Sukses

BSSN Bakal Makin Masif Siapkan Deteksi Dini Serangan Siber

BSSN berencana untuk menambah penggunaan sensor honeypot untuk antisipasi serangan siber.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memiliki rencana untuk menyiapkan deteksi dini serangan siber yang lebih baik di masa depan. Hal itu ditunjukkan dengan rencana pemasangan sensor Honeypet yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

Sekadar informasi, Honeypet merupakan sistem yang dirancang oleh Honeynet untuk menjebak penyerang atau hacker sebab memiliki kemiripan dengan sistem asli. Lalu, sistem ini akan merekam interaksi penyerang sebagai sumber informasi untuk mempelajari teknik yang dipakai.

Saat ini, sensor Honeypet yang sudah tersebar di enam provinsi dengan jumlah 21 buat. Untuk itu, BSSN bekerja sama dengan Honeynet bakal menambah jumlah sensor Honeypot hingga tersedia merata di 34 provinsi seluruh Indonesia dalam waktu tiga tahun ke depan.

"Dengan sistem deteksi dini serangan siber yang lebih baik, kerugian yang mungkin terjadi dapat dihindari," tutur Direktur Deteksi dan Ancaman BSSN, Sulistyo saat acara cyber forum di Jakarta, 7 Februari 2019.

Terlebih, melalui kerjasama dengan Indonesia Honeynet Project, Sulistyo menuturkan pihaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara kerja malware atau sistem berbahaya. Penelitian itu juga didukung ratusan relawan yang ikut serta.

Rencananya, sensor ini akan disematkan di beberapa tempat, seperti kantor pemerintah daerah atau universitas. Namun, untuk lokasi di tiap-tiap wilayah masih akan dipetakan lebih dulu. 

"Selain universitas dan pemerintah daerah, kami juga akan menaruhnya di Internet Service Provider (ISP), sehingga ada penyerangan dapat terdeteksi. Tujuannya sekali lagi agar saat ada serangan bisa kita antisipasi," tutur Indonesia Honeynet Project Chapter Lead Charles Lim.

Menurut Lim, pemerintah Indonesia saat ini sudah mulai sadar dengan proteksi terhadap serangan siber. Karenanya, dengan kesadaran ini memungkinkan alokasi dana yang lebih banyak untuk menjamin pendeteksian dini serangan siber, terlebih untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital.

Kendati demikian, dia mengaku Indonesia masih ketinggalan dengan negara lain, seperti Taiwan. Alasannya, negara kecil seperti Taiwan kini memiliki 6.000 sensor untuk deteksi serangan siber.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BSSN Rilis Laporan Keamanan Siber dalam Honeynet Project

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) baru saja meluncurkan hasil laporan keamanan siber sepanjang 2018. Laporan ini merupakan hasil kerja sama dengan Indonesia Honeynet Project yang dilakukan sejak tahun lalu.

"Sebagai bentuk respon terhadap keamanan siber Indonesia, pada 2018 BSSN membentuk kerja sama dengan Honeynet Indonesia. Lalu, sebagai bentuk tanggung jawab, dibuat laporan ini," tutur Kepala BSSN, Djoko Setiadi, dalam forum Cyber Corner di Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Lebih lanjut Djoko menuturkan laporan ini dapat digunakan untuk membaca serangan siber di Indonesia maupun dunia. Harapannya, laporan ini dapat menjadi pertimbangan bagi kebijakan siber di masing-masing bidang.

"BSSN ingin menjadi kompas bagi bangsa Indonesia untuk mengetahui lanskap siber dunia," tuturnya menjelaskan. Proyek ini, menurut Djoko, merupakan jaringan kemitraan BSSN dengan komunitas masyarakat.

Perlu diketahui, laporan ini dikumpulkan dari 21 sensor Honeynet Project yang tersebar di enam provinsi Indonesia. Adapun sensor itu dikenal dengan Honeypot.

Laporan ini tidak hanya berisi mengenai serangan yang terjadi di Indonesia, melainkan hasil pemantauan trafik dan deteksi serangan siber termasuk malware, serta analisis tiga malwareterbanyak yang menyerang Indonesia.

Senada dengan Djoko, Sekretaris Utama BSSN, Syahrul Mubarak, menuturkan proyek ini merupakan bentuk deteksi dini keamanan siber di Indonesia. Karenanya, sistem ini akan terus ditingkatkan untuk lebih baik lagi.

"Untuk mengembangkan Honeynet sebagai sistem deteksi dini, BSSN akan bekerja sama dengan melibatkan beberapa stakeholders," ujar Syahrul.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.