalankan misi ke Neptunus dan Uranus adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan," kata Jim Green, kepala divisi Planetary Science NASA.

Rencana NASA menerbangkan pesawat antariksa untuk mempelajari secara mendalam planet Uranus dan Neptunus, sejatinya sudah direncanakan sejak 26 tahun lalu.

Namun, hal tersebut baru bisa direalisasikan sekarang. Pasalnya, NASA terbentur banyak masalah dan menantikan dukungan pendanaan besar.

Selain persoalan dana, misi ekspedisi menuju duo planet es tersebut juga terhalang persoalan persediaan Plutonium yang menjadi bahan bakar baku pesawat antariksa.  

"Penerbangan ke Uranus dan Neptunus akan bergantung ke alat baterai nuklir yang akan ditenagai plutonium," jelas Green.

Sampai saat ini, para ilmuwan hanya bisa berspekulasi, bahwa Uranus dan Neptunus terdiri dari bebatuan, es, dan ammonia (kumpulan hidrogen dan nitrogen), sehingga kedua planet ini juga kerap mendapat julukan planet es raksasa.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.