Sukses

Waspada, Jangan Terbuai Link Pembagian Tiket Gratis di WA dan FB

Kaspersky Lab mengajak agar penerima pesan-pesan penipuan tiket gratis mengabaikan pesan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi chatting WhatsApp kerap jadi sarana menyebarkan hoaks terkait upaya penipuan tiket gratis atau diskon tiket perjalanan dengan maskapai tertentu.

Kaspersky Lab mengajak agar penerima pesan-pesan penipuan tiket gratis mengabaikan pesan tersebut.

Kaspersky Lab pun menjelaskan modus yang dipakai untuk penipuan ini. Dalam keterangan resmi Kaspersky Lab yang Tekno Liputan6.com terima pada Jumat (1/2/2019), pengguna mendapatkan pesan berisi tautan pembagian tiket gratis.

"Pesan yang tertulis biasanya seperti 'Jangan lewatkan 500 tiket masuk Disneyland gratis, atas perayaan ulang tahun Disneyland yang ke-100'," demikian bunyi penjelasan Kaspersky Lab.

Halaman tautan tersebut dipenuhi komentar pengguna yang terkesan sangat senang atas pembagian tiket. Ada juga yang membagikan foto-foto tiket yang telah mereka menangkan.

Prosedur untuk mendapatkan tiket ini sangat mudah. Korban hanya diminta melengkapi survei singkat, dengan lima pertanyaan sederhana. Misalnya, pertanyaaan tentang usia atau pengalaman ke tempat yang ingin dikunjungi.

Selanjutnya, korban akan diminta berbagi tautan penipuan itu ke teman-teman lainnya lewat tombol yang tersedia di situs.

Korban kemudian diminta untuk mengeklik tombol "Dapatkan Tiket". Namun, tiket yang dinantikan malah tidak muncul. Tombol ini justru akan mengalihkan ke situs kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Ujung-ujungnya, korban berakhir di situs yang menawarkan beberapa barang atau jasa yang tidak jelas.

Korban dengan kata lain, akan dialihkan ke situs pemilik halaman Disneyland palsu sehingga meraka dapat dibayar untuk trafik yang didapatkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Metode Penipuan yang Umum Dipakai

Kaspersky Lab menyebut, skema seperti ini menjadi sangat umum sekarang, dan halaman palsu yang baru terus muncul hampir di setiap hari.

"WhatsApp atau Facebook digunakan sebagai platform untuk mengirim pesan, dan pengguna akan mendistribusikannya dengan mengklik 'bagikan' dan berharap memperoleh tiket gratis," kata Kaspersky Lab dalam keterangannya.

Di Indonesia, beberapa pengguna WA mungkin pernah menerima pesan dengan iming-iming hadiah.

Kaspersky Lab pun mengajak pengguna agar lebih teliti agar tidak terjerumus dalam penipuan dengan skenario seperti ini.

Perusahaan keamanan ini juga menyebut, terlepas dari perusahaan mana yang dieksploitasi, semua situs web rekayasa akan terlihat serupa, bahkan topik komentar dan wajah para komentator biasanya sama.

Menurut Kaspersky Lab, mengarahkan lalu lintas ke situs rekayasa bukanlah satu-satunya skema monetisasi.

"Korban bisa saja dikirim ke halaman milis berlangganan yang meragukan atau berakhir di situs web berbahaya. Para pengguna mungkin bisa terdaftar di layanan berbayar operator seluler, sehingga para pelaku kejahatan dapat memperoleh keuntungan," tulis Kaspersky Lab.

3 dari 3 halaman

Abaikan Segala Pesan dan Tautan Tiket Gratis

Laporan media menyebut, ketika korban telah mengeklik "Dapatkan Tiket", data pribadi telah dicuri, namun tidak dapat mereproduksi skenario tersebut.

Kaspersky Lab pun membagikan cara-cara untuk menghindari modus penipuan menggunakan tautan palsu di WA dan FB.

1. Jangan pernah membuka tautan dalam pesan mencurikan, bahkan dengan skenario apapun.

2. Pengguna tidak perlu membagikan kepada teman-teman atau mengunggahnya ke Facebook. Hal ini hanya akan membuat penipu mendapatkan keuntungan.

3. Jika pengguan pernah mendapatkan pesan semacam itu di WA atau melihat tautan tiket gratis di FB, sebaiknya langsung beri tahu pengirim bahwa informasi tersebut adalah penipuan.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.