Sukses

Pemerintah Diimbau Tidak Gegabah Tetapkan Tarif Ojol

Pemerintah diharapkan untuk tidak gegabah dalam menetapkan regulasi, dan wacana kenaikan tarif ojek online.

Liputan6.com, Jakarta - Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) mengadakan survei mengenai persepsi konsumen terhadap kenaikan tarif ojek online (ojol) di Indonesia.

Adapun survei tersebut melibatkan 2.001 responden dan dilakukan di 10 provinsi di Indonesia. Dalam survei tersebut, diketahui kenaikan tarif ojol berpotensi menurunkan permintaan konsumen sebanyak 71,12 persen.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faisal, mengatakan sebaiknya pemerintah tidak gegabah dalam menetapkan regulasi ojek online.

Pemaparan hasil survei RISED tentang tarif ojek online di Jakarta, Senin (11/2/2019). Liputan6.com/ Surya Handika R

Dengan berkurangnya permintaan terhadap ojol tidak hanya menggerus manfaat yang diterima masyarakat tetapi akan berdampak pada penghasilan pengemudi.

"Risiko regulasi yang terlalu membatasi dan tarif yang tinggi akan mengakibatkan konsumen beralih, pendapatan pengemudi hilang, hingga kemudian menjadi beban pemerintah juga pada akhirnya," kata Faisal pada acara peluncuran survei RISED di Jakarta, Senin (11/2/2019).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Penting Pengguna Layanan

Pemaparan hasil survei RISED tentang kenaikan tarif ojek online. Liputan6.com/ Surya Handika R

Lebih lanjut, menurut Faisal, tingkat konsumsi pengguna layanan ojol menjadi faktor kunci penggerak keberlangsungan usaha transportasi online dan sumber pendapatan mitra. Oleh sebab itu, kebijakan terkait ojol perlu diperhatikan dengan seksama.

Ekonomi digital harus terus didorong dalam menciptakan lapangan kerja dan menyejahterakan masyarakat.

Berdasarkan hasil survei, 72 persen responden menggunakan ojol untuk pergi ke sekolah atau kantor. Sementara dari sisi jarak tempuh, 79,21 persen responden menggunakan ojol sejauh 0-10km per hari.

Angka tersebut menunjukkan, masyarakat menggunakan ojol untuk mobilitas jangka pendek. Serta, ojol juga mendukung konsumen terhubung dengan transportasi massal untuk berpergian ajarak jauh.

Sementara hanya 20,78 persen responden yang menggunakan ojol untuk berpergian sejauh 15-25 km per hari.

(Surya Handika R/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.